Saling berkunjung dan bertamu di antara kita adalah hal yang biasa
terjadi. Baik bertamu di antara sanak famili, dengan tetangga, atau
teman sebaya yang tinggal di kos. Namun, banyak di antara kita yang
melupakan atau belum mengetahui adab-adab dalam bertamu, dimana
syari’at Islam yang lengkap telah memiliki tuntunan tersendiri dalam
hal ini. Nah, alangkah indahnya jika setiap yang kita lakukan kita
niatkan ibadah kepada Allah ta’ala dan ittiba’ pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, termasuk dalam hal adab bertamu ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita, bahwa batasan untuk meminta izin untuk bertamu adalah tiga kali. Sebagaimana dalam sabdanya,
عن أبى موسى الاشعريّ رضي الله عمه قال: قال رسول الله صلّى الله عليه و سلم: الاستئذانُ ثلاثٌ، فان أذن لك و الاّ فارجع
Dari Abu Musa Al-Asy’ary radhiallahu’anhu, dia berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Minta izin masuk
rumah itu tiga kali, jika diizinkan untuk kamu (masuklah) dan jika
tidak maka pulanglah!’” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Mengucapkan Salam & Minta Izin Masuk
Terkadang seseorang bertamu dengan memanggil-manggil nama yang hendak ditemui atau dengan kata-kata sekedarnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengajarkan, hendaknya seseorang ketika bertamu memberikan salam dan
meminta izin untuk masuk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ
بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا
ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَّكَّرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah
yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)
ingat.” (QS. An-Nuur [24]: 27)
Sebagaimana juga terdapat dalam hadits dari Kildah ibn al-Hambal radhiallahu’anhu, ia berkata,
“Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu
aku masuk ke rumahnya tanpa mengucap salam. Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Keluar dan ulangi lagi dengan mengucapkan
‘assalamu’alaikum’, boleh aku masuk?’” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi berkata: Hadits Hasan)
Dalam hal ini (memberi salam dan minta izin), sesuai dengan poin
pertama, maka batasannya adalah tiga kali. Maksudnya adalah, jika kita
telah memberi salam tiga kali namun tidak ada jawaban atau tidak
diizinkan, maka itu berarti kita harus menunda kunjungan kita kali itu.
Adapun ketika salam kita telah dijawab, bukan berarti kita dapat
membuka pintu kemudian masuk begitu saja atau jika pintu telah terbuka,
bukan berarti kita dapat langsung masuk. Mintalah izin untuk masuk dan
tunggulah izin dari sang pemilik rumah untuk memasuki rumahnya. Hal ini
disebabkan, sangat dimungkinkan jika seseorang langsung masuk, maka
‘aib atau hal yang tidak diinginkan untuk dilihat belum sempat ditutupi
oleh sang pemilik rumah. Sebagaimana diriwayatkan dari Sahal ibn Sa’ad radhiallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اِنّما جُعل الاستئذان من أجل البصر
“Sesungguhnya disyari’atkan minta izin adalah karena untuk menjaga pandangan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Ketukan Yang Tidak Mengganggu
Sering kali ketukan yang diberikan seorang tamu berlebihan sehingga
mengganggu pemilik rumah. Baik karena kerasnya atau cara mengetuknya.
Maka, hendaknya ketukan itu adalah ketukan yang sekedarnya dan bukan
ketukan yang mengganggu seperti ketukan keras yang mungkin mengagetkan
atau sengaja ditujukan untuk membangunkan pemilik rumah. Sebagaimana
diceritakan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu,
إن أبواب النبي صلى الله عليه وسلم كانت تقرع بالأظافير
“Kami di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetuk pintu dengan kuku-kuku.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod bab Mengetuk Pintu)
4. Posisi Berdiri Tidak Menghadap Pintu Masuk
Hendaknya posisi berdiri tamu tidak di depan pintu dan menghadap ke
dalam ruangan. Poin ini juga berkaitan hak sang pemilik rumah untuk
mempersiapkan dirinya dan rumahnya dalam menerima tamu. Sehingga dalam
posisi demikian, apa yang ada di dalam rumah tidak langsung terlihat
oleh tamu sebelum diizinkan oleh pemilik rumah. Sebagaimana amalan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abdullah bin Bisyr ia berkata,
كان رسول الله إذا أتى باب قوم لم يستقبل الباب من تلقاء و جهه و لكن ركنها الأيمن أو الأيسر و يقول السلام عليكم السلام عليكم
“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila
mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya di
depan pintu, tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan
mengucapkan assalamu’alaikum… assalamu’alaikum…” (HR. Abu Dawud, shohih – lihat majalah Al-Furqon)
5. Tidak Mengintip
Mengintip ke dalam rumah sering terjadi ketika seseorang penasaran
apakah ada orang di dalam rumah atau tidak. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencela perbuatan ini dan memberi ancaman kepada para pengintip, sebagaimana dalam sabdanya,
لو أنّ امرأ اطلع عليك بغير إذن فخذفته بحصاة ففقأت عينه لم يكن عليك جناح
“Andaikan ada orang melihatmu di rumah tanpa izin, engkau
melemparnya dengan batu kecil lalu kamu cungkil matanya, maka tidak ada
dosa bagimu.” (HR. Bukhari Kitabul Isti’dzan)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِك أَنَّ رَجُلًا اطَّلَعَ مِنْ بَعْضِ حُجَرِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ إِلَيْهِ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِشْقَصٍ أَوْ
بِمَشَاقِصَ فَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ يَخْتِلُ الرَّجُلَ لِيَطْعُنَهُ
“Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu sesungguhnya ada seorang
laki-laki mengintip sebagian kamar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
lalu nabi berdiri menuju kepadanya dengan membawa anak panah yang lebar
atau beberapa anak panah yang lebar, dan seakan-akan aku melihat beliau
menanti peluang ntuk menusuk orang itu.” (HR. Bukhari Kitabul Isti’dzan)
6. Pulang Kembali Jika Disuruh Pulang
Kita harus menunda kunjungan atau dengan kata lain pulang kembali
ketika setelah tiga kali salam tidak di jawab atau pemilik rumah
menyuruh kita untuk pulang kembali. Sehingga jika seorang tamu disuruh
pulang, hendaknya ia tidak tersinggung atau merasa dilecehkan karena
hal ini termasuk adab yang penuh hikmah dalam syari’at Islam. Di antara
hikmahnya adalah hal ini demi menjaga hak-hak pemilik rumah. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لو أنّ امرأ اطلع عليك بغير إذن، فخَذّفْتَه بخَصاة ففَقأت عينه لم يكن عليك جناح
“Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah
kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu:
Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nuur [24]: 28)
Makna ayat tersebut disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya, “Mengapa
demikian? Karena meminta izin sebelum masuk rumah itu berkenaan dengan
penggunaan hak orang lain. Oleh karena itu, tuan rumah berhak menerima
atau menolak tamu.” Syaikh Abdur Rahman bin Nasir As Sa’di dalam Tafsir Al Karimur Rahman menambahkan, “Jika
kamu di suruh kembali, maka kembalilah. Jangan memaksa ingin masuk, dan
jangan marah. Karena tuan rumah bukan menolak hak yang wajib bagimu
wahai tamu, tetapi dia ingin berbuat kebaikan. Terserah dia, karena itu
haknya mengizinkan masuk atau tidak. Jangan ada perasaan dan tuduhan
bahwa tuan rumah ini angkuh dan sombong sekali.” Oleh karena itu, kelanjutan makna ayat “Kembali itu lebih bersih bagimu. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Artinya supaya hendaknya seorang tamu tidak berburuk sangka atau sakit
hati kepada tuan rumah jika tidak diizinkan masuk, karena Allah-lah
yang Maha Tahu kemaslahatan hamba-Nya. (Majalah Al Furqon).
7. Menjawab Dengan Nama Jelas Jika Pemilik Rumah Bertanya “Siapa?”
Terkadang pemilik rumah ingin mengetahui dari dalam rumah siapakah
tamu yang datang sehingga bertanya, “Siapa?” Maka hendaknya seorang
tamu tidak menjawab dengan “saya” atau “aku” atau yang semacamnya,
tetapi sebutkan nama dengan jelas. Sebagaimana terdapat dalam riwayat
dari Jabir radhiallahu’anhu, dia berkata,
أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي دَيْنٍ
كَانَ عَلَى أَبِي فَدَقَقْتُ الْبَابَ فَقَالَ مَنْ ذَا فَقُلْتُ أَنَا
فَقَالَ أَنَا أَنَا كَأَنَّهُ كَرِهَهَا
“Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka
aku mengetuk pintu, lalu beliau bertanya, ‘Siapa?’ Maka Aku menjawab,
‘Saya.’ Lalu beliau bertanya, ‘Saya, saya?’ Sepertinya beliau tidak
suka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikianlah beberapa poin yang perlu kita perhatikan agar apa yang
kita lakukan ketika bertamu pun sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan mengetahui adab-adab yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ini juga membuat kita lebih lapang kepada saudara kita sebagai tuan
rumah ketika ia menjalankan apa yang menjadi haknya sebagai pemilik
rumah. Wallahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar
Tulis kritik dan saran di box coment ini, karena komentar anda sangat penting untuk perbaikan dalam mendakwahkan ISLAM