tag:blogger.com,1999:blog-22378571861701451772024-02-07T15:35:40.172-08:00Dinamika IslamSetyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.comBlogger90125tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-5381667104830013552012-09-19T00:08:00.001-07:002012-09-19T01:37:39.661-07:00Hukum Wanita Mengenakan Parfum<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah ditanya oleh seorang wanita:</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Bolehkah aku shalat dalam keadaan memakai parfum? Jazakumullah khoiron.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>Jawaban Syaikh <i>rahimahullah</i>:</b></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTAKOqjYnw5SohqNMfLToH6LoOp6KSWp0-3P-bqB4en8LkGqo8XZqkMpa4qFCKCr2AnIewdrniLnaqiRCadRWjDwvLh2jzdJAPEM1GS3AN9I8eu-BC5F17AfSJSsynA2Vv_1Nc66QauqrL/s1600/Tips+Menggunakan+Parfum.png" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="345" id="il_fi" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTAKOqjYnw5SohqNMfLToH6LoOp6KSWp0-3P-bqB4en8LkGqo8XZqkMpa4qFCKCr2AnIewdrniLnaqiRCadRWjDwvLh2jzdJAPEM1GS3AN9I8eu-BC5F17AfSJSsynA2Vv_1Nc66QauqrL/s1600/Tips+Menggunakan+Parfum.png" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="345" /></a><span style="font-size: small;"><i>Na’am</i>. Shalat dalam keadaan memakai parfum itu dibolehkan,
bahkan dibolehkan bagi laki-laki dan perempuan yang beriman. Akan tetapi
wanita hanya boleh menggunakan parfum ketika berada di rumah di sisi
suaminya. Dan tidak boleh seorang wanita menggunakan parfum ketika ia
keluar ke pasar atau ke masjid. Adapun bagi laki-laki, ia dibolehkan
untuk mengenakan parfum ketika berada di rumah, ketika ke pasar, atau ke
masjid. Bahkan mengenakan parfum bagi pria termasuk <a href="http://muslim.or.id/tag/sunnah">sunnah</a> para Rasul.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Apabila seorang wanita shal</span><span style="font-size: small;">at di rumahnya dalam keadaan memakai
berbagai wangian …. , maka itu baik. Seperti itu tidaklah mengapa
bahkan dianjurkan mengenakannya. Akan tetapi, ketika wanita tersebut
keluar rumah, maka ia tidak boleh keluar dalam keadaan mengenakan parfum
yang orang-orang dapat mencium baunya. Janganlah seorang <a href="http://muslim.or.id/tag/wanita">wanita</a> keluar ke pasar atau ke masjid dalam keadaan mengenakan parfum semacam itu. Hal ini dikarenakan Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> telah melarangnya.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">[Fatawa Nur ‘alad Darb, 7/291, cetakan Ar Riasah Al ‘Ammah lil Buhuts
Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’, Riyadh-KSA, cetakan pertama, thn 1429 H]</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">***</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Yang dimaksudkan <a href="http://muslim.or.id/tag/hadits">hadits</a> larangan tersebut adalah sebagai berikut:</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dari Abu Musa Al Asy’ary bahwanya ia berkata, Rasulullah<i> shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;">أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">“<i>Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui
sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka
perempuan tersebut adalah seorang pelacur.”</i><i> </i>(HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 323 mengatakan bahwa <a href="http://muslim.or.id/hadits">hadits</a> ini <b><i>shohih</i></b>)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dari Yahya bin Ja’dah, “Di masa pemerintahan Umar bin Khatab ada
seorang perempuan yang keluar rumah dengan memakai wewangian. Di tengah
jalan, Umar mencium bau harum dari perempuan tersebut maka Umar pun
memukulinya dengan tongkat. Setelah itu beliau berkata,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;">تخرجن متطيبات فيجد الرجال ريحكن وإنما قلوب الرجال عند أنوفهم اخرجن تفلات</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">“<i>Kalian, para perempuan keluar rumah dengan memakai wewangian
sehingga para laki-laki mencium bau harum kalian?! Sesungguhnya hati
laki-laki itu ditentukan oleh bau yang dicium oleh hidungnya. Keluarlah
kalian dari rumah dengan tidak memakai wewangian</i>”. (HR. Abdurrazaq dalam al Mushannaf no 8107)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dari Ibrahim, Umar (bin Khatab) memeriksa shaf <a href="http://muslim.or.id/tag/shalat">shalat</a> jamaah perempuan lalu beliau mencium bau harum dari kepala seorang perempuan. Beliau lantas berkata,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;">لو أعلم أيتكن هي لفعلت ولفعلت لتطيب إحداكن لزوجها فإذا خرجت لبست أطمار وليدتها</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">“<i>Seandainya aku tahu siapa di antara kalian yang memakai
wewangian niscaya aku akan melakukan tindakan demikian dan demikian.
Hendaklah kalian memakai wewangian untuk suaminya. Jika keluar rumah
hendaknya memakai kain jelek yang biasa dipakai oleh budak perempuan</i>”.
Ibrahim mengatakan, “Aku mendapatkan kabar bahwa perempuan yang
memakai wewangian itu sampai ngompol karena takut (dengan Umar)”. (HR.
Abdur Razaq no 8118)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Semoga bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Riyadh-KSA, 7th Safar 1432 H, 11/01/2011</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Penulis: <a href="http://rumaysho.com/">Muhammad Abduh Tuasikal</a></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artikel <a href="http://muslim.or.id/">www.muslim.or.id</a></span></div>
<div id="credit" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;">Dari artikel <a href="http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/hukum-wanita-mengenakan-parfum.html">Hukum Wanita Mengenakan Parfum — Muslim.Or.Id</a> by <a href="http://muslim.or.id/">null</a></span></div>
Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-38475613463923330602012-09-18T00:54:00.002-07:002012-09-18T00:55:35.437-07:00Heboh Pemberitaan Media tentang Rohis sebagai Sarang Teroris<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span id="sasText" style="font-size: small; left: -9999px; position: fixed; top: 0px;">Pemberitaan media mengenai kegiatan-kegiatan dan <b>aksi terorisme</b> kian marak akhir-akhir ini. Apalagi dengan tertangkapnya terduga teroris yang notabene masih berusia <a href="http://www.konsultasisyariah.com/category/akhlak/pergaulan/">remaja</a>.
Hal ini tentu sangat memilukan, ketika saudara-saudara kita yang masih
belia seharusnya melakukan kegiatan yang produktif dan bermanfaat,
tetapi mereka harus mendekam di penjara atau tewas tertembus timah
panas.<br />
<span id="more-13835"></span><br />
Di salah satu <b>stasiun TV nasional</b>, diadakan sebuah
dialog dengan topik utama tindak terorisme. Salah seorang narasumber,
Bambang Pranowo, menyatakan bahwa ada lima pola rekrutmen teroris, salah
satunya adalah melalui ekstrakulikuler di masjid-masjid sekolah, atau
dikenal dengan ekstrakulikuler kerohanian Islam (<a href="http://konsultasisyariah.com/rohis-sarang-teroris" target="_blank" title="berita metro tentang rohis sarang teroris"><b>Rohis</b></a>). Statement ini menuai banyak kontra, karena dianggap meresahkan publik dan menyakiti umat Islam, khususnya para aktivis rohis.<br />
Tanpa bermaksud membela salah satu pihak dan menyakiti pihak yang
lainnya, dari info grafik yang ditampilkan oleh stasiun televisi
tersebut, kami memahami bahwasanya para teroris berusaha menyebarkan
ideologi mereka dan mencari anggota melalui ekstrakulikuler rohis. Pola
rekrutmen ini bisa berhasil dan bisa juga tidak, sehingga apabila
dikatakan rohis sebagai sarang teroris tentu saja itu kekeliruan.<br />
Tidak dipungkiri, para pelaku teroris dan orang-orang yang mengusung
ideologi tersebut tentu saja ingin menambah jumlah “relawan” mereka dan
memperluas pengaruh mereka di masyarakat, bisa jadi menurut mereka,
rohis adalah spot yang potensial untuk mewujudkan hal itu.<br />
Sebagai seorang pemuda Islam dan para orang tua, hendaknya bertindak
proaktif dalam menyikapi isu ini. Misalnya dengan bersungguh-sungguh
mempelajari pemahaman Islam yang benar agar bisa terhindar dari
pemahaman terorisme, bukan malah bertindak reaktif dengan bersikap
phobia terhadap ajaran Islam dan bermalas-malasan mempelajari Islam
karena takut kalau mempelajari Islam nanti menjadi teroris.<br />
Di antara pola pemikiran terorisme yang harus diwaspadai adalah:<br />
<b>Pertama</b>, menanamkan rasa kebencian terhadap
pemerintah dan mengembos-gembosi untuk mengadakan pemberontakan.
Bermodal dengan keterpurukan pemerintahan; korupsi yang merata, moral
pejabat yang egois, perekonomian yang labil, ketidakberhasilan
pemerintah dalam menanggulangi masalah-masalah sosial yang berkembang ,
dan lain-lain, para pengusung ideologi teroris berusaha menanamkan
kebencian terhadap pemerintah dan tidak hanya berhenti disitu mereka
memanas-manasi para pemuda untuk melakukan aksi nyata melakukan
perlawanan terhadap pemerintah yang zalim ini.<br />
Bentuk perlawanan dosisnya berbeda-beda, dimulai dengan mengadakan
aksi protes sehingga menimbulkan kekacauan sampai melakukan pemboman
yang menumpahkan darah dan menghilangkan nyawa.<br />
<b>Kedua</b>, mengafirkan pemerintah. Ideologi yang demikian disebut dengan ideology takfir (mudah menjatuhkan vonis kafir). <a href="http://www.konsultasisyariah.com/category/sejarah-islam/">Sejarah</a>
Islam mencatat, ada sekelompok orang di masa pemerintahan Ali bin Abi
Thalib yang mengafirkan beliau, dengan dalih tersebut mereka pun
kemudian memberontak dan tidak mengakui beliau sebagai khalifah. Seperti
itu pula yang dilakukan oleh para teroris, mereka meyakinkan para
pemuda yang mereka ajak bahwa pemerintah telah kafir karena berhukum
kepada hukum selain Allah dan pemerintah yang <a href="http://www.konsultasisyariah.com/tag/kafir/">kafir</a> harus diberontak.<br />
Mereka mencekoki pemuda yang masih hijau yang kadar keilmuannya masih terbatas dengan suatu perkara yang berat, yang vonis <a href="http://www.konsultasisyariah.com/tag/hukum/">hukum</a> tersebut hanya layak dijatuhkan oleh seorang ulama yang kapasitas keilmuannya mapan.<br />
<b>Ketiga</b>, memuji-muji pelaku terorisme dengan nama
mujahid (seorang yang berjihad). Para pengusung ideologi terorisme
sering memuji-muji orang yang melakukan aksi pengeboman dengan kata
mujahid, dan seorang mujahid akan mendapatkan keutamaan yang besar di
akhirat kelak.<br />
Seseorang yang berjihad hendak meninggikan kalimat tentu saja disebut
mujahid. Namun, apakah menegakkan kalimat Allah itu dengan membunuh
seseorang masih <a href="http://www.konsultasisyariah.com/category/fikih/ibadah-fikih/sholat/">shalat</a>?! Dan hal itu dilakukan di rumah Allah (<a href="http://www.konsultasisyariah.com/tag/masjid/">masjid</a>)!!
Syariat mana dalam agama yang mulia ini yang menuntunkan demikian?!
Tentu saja ini sangat tidak diterima oleh rasio bahkan oleh seorang awam
sekalipun.<br />
Oleh karena itu, menyikapi isu bahwasanya rekrutmen teroris melalui
ekstrakulikuler rohis jangan kita sikapi dengan sikap yang reaktif,
semestinya hal itu semakin memacu semangat kita untuk mempelajari Islam,
mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.<br />
Seorang peyair mengatakan,<br />
</span></div>
<div class="arab" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span id="sasText" style="font-size: small; left: -9999px; position: fixed; top: 0px;">عَرَفْتُ الشَرَّ لَا لِلشَرِّ لَكِنْ لِتَوَقِّيْهِ</span><br />
<span id="sasText" style="font-size: small; left: -9999px; position: fixed; top: 0px;">وَمَنْ لَا يَعْرِفُ الشَرَّ مِنَ الخَيْرِ يَقَعْ فِيْهِ</span></div>
<span id="sasText" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small; left: -9999px; position: fixed; top: 0px;">
Aku memahami kejahatan bukan untuk berbuat jahat, tetapi untuk menghindarinya.<br />
Siapa yang tidak mengetahui kejahatan, sementara hanya memahami kebaikan, bisa jadi terjerumus ke dalam kejahatan itu.<br />
Ditulis oleh Nurfitri Hadi (Tim KonsultasiSyariah.com)<br />
Artikel www.KonsultasiSyariah.com<br />
</span><br />
<div id="credit">
<span id="sasText" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small; left: -9999px; position: fixed; top: 0px;"><br /></span>
<span id="sasText" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small; left: -9999px; position: fixed; top: 0px;">Read more about <a href="http://www.konsultasisyariah.com/rohis-sarang-teroris/#axzz26nyLcyjX">AQIDAH</a> by <a href="http://www.konsultasisyariah.com/">www.konsultasisyariah.com</a></span></div>
<span id="sasText" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small; left: -9999px; position: fixed; top: 0px;">
</span><span id="sasText" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small; left: -9999px; position: fixed; top: 0px;"></span><br />
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://aliusman.files.wordpress.com/2011/04/teroris.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="278" id="il_fi" src="http://aliusman.files.wordpress.com/2011/04/teroris.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="278" /></a></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Pemberitaan media mengenai kegiatan-kegiatan dan <b>aksi terorisme</b> kian marak akhir-akhir ini. Apalagi dengan tertangkapnya terduga teroris yang notabene masih berusia <a href="http://www.konsultasisyariah.com/category/akhlak/pergaulan/">remaja</a>.
Hal ini tentu sangat memilukan, ketika saudara-saudara kita yang masih
belia seharusnya melakukan kegiatan yang produktif dan bermanfaat,
tetapi mereka harus mendekam di penjara atau tewas tertembus timah
panas.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Di salah satu <b>stasiun T</b></span><span style="font-size: small;"><b>V nasional</b>, diadakan sebuah
dialog dengan topik utama tindak terorisme. Salah seorang narasumber,
Bambang Pranowo, menyatakan bahwa ada lima pola rekrutmen teroris, salah
satunya adalah melalui ekstrakulikuler di masjid-masjid sekolah, atau
dikenal dengan ekstrakulikuler kerohanian Islam (<a href="http://konsultasisyariah.com/rohis-sarang-teroris" target="_blank" title="berita metro tentang rohis sarang teroris"><b>Rohis</b></a>). Statement ini menuai banyak kontra, karena dianggap meresahkan publik dan menyakiti umat Islam, khususnya para aktivis rohis.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Tanpa bermaksud membela salah satu pihak dan menyakiti pihak yang
lainnya, dari info grafik yang ditampilkan oleh stasiun televisi
tersebut, kami memahami bahwasanya para teroris berusaha menyebarkan
ideologi mereka dan mencari anggota melalui ekstrakulikuler rohis. Pola
rekrutmen ini bisa berhasil dan bisa juga tidak, sehingga apabila
dikatakan rohis sebagai sarang teroris tentu saja itu kekeliruan.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Tidak dipungkiri, para pelaku teroris dan orang-orang yang mengusung
ideologi tersebut tentu saja ingin menambah jumlah “relawan” mereka dan
memperluas pengaruh mereka di masyarakat, bisa jadi menurut mereka,
rohis adalah spot yang potensial untuk mewujudkan hal itu.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Sebagai seorang pemuda Islam dan para orang tua, hendaknya bertindak
proaktif dalam menyikapi isu ini. Misalnya dengan bersungguh-sungguh
mempelajari pemahaman Islam yang benar agar bisa terhindar dari
pemahaman terorisme, bukan malah bertindak reaktif dengan bersikap
phobia terhadap ajaran Islam dan bermalas-malasan mempelajari Islam
karena takut kalau mempelajari Islam nanti menjadi teroris.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Di antara pola pemikiran terorisme yang harus diwaspadai adalah:</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>Pertama</b>, menanamkan rasa kebencian terhadap
pemerintah dan mengembos-gembosi untuk mengadakan pemberontakan.
Bermodal dengan keterpurukan pemerintahan; korupsi yang merata, moral
pejabat yang egois, perekonomian yang labil, ketidakberhasilan
pemerintah dalam menanggulangi masalah-masalah sosial yang berkembang ,
dan lain-lain, para pengusung ideologi teroris berusaha menanamkan
kebencian terhadap pemerintah dan tidak hanya berhenti disitu mereka
memanas-manasi para pemuda untuk melakukan aksi nyata melakukan
perlawanan terhadap pemerintah yang zalim ini.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Bentuk perlawanan dosisnya berbeda-beda, dimulai dengan mengadakan
aksi protes sehingga menimbulkan kekacauan sampai melakukan pemboman
yang menumpahkan darah dan menghilangkan nyawa.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>Kedua</b>, mengafirkan pemerintah. Ideologi yang demikian disebut dengan ideology takfir (mudah menjatuhkan vonis kafir). <a href="http://www.konsultasisyariah.com/category/sejarah-islam/">Sejarah</a>
Islam mencatat, ada sekelompok orang di masa pemerintahan Ali bin Abi
Thalib yang mengafirkan beliau, dengan dalih tersebut mereka pun
kemudian memberontak dan tidak mengakui beliau sebagai khalifah. Seperti
itu pula yang dilakukan oleh para teroris, mereka meyakinkan para
pemuda yang mereka ajak bahwa pemerintah telah kafir karena berhukum
kepada hukum selain Allah dan pemerintah yang <a href="http://www.konsultasisyariah.com/tag/kafir/">kafir</a> harus diberontak.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Mereka mencekoki pemuda yang masih hijau yang kadar keilmuannya masih terbatas dengan suatu perkara yang berat, yang vonis <a href="http://www.konsultasisyariah.com/tag/hukum/">hukum</a> tersebut hanya layak dijatuhkan oleh seorang ulama yang kapasitas keilmuannya mapan.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>Ketiga</b>, memuji-muji pelaku terorisme dengan nama
mujahid (seorang yang berjihad). Para pengusung ideologi terorisme
sering memuji-muji orang yang melakukan aksi pengeboman dengan kata
mujahid, dan seorang mujahid akan mendapatkan keutamaan yang besar di
akhirat kelak.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Seseorang yang berjihad hendak meninggikan kalimat tentu saja disebut
mujahid. Namun, apakah menegakkan kalimat Allah itu dengan membunuh
seseorang masih <a href="http://www.konsultasisyariah.com/category/fikih/ibadah-fikih/sholat/">shalat</a>?! Dan hal itu dilakukan di rumah Allah (<a href="http://www.konsultasisyariah.com/tag/masjid/">masjid</a>)!!
Syariat mana dalam agama yang mulia ini yang menuntunkan demikian?!
Tentu saja ini sangat tidak diterima oleh rasio bahkan oleh seorang awam
sekalipun.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Oleh karena itu, menyikapi isu bahwasanya rekrutmen teroris melalui
ekstrakulikuler rohis jangan kita sikapi dengan sikap yang reaktif,
semestinya hal itu semakin memacu semangat kita untuk mempelajari Islam,
mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Seorang peyair mengatakan,</span></div>
<div class="arab" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">عَرَفْتُ الشَرَّ لَا لِلشَرِّ لَكِنْ لِتَوَقِّيْهِ</span><br />
<span style="font-size: small;">وَمَنْ لَا يَعْرِفُ الشَرَّ مِنَ الخَيْرِ يَقَعْ فِيْهِ</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Aku memahami kejahatan bukan untuk berbuat jahat, tetapi untuk menghindarinya.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Siapa yang tidak mengetahui kejahatan, sementara hanya memahami kebaikan, bisa jadi terjerumus ke dalam kejahatan itu.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Ditulis oleh Nurfitri Hadi (Tim KonsultasiSyariah.com)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artikel www.KonsultasiSyariah.com</span></div>
<div id="credit" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;">Read more about <a href="http://www.konsultasisyariah.com/rohis-sarang-teroris/#axzz26nyLcyjX">AQIDAH</a> by <a href="http://www.konsultasisyariah.com/">www.konsultasisyariah.com</a></span></div>
Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-77693902103725454832012-09-18T00:32:00.002-07:002012-09-18T00:32:48.085-07:00Menyikapi Film yang Menghina Nabi<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/kaum-muslimin-gaza-turun-ke-jalan-mengecam-film-yang-_120915192906-191.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="237" id="il_fi" src="http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/kaum-muslimin-gaza-turun-ke-jalan-mengecam-film-yang-_120915192906-191.JPG" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="400" /></a><span style="font-size: small;">Ulama
senior di Kerajaan Saudi Arabia, sekaligus anggota Al Lajnah Ad Daimah
(komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia), Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin
‘Abdillah Al Fauzan mendapatkan pertanyaan dalam kajian harian beliau di
daerah Malaz Riyadh, “Fadhilatusy Syaikh –<i>waffaqakumullaah</i>-.
Pertanyaan yang masuk saat ini banyak sekali. Di antaranya, ada yang
bertanya tentang bagaimana nasehat Anda bagi para penuntut ilmu dan juga
selain mereka tentang apa yang terjadi s</span><span style="font-size: small;">aat ini berkaitan dengan film
yang menghina Rasul <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>. Apa wejangan Anda dalam hal ini?”</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Beliau <i>hafizhohullah</i> menjawab,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Nasehat kami dalam hal ini adalah hendaknya kita tetap tenang dan
tidak mengingkari hal ini dengan cara-cara (yang keliru) seperti dengan
melakukan <b><a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/jalan-kebenaran/3747-kerusakan-demonstrasi.html">demonstrasi</a></b>,
menzholimi orang-orang yang tidak memiliki keterkaitan dengan hal ini,
atau sampai merusak harta benda (orang lain). Ini adalah cara-cara yang
tidak diperbolehkan. Yang wajib untuk membantah mereka sebenarnya adalah
para ulama, bukan orang awam. Para ulamalah yang berhak membantah dalam
perkara-perkara ini. Hendaknya kita senantiasa tenang.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Orang-orang kafir sebenarnya ingin mengganggu kita serta memancing
amarah kita. Ini yang mereka inginkan. Mereka juga ingin agar kita
saling membunuh. Aparat keamanan berusaha menghalang-halangi, sedangkan
yang lain (para demonstran muslim) berusaha menyerang, sehingga
terjadilah pemukulan, pembunuhan, dan banyak yang terluka. Mereka
menginginkan hal ini. Hendaknya kita senantiasa tenang dan bersikaplah
tenang. Yang berhak untuk membantah mereka adalah orang-orang yang
memiliki ilmu dan <i>bashirah</i>, atau hendaknya mereka tidak perlu dibantah. Orang-orang yang membantah mereka juga tidak boleh disamaratakan.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Ingatlah, dahulu orang-orang musyrik berkata terhadap Rasul <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>, “<i>Penyihir, dukun, pendusta</i>”
dan perkataan hinaan lainnya. Namun, Allah memerintahkan Rasul-Nya
untuk bersabar. Kaum muslimin ketika itu tidak melakukan demonstrasi di
Mekkah, tidak menghancurkan sedikit pun dari rumah-rumah kaum musyrikin,
juga tidak membunuh seorang pun. Sabar dan tenanglah sampai Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala</i> memudahkan jalan keluar bagi kaum muslimin.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Yang wajib dilakukan adalah tenang, khususnya saat ini, di saat
munculnya banyak teror dan kejelekan di negeri-negeri kaum muslimin.
Wajib untuk tenang dan tidak tergesa-gesa dalam masalah-masalah semacam
ini. Orang-orang awam tidaklah pantas untuk menghadapinya. Mereka bodoh,
tidak memahami hakikat masalah. Tidak boleh menghadapi masalah ini
kecuali orang yang memiliki <a href="http://muslim.or.id/tag/ilmu">ilmu</a> dan <i>bashirah</i>. <i>Na’am</i>.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">[Fatwa Syaikhuna -Syaikh Dr. Sholih Al Fauzan- dalam sesi tanya jawab <a href="http://muslim.or.id/tag/kajian">kajian</a> <i>Al Muntaqo</i>
(karya Jadd Ibnu Taimiyah) di Masjid Jaami' Mut'ib bin ‘Abdul ‘Aziz,
Malaz, Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia pada hari Sabtu, 28 Syawal 1433 H.
Soal ini dibacakan setelah adzan ‘Isya dari <a href="http://muslim.or.id/info-dauroh-dan-kajian">kajian</a> tersebut<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2237857186170145177" title="">[1]</a>]</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><i>Wallahu waliyyut taufiq.</i></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">@ Sakan 27 Jami’ah Malik Su’ud, Riyadh, KSA, 1 Dzulqo’dah 1433 H</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">—</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Penerjemah: <a href="http://rumaysho.com/">Muhammad Abduh Tuasikal<br />
</a>Artikel <a href="http://muslim.or.id/">Muslim.Or.Id</a></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><br clear="all" /></span>
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<div>
<span style="font-size: small;"><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2237857186170145177" title="">[1]</a>
Rekaman tanya jawab ini ada di tangan penerjemah. Untuk melihat fatwa
yang telah ditranskrip dalam bentuk tulisan, silakan lihat <b><a href="http://www.alwaraqat.net/content.php?3118-%C7%E1%DD%E6%D2%C7%E4-%CD%E6%E1-%CA%E6%CC%ED%E5-%DD%D6%ED%E1%CA%E5-%E1%E1%E3%D3%E1%E3%ED%E4-%CD%ED%C7%E1-%C7%E1%DD%ED%E1%E3-%C7%E1%E3%D3%ED%C1-%C7%E1%E5%DC%CF%E6%C1-%C7%E1%E5%DC%CF%E6%C1">di sini</a></b>.</span></div>
</div>
<div id="credit" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;">Dari artikel <a href="http://muslim.or.id/manhaj/menyikapi-film-yang-menghina-nabi.html">Menyikapi Film yang Menghina Nabi — Muslim.Or.Id</a> by <a href="http://muslim.or.id/">null</a></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Ulama
senior di Kerajaan Saudi Arabia, sekaligus anggota Al Lajnah Ad Daimah
(komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia), Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin
‘Abdillah Al Fauzan mendapatkan pertanyaan dalam kajian harian beliau di
daerah Malaz Riyadh, “Fadhilatusy Syaikh –<i>waffaqakumullaah</i>-.
Pertanyaan yang masuk saat ini banyak sekali. Di antaranya, ada yang
bertanya tentang bagaimana nasehat Anda bagi para penuntut ilmu dan juga
selain mereka tentang apa yang terjadi saat ini berkaitan dengan film
yang menghina Rasul <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>. Apa wejangan Anda dalam hal ini?”</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Beliau <i>hafizhohullah</i> menjawab,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Nasehat kami dalam hal ini adalah hendaknya kita tetap tenang dan
tidak mengingkari hal ini dengan cara-cara (yang keliru) seperti dengan
melakukan <b><a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/jalan-kebenaran/3747-kerusakan-demonstrasi.html">demonstrasi</a></b>,
menzholimi orang-orang yang tidak memiliki keterkaitan dengan hal ini,
atau sampai merusak harta benda (orang lain). Ini adalah cara-cara yang
tidak diperbolehkan. Yang wajib untuk membantah mereka sebenarnya adalah
para ulama, bukan orang awam. Para ulamalah yang berhak membantah dalam
perkara-perkara ini. Hendaknya kita senantiasa tenang.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Orang-orang kafir sebenarnya ingin mengganggu kita serta memancing
amarah kita. Ini yang mereka inginkan. Mereka juga ingin agar kita
saling membunuh. Aparat keamanan berusaha menghalang-halangi, sedangkan
yang lain (para demonstran muslim) berusaha menyerang, sehingga
terjadilah pemukulan, pembunuhan, dan banyak yang terluka. Mereka
menginginkan hal ini. Hendaknya kita senantiasa tenang dan bersikaplah
tenang. Yang berhak untuk membantah mereka adalah orang-orang yang
memiliki ilmu dan <i>bashirah</i>, atau hendaknya mereka tidak perlu dibantah. Orang-orang yang membantah mereka juga tidak boleh disamaratakan.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Ingatlah, dahulu orang-orang musyrik berkata terhadap Rasul <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>, “<i>Penyihir, dukun, pendusta</i>”
dan perkataan hinaan lainnya. Namun, Allah memerintahkan Rasul-Nya
untuk bersabar. Kaum muslimin ketika itu tidak melakukan demonstrasi di
Mekkah, tidak menghancurkan sedikit pun dari rumah-rumah kaum musyrikin,
juga tidak membunuh seorang pun. Sabar dan tenanglah sampai Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala</i> memudahkan jalan keluar bagi kaum muslimin.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Yang wajib dilakukan adalah tenang, khususnya saat ini, di saat
munculnya banyak teror dan kejelekan di negeri-negeri kaum muslimin.
Wajib untuk tenang dan tidak tergesa-gesa dalam masalah-masalah semacam
ini. Orang-orang awam tidaklah pantas untuk menghadapinya. Mereka bodoh,
tidak memahami hakikat masalah. Tidak boleh menghadapi masalah ini
kecuali orang yang memiliki <a href="http://muslim.or.id/tag/ilmu">ilmu</a> dan <i>bashirah</i>. <i>Na’am</i>.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">[Fatwa Syaikhuna -Syaikh Dr. Sholih Al Fauzan- dalam sesi tanya jawab <a href="http://muslim.or.id/tag/kajian">kajian</a> <i>Al Muntaqo</i>
(karya Jadd Ibnu Taimiyah) di Masjid Jaami' Mut'ib bin ‘Abdul ‘Aziz,
Malaz, Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia pada hari Sabtu, 28 Syawal 1433 H.
Soal ini dibacakan setelah adzan ‘Isya dari <a href="http://muslim.or.id/info-dauroh-dan-kajian">kajian</a> tersebut<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2237857186170145177" title="">[1]</a>]</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><i>Wallahu waliyyut taufiq.</i></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">@ Sakan 27 Jami’ah Malik Su’ud, Riyadh, KSA, 1 Dzulqo’dah 1433 H</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">—</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Penerjemah: <a href="http://rumaysho.com/">Muhammad Abduh Tuasikal<br />
</a>Artikel <a href="http://muslim.or.id/">Muslim.Or.Id</a></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><br clear="all" /></span>
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<div>
<span style="font-size: small;"><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2237857186170145177" title="">[1]</a>
Rekaman tanya jawab ini ada di tangan penerjemah. Untuk melihat fatwa
yang telah ditranskrip dalam bentuk tulisan, silakan lihat <b><a href="http://www.alwaraqat.net/content.php?3118-%C7%E1%DD%E6%D2%C7%E4-%CD%E6%E1-%CA%E6%CC%ED%E5-%DD%D6%ED%E1%CA%E5-%E1%E1%E3%D3%E1%E3%ED%E4-%CD%ED%C7%E1-%C7%E1%DD%ED%E1%E3-%C7%E1%E3%D3%ED%C1-%C7%E1%E5%DC%CF%E6%C1-%C7%E1%E5%DC%CF%E6%C1">di sini</a></b>.</span></div>
</div>
<div id="credit" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;">Dari artikel <a href="http://muslim.or.id/manhaj/menyikapi-film-yang-menghina-nabi.html">Menyikapi Film yang Menghina Nabi — Muslim.Or.Id</a> by <a href="http://muslim.or.id/">null</a></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-83760775745491807902012-06-27T17:45:00.001-07:002012-06-27T17:47:53.936-07:00Doa Agar Diberi Ilmu Yang Bermanfaat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgawDDCrCJDyxvqTJhhJtNQ9k7YG2gePE3r9jE2FfzNY2eVnxveucZXC09f9FYXM1aa4R7ZPlrMS4OBmaySE64i1AVB76O8JGmtAhga82l67pydVzZLhJXSgDh1WpNJGPlMNy0NU-ydOmMR/s1600/kumpulan-doa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" id="il_fi" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgawDDCrCJDyxvqTJhhJtNQ9k7YG2gePE3r9jE2FfzNY2eVnxveucZXC09f9FYXM1aa4R7ZPlrMS4OBmaySE64i1AVB76O8JGmtAhga82l67pydVzZLhJXSgDh1WpNJGPlMNy0NU-ydOmMR/s1600/kumpulan-doa.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" /></a></div>
<div style="-moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; background: rgb(109, 233, 106) none repeat scroll 0% 0%; border: 2px dashed rgb(207, 15, 248); color: black; margin: 5px; padding: 4px;">
<div style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 30px; line-height: 150%; padding-left: 0pt; text-align: right;">
اَللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِـمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَزِدْنِي عِلْمًا</div>
<div style="padding-left: 0pt; text-align: justify;">
“Ya Allah,
berikanlah manfaat kepadaku atas apa yang telah Engkau ajarkan
kepadaku, dan ajarkanlah kepadaku apa yang bermanfaat bagiku, serta
tambahkanlah ilmu kepadaku.”</div>
</div>
<div style="-moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; background: rgb(252, 179, 3) none repeat scroll 0pt 0pt; border: 2px dashed rgb(207, 15, 248); color: black; margin: 5px; padding: 4px; text-align: justify;">
HR. At-Tirmidzi no. 3599, Ibnu Majah no. 251 dan 3833, <i>Shahiih at-Tirmidzi</i> III/185 no. 2845, <i>Shahiih Ibni Maja</i>h 1/47 no. 203 dari Sahabat Abu Hurairah رضي الله عنه.</div>
<div style="-moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; background: rgb(109, 233, 106) none repeat scroll 0% 0%; border: 2px dashed rgb(207, 15, 248); color: black; margin: 5px; padding: 4px;">
<div style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 30px; line-height: 150%; padding-left: 0pt; text-align: right;">
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً</div>
<div style="padding-left: 0pt; text-align: justify;">
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amal yang diterima.”</div>
</div>
<div style="-moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; background: rgb(252, 179, 3) none repeat scroll 0pt 0pt; border: 2px dashed rgb(207, 15, 248); color: black; margin: 5px; padding: 4px; text-align: justify;">
HR. Ibnu Majah no. 925, lihat juga<i> Shahiih Ibni Majah</i> 1/152 no. 753</div>
<div style="-moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; background: rgb(109, 233, 106) none repeat scroll 0% 0%; border: 2px dashed rgb(207, 15, 248); color: black; margin: 5px; padding: 4px;">
<div style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 30px; line-height: 150%; padding-left: 0pt; text-align: right;">
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمًا لاَ يَنْفَعُ</div>
<div style="padding-left: 0pt; text-align: justify;">
“Ya Allah,
sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, dan aku
berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.”</div>
</div>
<div style="-moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; background: rgb(252, 179, 3) none repeat scroll 0pt 0pt; border: 2px dashed rgb(207, 15, 248); color: black; margin: 5px; padding: 4px; text-align: justify;">
HR. Ibnu Majah no. 3843 dari Jabir رضي الله عنه. Lihat juga <i>Shahiih Sunan Ibni Majah</i> 11/327 no. 3100 dan lafazhnya:
<br />
<div style="font-family: Traditional Arabic; font-size: 20px; line-height: 150%; padding-left: 0pt; text-align: right;">
سَلُوا اللهَ عِلْمًا نَافِعًا، وَتَعَوَّ ذُوْا بِاللهِ مِنْ عِلْمًا لاَ يَنْفَعُ</div>
<div style="padding-left: 0pt; text-align: justify;">
“Mohonlah kepada Allah ilmu yang bermanfaat dan berlindunglah kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat.”</div>
</div>
Dikutip dari: <i>Kumpulan Do’a dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang Shahih</i>, oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir JawasSetyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-79655176665038409922012-06-24T18:40:00.000-07:002012-06-24T18:40:12.020-07:00Jilbab Lebih Menjaga Dirimu<br />
<em>Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya</em>.<br />
Jilbab, apa sih manfaatnya? Banyak wanita yang menanya-nanyakan hal
ini karena ia belum mendapat hidayah untuk mengenakannya. Berikut ada
sebuah ayat dalam Kitabullah yang disebut dengan “Ayat Hijab”. Ayat ini
sangat bagus sekali untuk direnungkan. Moga kita bisa mendapatkan
pelajaran dari ayat tersebut dari para ulama tafsir. Semoga dengan ini
Allah membuka hati para wanita yang memang belum mengenakannya dengan
sempurna.<br />
Allah <em>Ta’ala</em> berfirman,<br />
<div dir="RTL" style="text-align: center;">
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ
لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ
مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ
وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا</div>
“<em>Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang</em>.” (QS. Al Ahzab: 59)<br />
<span style="color: red;"><strong>Apa Itu Jilbab?</strong></span><br />
Ibnu Katsir <em>rahimahullah</em> menerangkan bahwa jilbab adalah pakaian atas (rida’)<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftn1">[1]</a> yang
menutupi khimar. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud, ‘Ubaidah, Al
Hasan Al Bashri, Sa’id bin Jubair, Ibrahim An Nakho’i, dan ‘Atho’ Al
Khurosaani. Untuk saat ini, jilbab itu semisal izar (pakaian bawah). Al
Jauhari berkata bahwa jilbab adalah “<em>mulhafah</em>” (kain penutup).<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftn2">[2]</a><br />
Asy Syaukani <em>rahimahullah </em>berkata bahwa jilbab adalah pakaian yang ukurannya lebih besar dari khimar.<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftn3">[3]</a> Ada
ulama yang katakan bahwa jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh
badan wanita. Dalam hadits shahih dari ‘Ummu ‘Athiyah, ia berkata,
“Wahai Rasulullah, salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab.”
Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>lantas bersabda,<br />
<div dir="RTL" style="text-align: center;">
لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا</div>
“<em>Hendaklah saudaranya mengenakan jilbab untuknya.</em>”<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftn4">[4]</a> Al Wahidi mengatakan bahwa pakar tafsir mengatakan, “Yaitu hendaklah ia menutupi wajah dan kepalanya kecuali satu mata saja.”<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftn5">[5]</a><br />
Ibnul Jauzi <em>rahimahullah </em>dalam <em>Zaadul Masiir</em> memberi
keterangan mengenai jilbab. Beliau nukil perkataan Ibnu Qutaibah, di
mana ia memberikan penjelasan, “Hendaklah wanita itu mengenakan rida’nya
(pakaian atasnya).” Ulama lainnya berkata, “Hendaklah para wanita
menutup kepala dan wajah mereka, supaya orang-orang tahu bahwa ia adalah
wanita merdeka (bukan budak).”<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftn6">[6]</a><br />
Syaikh As Sa’di <em>rahimahullah </em>menerangkan bahwa jilbab adalah <em>mulhafah</em> (kain
penutup atas), khimar, rida’ (kain penutup badan atas) atau selainnya
yang dikenakan di atas pakaian. Hendaklah jilbab tersebut menutupi diri
wanita itu, menutupi wajah dan dadanya.<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftn7">[7]</a><br />
Kesimpulan mengenai maksud <em>jilbab</em> dan <em>khimar</em>, silakan lihat gambar <a href="http://www.muslimah.or.id/">www.muslimah.or.id</a><a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftn8"> [8]</a> berikut ini.<br />
<img alt="khimar" height="302" src="http://rumaysho.com/images/stories/khimar.jpg" width="360" /><br />
<img alt="jilbab_2" height="302" src="http://rumaysho.com/images/stories/jilbab_2.jpg" width="360" /><br />
<span style="color: red;"><strong>Mengenakan Jilbab, Ciri-Ciri Wanita Merdeka</strong></span><br />
Dalam ayat yang kita kaji saat ini, Allah <em>Ta’ala</em> memerintahkan kepada Rasul-Nya <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> agar
memerintahkan para wanita mukminat—khususnya para istri dan anak
perempuan Nabi karena kemuliaan mereka—yaitu supaya mereka mengulurkan
jilbabnya. Tujuannya adalah untuk membedakan antara para wanita
jahiliyah dan para budak wanita.<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftn9">[9]</a><br />
As Sudi <em>rahimahullah</em> mengatakan, “Dahulu orang-orang fasik
di Madinah biasa keluar di waktu malam ketika malam begitu gelap di
jalan-jalan Madinah. Mereka ingin menghadang para wanita. Dahulu
orang-orang miskin dari penduduk Madinah mengalami kesusahan. Jika malam
tiba para wanita (yang susah tadi) keluar ke jalan-jalan untuk memenuhi
hajat mereka. Para orang fasik sangat ingin menggoda para wanita tadi.
Ketika mereka melihat para wanita yang mengenakan jilbab, mereka
katakan, “Ini adalah wanita merdeka. Jangan sampai menggagunya.” Namun
ketika mereka melihat para wanita yang tidak berjilbab, mereka katakan,
“Ini adalah budak wanita. Mari kita menghadangnya.”<br />
Mujahid <em>rahimahullah</em> berkata, “Hendaklah para wanita
mengenakan jilbab supaya diketahui manakah yang termasuk wanita merdeka.
Jika ada wanita yang berjilbab, orang-orang yang fasik ketika bertemu
dengannya tidak akan menyakitinya.”<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftn10">[10]</a><br />
Penjelasan para ulama di atas menerangkan firman Allah mengenai manfaat jilbab,<br />
<div dir="RTL">
ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ</div>
“<em>Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal</em>.” (QS. Al Ahzab: 59)<br />
Asy Syaukani <em>rahimahullah</em> menerangkan, “Ayat (yang artinya), ”<em> Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal</em>”,
bukanlah yang dimaksud supaya salah satu di antara mereka dikenal,
yaitu siapa wanita itu. Namun yang dimaksudkan adalah supaya mereka
dikenal, manakah yang sudah merdeka, manakah yang masih budak. Karena
jika mereka mengenakan jilbab, itu berarti mereka mengenakan pakaian
orang merdeka.”<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftn11">[11]</a><br />
Inilah yang membedakan manakah budak dan wanita merdeka dahulu. Hal
ini menunjukkan bahwa wanita yang tidak berjilbab berarti masih
menginginkan status dirinya sebagai budak. <em>Hanya Allah yang beri taufik</em>.<br />
<span style="color: red;"><strong>Mengenakan Jilbab Lebih Menjaga Diri</strong></span><br />
Mengenai ayat,<br />
<div dir="RTL">
ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ</div>
“<em>Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.</em>” (QS. Al Ahzab: 59)<br />
Syaikh As Sa’di <em>rahimahullah </em>berkata, “Ayat di atas
menunjukkan, orang yang tidak mengenakan jilbab akan lebih mudah digoda.
Karena jika seorang wanita tidak berjilbab, maka orang-orang akan
mengira bahwa ia bukanlah wanita ‘<em>afifaat</em> (wanita yang
benar-benar menjaga diri atau kehormatannya). Akhirnya orang yang punya
penyakit dalam hatinya muncul hal yang bukan-bukan, lantas mereka pun
menyakitinya dan menganggapnya rendah seperti anggapan mereka itu budak.
Akhirnya orang-orang yang ingin berlaku jelek merendahkannya.”<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftn12">[12]</a><br />
<span style="color: red;"><strong>Allah Maha Pengampun</strong></span><br />
Di akhir ayat, Allah <em>Ta’ala</em> katakan,<br />
<div dir="RTL">
وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا</div>
“<em>Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang</em>.” (QS. Al Ahzab: 59). Ibnu Katsir <em>rahimahullah</em> berkata,
“Allah Maha Pengampun dan Penyayang terhadap apa yang telah lalu di
masa-masa jahiliyah, di mana ketika itu mereka (para wanita) tidak
memiliki ilmu akan hal ini.”<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftn13">[13]</a><br />
Artinya, bagi wanita yang belum mengenakan jilbab, Allah masih
membuka pintu taubat selama nyawa masih dikandung badan, selama malaikat
maut belum datang di hadapannya.<br />
<span style="color: red;"><strong>Jangan Lupa untuk Dakwahi Keluarga</strong></span><br />
Dakwahi keluarga untuk berjilbab dan menutup aurat, itu yang seharusnya jadi skala prioritas. Lihatlah, Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> saja
diperintahkan untuk memulainya dari istri dan anak-anak perempuannya
sebelum wanita mukminat lainnya sebagaimana perintah di awal ayat.<br />
<div dir="RTL">
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ</div>
“<em>Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin</em>”<br />
Hal ini sebagaimana firman Allah <em>Ta’ala</em>,<br />
<div dir="RTL">
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا</div>
“<em>Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka</em>.” (QS. At Tahrim: 6)<br />
<em>Ya Allah, bukakanlah hati keluarga dan kerabat kami yang belum berjilbab untuk segera berjilbab dengan sempurna.</em><br />
<em>Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.</em><br />
<br />
<br />
Riyadh, KSU, on 29th Dzulhijjah 1431 H (04/12/2010)<br />
Penulis: <a href="http://rumaysho.com/">Muhammad Abduh Tuasikal</a><br />
Artikel<a href="http://muslim.or.id/"> Muslim.Or.Id</a><br />
<br />
<hr />
<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftnref1">[1]</a> <em>Rida</em>’ dan <em>Izar </em>adalah pakaian seperti ketika berihrom. Rida’ untuk bagian atas, ihrom untuk bagian bawahnya.<br />
<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftnref2">[2]</a> Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, Muassasah Qurthubah, 11/242.<br />
<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftnref3">[3]</a> Fathul Qodir, Asy Syaukani, Mawqi’ At Tafasir, 6/79.<br />
<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftnref4">[4]</a> HR. Muslim no. 890.<br />
<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftnref5">[5]</a> Fathul Qodir, 6/79.<br />
<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftnref6">[6]</a> Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi, Mawqi’ At Tafasir, 5/150.<br />
<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftnref7">[7]</a> Taisir Al Karimir Rahman, ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Muassasah Ar Risalah, hal. 671.<br />
<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftnref8">[8]</a> Dicopy dari <a href="http://muslimah.or.id/nasihat-untuk-muslimah/jilbabku-penutup-auratku.html">http://muslimah.or.id/nasihat-untuk-muslimah/jilbabku-penutup-auratku.html</a><br />
<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftnref9">[9]</a> Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11/242.<br />
<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftnref10">[10]</a> Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11/243.<br />
<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftnref11">[11]</a> Fathul Qodir, 6/79.<br />
<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftnref12">[12]</a> Taisir Al Karimir Rahman, hal. 671.<br />
<a href="http://rumaysho.com/belajar-islam/muslimah/3276-jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html#_ftnref13">[13]</a> Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11/243.Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-46057045832819039622012-06-08T19:49:00.002-07:002012-06-13T19:22:39.240-07:00Diam Yang Menyelamatkan<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGYk4GMwl6FOVnx4zNZnXCQ5BPYaC4pCn4ooq_t8Gcwv1_woTCxJ5pEiWl8uLHYQaO5SfovT6gABWv-mhAcUi9YLZh5l2QmUO2AATdY1qNUNHROrzHNHaPJPZ_jbmHV44mhW0aeatpZOav/s1600/Autumn+leaf.jpg"><img border="0" height="480" id="il_fi" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGYk4GMwl6FOVnx4zNZnXCQ5BPYaC4pCn4ooq_t8Gcwv1_woTCxJ5pEiWl8uLHYQaO5SfovT6gABWv-mhAcUi9YLZh5l2QmUO2AATdY1qNUNHROrzHNHaPJPZ_jbmHV44mhW0aeatpZOav/s1600/Autumn+leaf.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="640" /></a><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “</span><i style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Barangsiapa yang diam maka dia akan selamat</i><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">.”
(HR. Ahmad [6481] sanadnya disahihkan Syaikh Ahmad Syakir, lihat
al-Musnad [6/36] dan disahihkan pula oleh Syaikh Abdullah bin Yusuf
al-Judai’ dalam ar-Risalah al-Mughniyah fi as-Sukut wa Luzum al-Buyut,
hal. 21-22 Bab Najatul Insan bi ash-Shamti wa Hifzhi al-Lisan)</span></span><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGYk4GMwl6FOVnx4zNZnXCQ5BPYaC4pCn4ooq_t8Gcwv1_woTCxJ5pEiWl8uLHYQaO5SfovT6gABWv-mhAcUi9YLZh5l2QmUO2AATdY1qNUNHROrzHNHaPJPZ_jbmHV44mhW0aeatpZOav/s1600/Autumn+leaf.jpg" imageanchor="1"></a>
<br />
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “<i>Seorang
muslim yang baik adalah yang membuat kaum muslimin yang lain selamat
dari gangguan lisan dan tangannya. Dan seorang yang benar-benar
berhijrah adalah yang meninggalkan segala perkara yang dilarang Allah</i>.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Iman [10])a</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dari Abu Musa radhiyallahu’anhu, beliau menceritakan bahwa para
Sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “<i>Wahai
Rasulullah! Islam manakah yang lebih utama?” Beliau menjawab, “Yaitu
orang yang membuat kaum muslimin yang lain selamat dari gangguan lisan
dan tangannya</i>.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Iman [11] dan Muslim dalam Kitab al-Iman [42])</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “<i>Sabda beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Yaitu orang yang membuat kaum muslimin yang lain
selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” Maknanya adalah orang yang
tidak menyakiti seorang muslim, baik dengan ucapan maupun perbuatannya.
Disebutkannya tangan secara khusus dikarenakan sebagian besar perbuatan
dilakukan dengannya.</i>” (lihat Syarh Muslim [2/93] cet. Dar Ibnu al-Haistam)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Imam al-Khaththabi rahimahullah berkata, “<i>Maksud hadits ini
adalah bahwa kaum muslimin yang paling utama adalah orang yang selain
menunaikan hak-hak Allah ta’ala dengan baik maka dia pun menunaikan
hak-hak sesama kaum muslimin dengan baik pula</i>.” (lihat Fath al-Bari [1/69] cet. Dar al-Hadits)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata, “<i>Demi Allah yang
tidak ada sesembahan yang benar selain Dia. Tidak ada di atas muka bumi
ini sesuatu yang lebih butuh untuk dipenjara dalam waktu yang lama
selain lisan</i>.” (HR. ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir [9/162],
disahihkan sanadnya oleh Syaikh Abdullah bin Yusuf al-Judai’ dalam
ar-Risalah al-Mughniyah, hal. 26)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu, beliau berkata, “<i>Wahai
Rasulullah! Apakah kami akan dihukum akibat segala yang kami ucapkan?”.
Beliau pun menjawab, “Ibumu telah kehilangan engkau wahai Mu’adz bin
Jabal! Bukankah yang menjerumuskan umat manusia tersungkur ke dalam
Jahannam di atas hidungnya tidak lain adalah karena buah kejahatan lisan
mereka?!</i>” (HR. ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir [20/127-128],
disahihkan sanadnya oleh Syaikh Abdullah bin Yusuf al-Judai’ dalam
ar-Risalah al-Mughniyah, hal. 27)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
<span style="font-size: small;">al-Laits bin Sa’ad rahimahullah menceritakan: Suatu ketika
orang-orang melewati seorang rahib/ahli ibadah. Lantas mereka pun
memanggilnya, tetapi dia tidak menjawab seruan mereka. Kemudian mereka
pun mengulanginya dan memanggilnya kembali. Namun dia tetap tidak
memenuhi panggilan mereka. Maka mereka pun berkata, “Mengapa kamu tidak
mau berbicara dengan kami?”. Maka dia pun keluar menemui mereka dan
berkata, “Aduhai orang-orang itu! Sesungguhnya lisanku adalah hewan
buas. Aku khawatir jika aku melepaskannya dia akan memangsa diriku.”
(lihat ar-Risalah al-Mughniyah fi as-Sukut wa Luzum al-Buyut, hal. 32)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Sekarang ini bukanlah
masa untuk banyak berbicara. Ini adalah masa untuk lebih banyak diam dan
menetapi rumah.” (lihat ar-Risalah al-Mughniyah fi as-Sukut wa Luzum
al-Buyut, hal. 37)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
<span style="font-size: small;">al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah juga berkata, “Hendaknya kamu
disibukkan dengan memperbaiki dirimu, janganlah kamu sibuk membicarakan
orang lain. Barangsiapa yang senantiasa disibukkan dengan membicarakan
orang lain maka sungguh dia telah terpedaya.” (lihat ar-Risalah
al-Mughniyah fi as-Sukut wa Luzum al-Buyut, hal. 38)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
<span style="font-size: small;"><i>Sebagian orang bijak mengatakan dalam syairnya:</i></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Kita mencela masa, padahal aib itu ada dalam diri kita</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Tidaklah ada aib di masa kita kecuali kita</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Kita mencerca masa, padahal dia tak berdosa</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Seandainya masa bicara, niscaya dia lah yang ‘kan mencerca kita</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Agama kita adalah pura-pura dan riya’ belaka</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Kita kelabui orang-orang yang melihat kita</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">(lihat ar-Risalah al-Mughniyah fi as-Sukut wa Luzum al-Buyut, hal. 41)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
<span style="font-size: small;">Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Akan terjadi berbagai fitnah (kekacauan dan
permusuhan). Pada saat itu, orang yang duduk lebih baik daripada yang
berdiri. Orang yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan. Orang
yang berjalan lebih baik daripada yang berlari. Barangsiapa yang
menceburkan diri ke dalamnya niscaya dia akan ditelan olehnya. Dan
barangsiapa yang mendapatkan tempat perlindungan hendaklah dia
berlindung dengannya.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Fitan [7081] dan
Muslim dalam Kitab al-Fitan [2886])</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
<span style="font-size: small;">al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Hadits ini berisi
peringatan keras supaya menjauh dari fitnah dan anjuran untuk tidak
turut campur di dalamnya, sedangkan tingkat keburukan yang dialaminya
tergantung pada sejauh mana keterkaitan dirinya dengan fitnah itu.”
(lihat Fath al-Bari [11/37] cet. Dar al-Hadits)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
<span style="font-size: small;">Imam ath-Thabari rahimahullah berkata, “Pendapat yang tepat adalah
fitnah di sini pada asalnya bermakna ujian/cobaan. Adapun mengingkari
kemungkaran adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh setiap orang yang
mampu melakukannya. Barangsiapa yang membantu pihak yang benar maka dia
telah bersikap benar, dan barangsiapa yang membela pihak yang salah maka
dia telah keliru.” (lihat Fath al-Bari [11/37] cet. Dar al-Hadits)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
<span style="font-size: small;">Thawus menceritakan: Tatkala terjadi fitnah terhadap ‘Utsman
radhiyallahu’anhu, ada seorang lelaki arab yang berkata kepada
keluarganya, “Aku telah gila, maka ikatlah diriku”. Maka mereka pun
mengikatnya. Ketika fitnah itu telah reda, dia pun berkata kepada
mereka, “Lepaskanlah ikatanku. Segala puji bagi Allah yang telah
menyembuhkanku dari kegilaan dan telah menyelamatkan diriku dari turut
campur dalam fitnah/pembunuhan ‘Utsman.” (HR. Abdurrazzaq dalam
al-Mushannaf [11/450] sanadnya dishahihkan oleh Syaikh Abdullah bin
Yusuf al-Judai’ dalam ar-Risalah al-Mughniyah fi as-Sukut wa Luzum
al-Buyut, hal. 46)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br />
<span style="font-size: small;">al-Hasan rahimahullah mengatakan, “Salah satu tanda bahwa Allah mulai
berpaling dari seorang hamba adalah tatkala dijadikan dia tersibukkan
dalam hal-hal yang tidak penting bagi dirinya.” (lihat ar-Risalah
al-Mughniyah, hal. 62). Wallahul musta’an. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina
Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil
‘alamin.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Penulis: <a href="http://abumushlih.com/">Abu Mushlih Ari Wahyudi</a><br />
Artikel <a href="http://muslim.or.id/">Muslim.Or.Id</a></span></div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-73957125050684256152012-06-08T19:05:00.002-07:002012-06-08T19:05:42.972-07:00Meraih Pahala Sebelum Tidur<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><a href="http://indahbegituindah.files.wordpress.com/2011/11/flower-and-butterfly.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="451" id="il_fi" src="http://indahbegituindah.files.wordpress.com/2011/11/flower-and-butterfly.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="676" /></a></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>Alangkah beruntungnya seorang muslim. Allah dan Rasul-Nya telah
mengajarkan amalan-amalan yang bernilai ibadah yang bisa dilakukan pada
setiap keadaan dalam berbagai aktifitas kesehariannya sehingga sangat
banyak kesempatan untuk meraih pahala. </em><em></em></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Salah satu diantaranya adalah ketika seorang muslim hendak tidur,
Allah dan Rasul-Nya telah mengajarkan banyak amalan ringan sebelum tidur
yang apabila amalan tersebut dilakukan akan bernilai pahala di sisi
Allah. Berikut akan dibawakan beberapa amalan yang bisa dilakukan oleh
seorang muslim ketika hendak tidur.</span></div>
<h3 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong>Menutup Pintu, Memadamkan Api</strong><strong> </strong><strong>(Lampu)<em>, </em>dan Menutup Bejana</strong></span></h3>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dianjurkan bagi seorang muslim untuk menutup pintu, memadamkan api
(lampu), dan menutup bejana yang ada di rumahnya sebelum tidur. Hal ini
berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin
Abdillah <em>radhiyallahu</em>‘<em>anhu </em>bahwasanya Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wasallam</em> bersabda, “<em>Padamkanlah lampu di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana makanan dan minuman.</em>”(HR Bukhori-Muslim).</span></div>
<h3 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong>Berwudhu</strong></span></h3>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Anjuran untuk berwudhu sebelum tidur dijelaskan dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh sahabat Al Baro’ bin ‘Azib bahwasanya Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda, “<em>Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka berwudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu</em>” (HR. Bukhari dan Muslim).</span></div>
<h3 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><strong>Membersihkan Tempat Tidur</strong></span></h3>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dianjurkan pula untuk mengibaskan kain
pada tempat tidur sebanyak tiga kali sebelum berbaring. Anjuran ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah <em>radhiyallahu’anhu</em> bahwasanya Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wasallam</em> bersabda: <em>“Apabila
seorang dari kamu akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah
mengibaskan kainnya pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia
tidak tahu apa yang ada di atasnya…”.</em> Di dalam riwayat yang lain dijelaskan bahwa jumlah kibasan yang dianjurkan adalah sebanyak tiga kali (HR. Bukhari dan Muslim).</span></div>
<h3 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong>Berbaring pada Bagian Kanan Badan</strong></span></h3>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Posisi awal yang dianjurkan ketika tidur adalah dengan menumpukan
badan pada bagian kanan badan dan dianjurkan pula untuk menjadikan
tangan kanan sebagai bantal untuk kepala. Hal ini berdasarkan hadits
yang telah dibawakan di atas, bahwasanya Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,“<em>Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka berwudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu</em>” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa Rasulullah<em> shallallahu ‘alaihi wasallam </em>apabila
tidur beliau meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya (HR. Abu
Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban). Adapun ketika telah
terlelap tidak mengapa jika posisi badan berubah.</span></div>
<h3 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong>Membaca Beberapa Surat/Ayat Al Qur’an</strong></span></h3>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Ada beberapa surat/ayat yang dianjurkan untuk dibaca menjelang tidur. Diantaranya:</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong><em>Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Naas</em></strong>, ‘Aisyah <em>radhiyallahu‘anha</em> berkata, “<em>Nabi
shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap
malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya, lalu kedua telapak
tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al
Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu
birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua
telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari
kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian
sebanyak tiga kali</em>.” (HR. Bukhari)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong><em>Ayat Kursi</em></strong>, hal ini berdasarkan hadits yang diriwiyatkan oleh sahabat Abu Hurairah <em>radhiyallahu ‘anhu</em> (HR. Bukhari).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong><em>Dua ayat terakhir dari surat Al-Baqoroh,</em></strong>berdasarkan sabda Rasulullah <em>shallallahu ’alaihi wa sallam </em>“<em>Barangsiapa membaca dua ayat tersebut pada malam hari, maka dua ayat tersebut telah mencukupkan-nya.</em>” (HR. Bukhari dan Muslim).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong><em>Surat Al Kafirun,</em></strong> berdasarkan sebuah hadits yang mengisahkan bahwa Rasulullah <em>shallallahu ’alaihi wa sallam </em>mengajarkan sahabat Naufal untuk membaca surat Al Kafirun sebelum tidur (HR Abu Dawud, Ahmad, dan At Tirmidzi).<strong><em></em></strong></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong><em>Surat Al Mulk dan As Sajdah, </em></strong>hal ini berdasarkan penjelasan sahabat Jabir bin Abdillah, beliau berkata, “<em>Tidaklah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam tidur sampai beliau membaca
alif lam mim tanzilus sajdah (surat As Sajdah) dan Tabarokalladzi
biyadihil mulk (surat Al Mulk)</em>” (HR Bukhari).</span></div>
<h3 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong>Membaca Beberapa Dzikir dan Do’a</strong></span></h3>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Ada banyak dzikir dan do’a yang diajarkan oleh Rasulullah <em>shallallahu ’alaihi wa sallam </em>untuk dibaca sebelum tidur. Berikut diantaranya:</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“Bismikallahumma amuut wa ahyaa” </em>(HR Bukhari)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“Allahumma qiini ‘adzabaka yauma tab’atsu i’badak” </em>(HR Abu Dawud)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“Bismikarabbii wa dho’tu jambii wa bika arfa’uhu in amsakta
nafsii farhamhaa wa in arsaltahaa fahfazhhaa bimaa tahfazha bihi
‘ibaadakasshaalihiin.” </em>(HR Bukhori dan Muslim)</span></div>
<h3 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong>Menjauhi Hal-hal Makruh</strong></span></h3>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Ada beberapa hal yang makruh yang sepatutnya dijauhi untuk dilakukan sebelum tidur. Diantaranya:</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong><em>Makruh tidur di atas dak terbuka</em></strong><strong>, </strong>berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat `Ali bin Syaiban bahwasanya Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wasallam</em> bersabda: <em>“Barangsiapa yang tidur malam di atas atap rumah yang tidak ada penutupnya, maka hilanglah jaminan darinya” </em>(HR. Bukhari).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong><em>Makruh tidur dalam posisi telungkup (perut sebagai tumpuan)</em></strong><strong>,</strong> Rasulullah<em> shallallahu ‘alaihi wasallam</em> bersabda,<em>“Sesungguhnya cara berbaring seperti ini (telungkup) adalah cara berbaringnya penghuni neraka</em>“. (HR Ibnu Majah)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Demikian diantara amalan-amalan ringan yang bisa dilakukan oleh
seorang muslim sebelum tidur. Semoga Allah memudahkan kita dalam setiap
kebaikan di sisa umur kita. Amiin. [Muhammad Rezki Hr]</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>Diterjemahkan dan diringkas dari: Kitabul Adab, Bab Al Adab An Naum, Karya Syaikh Fuad ‘Abdul Aziz Asy Syalhub.</em></span></div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-68367440649250002102012-06-03T19:49:00.002-07:002012-06-03T19:49:13.289-07:00Ruh Seorang Kafir<div class="post-single" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><a href="http://cdn.muslimah.or.id/img/bunga7.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="" border="0" class="lead_image" height="225" src="http://cdn.muslimah.or.id/img/bunga7.jpg" width="300" /></a></span>
<span style="font-size: small;">Adapun
seorang hamba yang kafir, jika ajal sedang menjemputnya menuju alam
akhirat, maka turun kepadanya malaikat-malaikat dari langit yang hitam
wajahnya. Mereka membawa kain yang kasar.</span><br />
<span style="font-size: small;">Lantas para malaikat itu duduk mengelilinginya sejauh mata
memandang. Kemudian datanglah Malaikat Maut; dia duduk di dekat kepala
orang itu dan dia berkata, “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah engkau
menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya!”</span><br />
<span style="font-size: small;">Kemudian ruh orang itu bercerai-berai dalam jasadnya, lalu dicabut
oleh Malaikat Maut seperti mencabut tusukan daging yang terbuat dari
besi, yang dicabut dari bulu domba yang basah. Kemudian ruhnya diambil.
Setelah diambil oleh Malaikat Maut, para malaikat lainnya tidak
membiarkan ruh itu berada di tangan Malaikat Maut walau sekejap mata
pun, hingga mereka meletakkannya di kain yang kasar itu. Lalu keluarlah
bau yang lebih busuk daripada bangkai yang ada di muka bumi.</span><br />
<span style="font-size: small;">Lantas para malaikat itu membawanya naik ke atas. Setiap mereka
melewati sekumpulan malaikat, mereka ditanya, “Siapakah ruh yang busuk
ini?” Maka para malaikat pembawa ruh itu menjawab, “Ruh Fulan bin
Fulan,” dengan nama panggilan terjeleknya semasa dahulu di dunia.</span><br />
<span style="font-size: small;">Mereka meminta agar pintu langit dibukakan bagi ruh orang kafir
tersebut. tetapi tidak dibukakan. Kemudian Allah berfirman, “Tulislah
catatan amalnya di <em>Sijjin</em>! Di bumi yang paling bawah.” Maka ruh orang itu dilemparkan dengan sekali lemparan.</span><br />
<span style="font-size: small;">Lantas ruhnya dikembalikan ke jasadnya dan datanglah dua malaikat
kepadanya. Kedua malaikat itu lalu mendudukkannya seraya berkata,
“Siapakah Rabbmu?”</span><br />
<span style="font-size: small;">Dia menjawab, “Hah … hah … aku tidak tahu.”</span><br />
<span style="font-size: small;">Kedua malaikat itu bertanya lagi, “Apa agamamu?”</span><br />
<span style="font-size: small;">“Hah … hah … aku tidak tahu,” jawabnya.</span><br />
<span style="font-size: small;">“Siapa laki-laki yang telah diutus kepada kalian? Tanya dua malaikat itu.</span><br />
<span style="font-size: small;">“Hah … hah … aku tidak tahu,” jawabnya lagi.</span><br />
<span style="font-size: small;">Tiba-tiba terdengar seruan dari atas langit, “Hamba-Ku itu telah
berdusta! Bentangkanlah hamparan dari api neraka baginya dan bukakanlah
baginya satu pintu menuju neraka!”</span><br />
<span style="font-size: small;">Maka datang kepadanya angin panas yang berembus dari neraka, dan kuburnya dipersempit hingga tulang rusuknya bercerai-berai. </span><br />
<span style="font-size: small;">Lalu datang kepadanya seorang lelaki buruk rupa, berpakaian jelek,
dan berbau busuk. Lelaki itu berkata, “Bergembiralah dengan segala
sesuatu yang menyusahkanmu! Inilah hari yang dijanjikan kepadamu.”</span><br />
<span style="font-size: small;">Lantas mayat orang kafir itu bertanya kepada si lelaki buruk rupa,
“Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang dayang membawa kejelekan.”</span><br />
<span style="font-size: small;">Lelaki itu menjawab, “Aku adalah amal jelekmu.”</span><br />
<span style="font-size: small;">Mayat orang kafir itu berkata, “Rabbku, janganlah engkau datangkan hari kiamat.” (<em>Al-Jawabul Al-Kafi</em>)</span><br />
<span style="font-size: small;">*</span><br />
<span style="font-size: small;"><strong>Hikmah di balik kisah ini:</strong></span><br />
<ul>
<li><span style="font-size: small;">Adanya azab kubur dan adanya nikmat kubur.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Adanya azab kubur maupun nikmat kubur dialami oleh ruh dan jasad orang yang meninggal.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Orang mukmin meninggal dengan cara yang mudah. Orang kafir meninggal dengan cara yang sulit dan menyakitkan.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Langit terdiri dari tujuh lapis, dan masing-masing lapisnya memiliki pintu yang dijaga oleh para malaikat.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Allah berada di atas langit.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Malaikat berjumlah sangat banyak; hanya Allah yang mengetahui jumlahnya secara pasti.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Malaikat Maut bertugas mencabut nyawa.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Ada dua malaikat yang bertugas menanyakan tiga perkara di alam kubur, yaitu Malaikat Al-Munkar dan Malaikat An-Nakir.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Di alam kubur, orang mukmin akan ditemani amal shalihnya yang
berbentuk seorang lelkai yang tampan wajahnya, bagus pakaiannya, dan
harum baunya.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Orang kafir di alam kubur akan ditemani amal jeleknya yang berbentuk lelaki buruk rupa, berpakaian jelek, dan berbau busuk.</span></li>
</ul>
<span style="font-size: small;">***<br /><a href="http://muslimah.or.id/">muslimah.or.id</a></span>
<br />
<span style="font-size: small;"><strong>Sumber</strong>: <em>Kisah-Kisah Pilihan untuk Anak Muslim Seri-4</em>, karya Ummu Usamah ‘Aliyyah, Ummu Mu’adz Rofi’ah, dkk. Mei 2007. Penerbit Darul Ilmi, Yogyakarta.</span><br />
</div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-72160900944758668972012-06-03T19:42:00.000-07:002012-06-03T19:43:01.586-07:00Ruh Seorang Mukmin<div class="post-single">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://cdn.muslimah.or.id/img/bunga5.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="lead_image" height="225" src="http://cdn.muslimah.or.id/img/bunga5.jpg" width="300" /></a></div>
Suatu ketika, Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bercerita tentang ruh orang mukmin yang akan meninggal dunia dan ruh orang kafir yang akan meninggal dunia.<br />
Jika seorang mukmin akan meninggal, malaikat-malaikat turun dari
langit kepadanya dengan membawa kain kafan dari surga serta membawa
wewangian dari surga. Lantas para malaikat itu duduk di sekeliling
orang mukmin yang akan meninggal tadi.<br />
Para malaikat duduk mengelilingi sang mukmin sepanjang mata
memandang (saking banyaknya malaikat itu). Menyusul kemudian, datanglah
Malaikat Maut duduk di dekat kepala sanga mukmin. Malaikat Maut
berkata, “Wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan Allah dan
keridhaan-Nya.”<br />
Dengan demikian, keluarlah jiwa sang mukmin dari jasadnya bagaikan keluarnya tetesan air dari bibir tempat air.<br />
Kemudian Malaikat Maut mengambilnya. Jika Malaikat Maut telah
mengambil ruhnya maka para malaikat lainnya tidak membiarkan ruh itu
berada di tangan Malaikat Maut sekejap mata pun hingga mereka
mengambilnya.<br />
Lalu mereka meletakkannya ke dalam kafan dan wewangian itu. Ruh itu
keluar dengan aroma yang harum seperti minyak misik yang paling wangi
di muka bumi. Mereka membawanya naik ke atas. Setiap kali mereka
melewati para malaikat, mereka ditanya, “Siapakah ruh yang baik ini?”<br />
Para malaikat yang membawa ruh itu menjawab, “Ini ruh Fulan bin
Fulan,” dengan nama panggilan terbaiknya semasa dahulu di dunia.<br />
Hingga mereka sampai ke langit. Mereka minta agar pintu langit
dibukakan, maka dibukakanlah bagi mereka lalu diiringi oleh para
malaikat dari seluruh penjuru langit hingga ke langit selanjutnya,
sampai akhirnya ke langit yang ketujuh.<br />
Lalu Allah <i>‘Azza wa Jalla</i> berfirman, “Tulislah catatan amal hamba-Ku di <i>‘Illiyyin</i>,
serta kembalikan ia ke bumi; karena sesungguhnya Aku menciptakan
mereka (manusia) dari bumi (tanah), kepadanya juga akan Kukembalikan,
dan dari sana akan Kukeluarkan mereka pada waktu yang lain.”<br />
Kemudian ruh orang tersebut dikembalikann lagi ke jasadnya (di bumi). Lalu datang kepadanya dua malaikat.<br />
Kedua malaikat itu mendudukkannya seraya berkata, “Siapakah Rabbmu?”<br />
Orang itu pun menjawab, “Rabbku adalah Allah ‘<i>Azza wa Jalla</i>.”<br />
Kedua malaikat itu bertanya lagi, “Apa agamamu?”<br />
“Agamaku Islam,” jawabnya.<br />
“Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kalian?” tanya dua malaikat itu lagi.<br />
“Dia adalah Muhammad Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>,” jawabnya.<br />
Dua malaikat itu berkata, “Darimana kamu tahu?”<br />
“<b>Aku membaca kitab Allah <i>‘Azza wa Jalla</i> kemudian aku mengimaninya dan membenarkannya</b>,” jawabnya.<br />
Lalu terdengarlah seruan dari atas langit, “Hamba-Ku itu benar.
Karenanya, hamparkanlah baginya hamparan dari surga, pakaikanlah ia
pakaian dari surga, dan bukakanlah satu pintu menuju surga baginya.”<br />
Maka terciumlah olehnya angin surga dan aroma wanginya, serta
diluaskanlah kuburnya seluas mata memandang. Lalu ia didatangi oleh
seorang lelaki yang tampan wajahnya, bagus pakaiannya, dan harum
baunya. Lelaki itu berkata, “Bergembiralah dengan segala hal yang
menyenangkanmu! Ini adalah hari yang dahulu dijanjikan kepadamu.”<br />
Kemudian mayat orang mukmin itu berkata, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan kebajikan.”<br />
“Aku adalah amal shalihmu.”<br />
Lalu mayat orang itu berkata, “Wahai Rabbku, datangkanlah segera
hari kiamat …. Wahai Rabbku, datangkanlah segera hari kiamat, sehingga
aku dapat kembali kepada keluargaku dan hartaku.” (<i>Al-Jawabul Al-Kafi</i>)<br />
*<br />
<b>Hikmah di balik kisah ini:</b><br />
<ul>
<li>Adanya azab kubur dan adanya nikmat kubur.</li>
<li>Adanya azab kubur maupun nikmat kubur dialami oleh ruh dan jasad orang yang meninggal.</li>
<li>Orang mukmin meninggal dengan cara yang mudah. Orang kafir meninggal dengan cara yang sulit dan menyakitkan.</li>
<li>Langit terdiri atas tujuh lapis; masing-masing lapisannya memiliki pintu yang dijaga oleh para malaikat.</li>
<li>Allah berada di atas langit.</li>
<li>Malaikat berjumlah sangat banyak; hanya Allah yang mengetahui jumlahnya secara pasti.</li>
<li>Malaikat Maut bertugas mencabut nyawa.</li>
<li>Ada dua malaikat yang bertugas menanyakan tiga perkara di alam kubur, yaitu Malaikat Al-Munkar dan Malaikat An-Nakir.</li>
<li>Di alam kubur, orang mukmin akan ditemani oleh amal shalihnya yang
berbentuk seorang lelaki yang tampan wajahnya, bagus pakaiannya, dan
harum baunya.</li>
<li>Orang kafir di alam kubur akan ditemani oleh amal jeleknya yang
berbentuk lelaki buruk rupa, berpakaian jelek, dan berbau busuk.</li>
</ul>
***<br />
<a href="http://muslimah.or.id/">muslimah.or.id</a><br />
<b>Sumber</b>: <i>Kisah-Kisah Pilihan untuk Anak Muslim Seri-4</i>, karya Ummu Usamah ‘Aliyyah, Ummu Mu’adz Rofi’ah, dkk. Mei 2007. Penerbit Darul Ilmi, Yogyakarta.</div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-57740448300733271082012-05-29T20:43:00.004-07:002012-05-29T20:43:50.305-07:00Bukan Sembarang Dzikir<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8aYzZDMY629EF5L4IYsdkhVUhAqwzqQ-ociaTF6Ly5itJbWKDA7PmpSGtXyvZp0umIJ_3DTz8iMyyiFM9eOKCSPbXb5uH5xVoe6VFxPuH59iMl3dEcoHBs-l6iNE9MWQ4zSrVlxo2GFc/s1600/berdoa1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" id="il_fi" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8aYzZDMY629EF5L4IYsdkhVUhAqwzqQ-ociaTF6Ly5itJbWKDA7PmpSGtXyvZp0umIJ_3DTz8iMyyiFM9eOKCSPbXb5uH5xVoe6VFxPuH59iMl3dEcoHBs-l6iNE9MWQ4zSrVlxo2GFc/s1600/berdoa1.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="320" /></a><span style="font-size: small;">Dzikir merupakan salah satu ibadah yang memiliki banyak keistimewaan,
di antaranya: akan mendatangkan ketenangan bagi para pelakunya.
Sebagaimana ditegaskan Allah ta’ala dalam firman-Nya,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-size: large;"> “</span><span style="font-size: large;">أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ”</span></span><span style="font-size: large;">.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artinya: “<em>Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram</em>”. QS. Ar-Ra’du: 28.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Namun, yang kerap menjadi pertanyaan, sudahkah dzikir yang kita
lantunkan mendatangkan ketenangan batin? Jika belum, barangkali
dikarenakan kita baru asal berdzikir. Berikut beberapa kriteria dzikir
sempurna yang diharapkan akan membuahkan ketentraman hati:<sup><a href="http://tunasilmu.com/bukan-sembarang-dzikir.html#f1">1</a></sup></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><span style="color: red;"><strong>1. Dzikir yang banyak.</strong></span></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dalil kriteria ini, antara lain: QS. Al-Ahzab: 41. Batas minimal
seorang bisa dikatakan telah banyak berdzikir adalah: manakala dia rajin
mengamalkan dzikir dan wirid yang telah ditentukan momen-momennya dalam
al-Qur’an dan Sunnah<sup><a href="http://tunasilmu.com/bukan-sembarang-dzikir.html#f2">2</a></sup>.
Adapun batas maksimalnya: lisan seseorang senantiasa basah dengan
dzikrullah dalam setiap kesempatan, sebagaimana dijelaskan Allah ta’ala
dalam QS. Ali Imran: 191.<sup><a href="http://tunasilmu.com/bukan-sembarang-dzikir.html#f3">3</a></sup></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><span style="color: red;"><strong>2. Dzikir yang memadukan antara amalan lisan dan peresapan hati.</strong></span></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Maksudnya, dzikir yang dilantunkan dengan lisan, berupa tasbîh,
tahmîd, tahlîl, takbîr, istighfâr dan yang lainnya, diiringi dengan
peresapan makna yang dikandung dalam berbagai kalimat mulia tersebut.
Sehingga membuahkan perubahan perilaku seorang hamba menuju kepada
kebaikan. Dan inilah tingkatan dzikir yang paling tinggi.<sup><a href="http://tunasilmu.com/bukan-sembarang-dzikir.html#f4">4</a></sup></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><span style="color: red;"><strong>3. Dzikir yang mengiringi seluruh amalan hamba</strong></span>.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dzikir bukanlah suatu amalan tidak mungkin digabungkan dengan amalan lainnya<sup><a href="http://tunasilmu.com/bukan-sembarang-dzikir.html#f5">5</a></sup>.
Bahkan dzikir bisa memasuki ranah seluruh amalan; shalat, puasa, zakat,
haji, amar ma’ruf nahi mungkar dan ibadah lainnya. Justru manakala
amalan tersebut dipadukan dengan dzikir, maka amalan tersebut akan
melesat menuju puncak kualitasnya yang tertinggi<sup><a href="http://tunasilmu.com/bukan-sembarang-dzikir.html#f6">6</a></sup>.<br />
Maksud kriteria ketiga ini: manakala seorang hamba melakukan amal ibadah
apapun ia tidak lupa untuk berdzikir alias mengingat Allah, dan
menghadirkan keikhlasan niat di dalamnya.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><span style="color: red;"><strong>4. Dzikir yang sesuai dengan tuntunan syariat.</strong></span></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Alangkah mengherankan praktek sebagian kalangan yang dengan rutin
membaca wirid dan hizib yang sama sekali tidak ada dalilnya dari
al-Qur’an dan Sunnah, padahal masih banyak dzikir yang jelas-jelas ada
tuntunannya belum mereka amalkan.<br />
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mengingatkan,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-size: large;">“</span><span style="font-size: large;">مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ”.</span></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">“Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan
petunjukku, maka amalan itu akan ditolak”. HR. Muslim (III/1344 no
1718).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Penulis: <a href="http://tunasilmu.com/bukan-sembarang-dzikir.html">Ustadz Abdullah Zaen, MA</a></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Artikel <a href="http://muslim.or.id/">Muslim.Or.Id</a></span></div>
<hr size="1" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">[1] <a href="" name="f1"></a>Disarikan dari beberapa referensi, antara lain: <em>Fath al-Bâry </em>karya Imam Ibn Rajab (III/48), <em>Fath al-Bâry </em>karya al-Hafizh Ibn Hajar (XI/251-252) dan <em>Tajrîd al-Ittibâ’ fî Bayân Asbâb Tafâdhul al-A’mâl</em>karya Syaikh Prof. Dr. Ibrahim ar-Ruhaily (hal. 31-32).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">[2] <a href="" name="f2"></a>Lihat: <em>Tafsîr as-Sa’dy </em>(hal. 614).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">[3] <a href="" name="f3"></a>Cermati: <em>Ibid </em>(hal. 614 dan 128) dan <em>Jâmi’ al-Bayân fî Tafsîr al-Qur’an </em>karya al-Îjî (hal. 176).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">[4] <a href="" name="f4"></a>Baca: <em>Madârij as-Sâlikîn </em>karya Imam Ibn al-Qayyim (II/431).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">[5] <a href="" name="f5"></a><em>Fath al-Bâry </em>karya Imam Ibn Rajab (III/48).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">[6] <a href="" name="f6"></a><em>Fath al-Bâry </em>karya al-Hafizh Ibn Hajar (XI/252).</span></div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-6175778416805346742012-05-28T20:33:00.000-07:002012-05-28T20:33:01.618-07:00Kemuliaan dan Keutamaan Aisyah<div class="post-single" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><a href="http://cdn.muslimah.or.id/img/bunga10.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="" border="0" class="lead_image" height="225" src="http://cdn.muslimah.or.id/img/bunga10.jpg" width="300" /></a></span> <span style="font-size: small;">Beliau
adalah Ummul Mukminin Ummu Abdillah Aisyah binti Abu Bakr, Shiddiqah
binti Shiddiqul Akbar, istri tercinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Beliau lahir empat tahun setelah diangkatnya Muhammad menjadi
seorang Nabi. Ibu beliau bernama Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin
Abdi Syams bin Kinanah yang meninggal dunia pada waktu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup yaitu tepatnya pada tahun ke-6
H.</span><br />
<span style="font-size: small;">Rasulullah<em> shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> menikahi Aisyah dua
tahun sebelum hijrah melalui sebuah ikatan suci yang mengukuhkan gelar
Aisyah menjadi ummul mukminin, tatkala itu Aisyah masih berumur enam
tahun. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membangun rumah
tangga dengannya setelah berhijrah, tepatnya pada bulan Syawwal tahun
ke-2 Hijriah dan ia sudah berumur sembilan tahun.</span><br />
<a name='more'></a><br />
<span style="font-size: small;">Aisyah menceritakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menikahiku pasca meninggalnya Khadijah sedang aku masih berumur enam
tahun, dan aku dipertemukan dengan Beliau tatkala aku berumur sembilan
tahun. Para wanita datang kepadaku padahal aku sedang asyik bermain
ayunan dan rambutku terurai panjang, lalu mereka menghiasiku dan
mempertemukan aku dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Lihat Abu
Dawud: 9435).</span><br />
<span style="font-size: small;">Kemudian biduk rumah tangga itu berlangsung dalam suka dan duka
selama 8 tahun 5 bulan, hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
meninggal dunia pada tahun 11 H. Sedang Aisyah baru berumur 18 tahun.</span><br />
<span style="font-size: small;">Aisyah adalah seorang wanita berparas cantik berkulit putih, sebab
itulah ia sering dipanggil dengan “Humaira”. Selain cantik, ia juga
dikenal sebagai seorang wanita cerdas yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah mempersiapkannya untuk menjaid pendamping Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam mengemban amanah risalah yang akan menjadi
penyejuk mata dan pelipur lara bagi diri beliau. Suatu hari Jibril
memperlihatkan (kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) gambar
Aisyah pada secarik kain sutra berwarna hijau sembari mengatakan,</span><br />
<h3>
<span style="font-size: small;">“Ia adalah calon istrimu kelak, di dunia dan di akhirat.” (HR. At-Tirmidzi (3880), lihat Shahih Sunan at-Tirmidzi (3041))</span></h3>
<span style="font-size: small;">Selain menjadi seorang pendamping setiap yang selalu siap memberi
dorongan dan motivasi kepada suami tercinta di tengah beratnya medan
dakwah dan permusuhan dari kaumnya, Aisyah juga tampil menjadi seorang
penuntut ilmu yang senantiasa belajar dalam madrasah nubuwwah di mana
beliau menimba ilmu langsung dari sumbernya. Beliau tercatat termasuk
orang yang banyak meriwayatkan hadits dan memiliki keunggulan dalam
berbagai cabang ilmu di antaranya ilmu fikih, kesehatan, dan syair Arab.
Setidaknya sebanyak 1.210 hadits yang beliau riwayatkan telah
disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim dan 174 hadits yang hanya
diriwayatkan oleh Imam Bukhari serta 54 hadits yang hanya diriwayatkan
oleh Imam Muslim. Sehingga pembesar para sahabat kibar tatkala mereka
mendapatkan permasalahan mereka datang dan merujuk kepada Ibunda Aisyah.</span><br />
<h2>
<span style="font-size: small;">Kedudukan Aisyah di Sisi Rasulullah</span></h2>
<span style="font-size: small;">Suatu hari orang-orang Habasyah masuk masjid dan menunjukkan atraksi
permainan di dalam masjid, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memanggil Aisyah, “Wahai Humaira, apakah engkau mau melihat mereka?”
Aisyah menjawab, “Iya.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri
di depan pintu, lalu aku datang dan aku letakkan daguku pada pundak
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku tempelkan wajahku pada
pipi beliau.” Lalu ia mengatakan, “Di antara perkataan mereka tatkala
itu adalah, ‘Abul Qasim adalah seorang yang baik’.” Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Apakah sudah cukup wahai
Aisyah?” Ia menjawab: “Jangan terburu-buru wahai Rasulullah.” Maka
beliau pun tetap berdiri. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengulangi lagi pertanyaannya, “Apakah sudah cukup wahai Aisyah?” Namun,
Aisyah tetap menjawab, “Jangan terburu-buru wahai Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aisyah mengatakan, “Sebenarnya bukan
karena aku senang melihat permainan mereka, tetapi aku hanya ingin
memperlihatkan kepada para wanita bagaimana kedudukan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam terhadapku dan kedudukanku terhadapnya.” (HR.
An-Nasa’i (5/307), lihat Ash Shahihah (3277))</span><br />
<h2>
<span style="font-size: small;">Canda Nabi kepada Aisyah</span></h2>
<span style="font-size: small;">Aisyah bercerita, “Suatu waktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam datang untuk menemuiku sedang aku tengah bermain-main dengan
gadis-gadis kecil.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bertanya kepadaku, “Apa ini wahai Aisyah.” Lalu aku katakan, “Itu adalah
kuda Nabi Sulaiman yang memiliki sayap.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam pun tertawa. (HR. Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat (8/68), lihat
Shahih Ibnu Hibban (13/174))</span><br />
<span style="font-size: small;">Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlomba lari
dengan Aisyah dan Aisyah menang. Aisyah bercerita, “Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berlari dan mendahuluiku (namun aku mengejarnya)
hingga aku mendahuluinya. Tetapi, tatkala badanku gemuk, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak lomba lari lagi namun beliau
mendahului, kemudian beliau mengatakan, “Wahai Aisyah, ini adalah
balasan atas kekalahanku yang dahulu’.” (HR. Thabrani dalam Mu’jamul
Kabir 23/47), lihat Al-Misykah (2.238))</span><br />
<h2>
<span style="font-size: small;">Keutamaan-keutamaan Aisyah</span></h2>
<span style="font-size: small;">Banyak sekali keutamaan yang dimiliki oleh Ibunda Aisyah, sampai-sampai Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> pernah mengatakan dalam sabdanya:</span><br />
<span style="font-size: small;">“Orang yang mulia dari kalangan laki-laki banyak, namun yang mulia
dari kalangan wanita hanyalah Maryam binti Imron dan Asiyah istri
Fir’aun, dan keutamaan Aisyah atas semua wanita sepeerti keutamaan
tsarid atas segala makanan.” (HR. Bukhari (5/2067) dan Muslim (2431))</span><br />
<span style="font-size: small;">Beberapa kemuliaan itu di antaranya:<br />
Pertama: Beliau adalah satu-satunya istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang dinikahi tatkala gadis, berbeda dengan istri-istri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain karena mereka
dinikahi tatkala janda.</span><br />
<span style="font-size: small;">Aisyah sendiri pernah mengatakan, “Aku telah diberi <strong>sembilan</strong>
perkara yang tidak diberikan kepada seorang pun setelah Maryam. Jibril
telah menunjukkan gambarku tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam diperintah untuk menikahiku, beliau menikahiku tatkala aku masih
gadis dan tidaklah beliau menikahi seorang gadis kecuali diriku, beliau
meninggal dunia sedang kepalanya berada dalam dekapanku serta beliau
dikuburkan di rumahku, para malaikat menaungi rumahku, Al-Quran turun
sedang aku dan beliau berada dalam satu selimut, aku adalah putri
kekasih dan sahabat terdekatnya, pembelaan kesucianku turun dari atas
langit, aku dilhairkan dari dua orang tua yang baik, aku dijanjikan
dengna ampunan dan rezeki yang mulia.” (Lihat al-Hujjah Fi Bayan
Mahajjah (2/398))</span><br />
<span style="font-size: small;"><strong>Kedua</strong>: Beliau adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan wanita.</span><br />
<span style="font-size: small;">Suatu ketika Amr bin al-Ash bertanya kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling
engkau cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah.” “Dari kalangan laki-laki?”
tanya Amr. Beliau menjawab, “Bapaknya.” (HR. Bukhari (3662) dan Muslim
(2384))</span><br />
<span style="font-size: small;">Maka pantaskah kita membenci apalagi mencela orang yang paling
dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?!! Mencela Aisyah
berarti mencela, menyakiti hati, dan mencoreng kehormatan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Na’udzubillah.</span><br />
<span style="font-size: small;"><strong>Ketiga</strong>: Aisyah adalah wanita yang paling alim daripada wanita lainnya.</span><br />
<span style="font-size: small;">Berkata az-Zuhri, “Apabila ilmu Aisyah dikumpulkan dengna ilmu
seluruh para wanita lain, maka ilmu Aisyah lebih utama.” (Lihat
Al-Mustadrak Imam Hakim (4/11))</span><br />
<span style="font-size: small;">Berkata Atha’, “Aisyah adalah wanita yang paling faqih dan
pendapat-pendapatnya adalah pendapat yang paling membawa kemaslahatan
untuk umum.” (Lihat al-Mustadrok Imam Hakim (4/11))</span><br />
<span style="font-size: small;">Berkata Ibnu Abdil Barr, “Aisyah adalah satu-satunya wanita di
zamannya yang memiliki kelebihan dalam tiga bidang ilmu: ilmu fiqih,
ilmu kesehetan, dan ilmu syair.”</span><br />
<span style="font-size: small;"><strong>Keempat</strong>: Para pembesar sahabat apabila menjumpai
ketidakpahaman dalam masalah agama, maka mereka datang kepada Aisyah dan
menanyakannya hingga Aisyah menyebutkan jawabannya.</span><br />
<span style="font-size: small;">Berkata Abu Musa al-Asy’ari, “Tidaklah kami kebingungan tentang suatu
hadits lalu kami bertanya kepada Aisyah, kecuali kami mendapatkan
jawaban dari sisinya.” (Lihat Shahih Sunan at-Tirmidzi (3044))</span><br />
<span style="font-size: small;"><strong>Kelima</strong>: Tatkala istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam diberi pilihan untuk tetap bersama Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dengna kehidupan apa adanya, atau diceraikan dan akan
mendapatkan dunia, maka Aisyah adalah orang pertama yang menyatakan
tetap bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bagaimanapun kondisi
beliau sehingga istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain
mengikuti pilihan-pilihannya.</span><br />
<span style="font-size: small;"><strong>Keenam</strong>: Syari’at tayammum disyari’atkan karena sebab
beliau, yaitu tatkala manusia mencarikan kalungnya yang hilang di suatu
tempat hingga datang waktu Shalat namun mereka tidak menjumpai air
hingga disyari’atkanlah tayammum.</span><br />
<span style="font-size: small;">Berkata Usaid bin Khudair, “Itu adalah awal keberkahan bagi kalian wahai keluarga Abu Bakr.” (HR. Bukhari (334))</span><br />
<span style="font-size: small;"><strong>Ketujuh</strong>: Aisyah adalah wanita yang dibela kesuciannya dari langit ketujuh.</span><br />
<span style="font-size: small;">Prahara tuduhan zina yang dilontarkan orang-orang munafik untuk
menjatuhkan martabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat istri
beliau telah tumbang dengan turunnya 16 ayat secara berurutan yang akan
senantiasa dibaca hingga hari kiamat. Allah Subhanahu wa Ta’ala
mempersaksikan kesucian Aisyah dan menjanjikannya dengan ampunan dan
rezeki yang baik.</span><br />
<span style="font-size: small;">Namun, karena ketawadhu’annya (kerendahan hatinya), Aisyah
mengatakan, “Sesungguhnya perkara yang menimpaku atas diriku itu lebih
hina bila sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tetnangku melalui
wahyu yang akan senantiasa dibaca.” (HR. Bukhari (4141))</span><br />
<span style="font-size: small;">Oleh karenanya, apabila Masruq meriwayatkan hadits dari Aisyah,
beliau selalu mengatakan, “Telah bercerita kepadaku Shiddiqoh binti
Shiddiq, wanita yang suci dan disucikan.”</span><br />
<span style="font-size: small;"><strong>Kedelapan</strong>: Barang siapa yang menuduh beliau telah
berzina maka dia kafir, karena Al-Quran telah turun dan menyucikan
dirinya, berbeda dengan istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang lain.</span><br />
<span style="font-size: small;"><strong>Kesembilan</strong>: Dengan sebab beliau Allah Subhanahu wa
Ta’ala mensyari’atkan hukuman cambuk bagi orang yang menuduh wanita
muhShanat (yang menjaga diri) berzina, tanpa bukti yang dibenarkan
syari’at.</span><br />
<span style="font-size: small;"><strong>Kesepuluh</strong>: Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sakit, Beliau memilih tinggal di rumah Aisyah dan akhirnya
Beliau pun meninggal dunia dalam dekapan Aisyah.</span><br />
<span style="font-size: small;">Berkata Abu Wafa’ Ibnu Aqil, “Lihatlah bagaimana Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih untuk tinggal di rumah Aisyah
tatkala sakit dan memilih bapaknya (Abu Bakr) untuk menggantikannya
mengimami manusia, namun mengapa keutamaan agung semacam ini bisa
terlupakan oleh hati orang-orang Rafidhah padahal hampir-hampir saja
keutamaan ini tidak luput sampaipun oleh binatang, bagaimana dengan
mereka…?!!”</span><br />
<span style="font-size: small;">Aisyah meninggal dunia di Madinah malam selasa tanggal 17 Ramadhan 57
H, pada masa pemerintahan Muawiyah, di usianya yang ke 65 tahun,
setelah berwasiat untuk dishalati oleh Abu Hurairah dan dikuburkan di
pekuburan Baqi pada malam itu juga. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
meridhai Aisyah dan menempatkan beliau pada kedudukan yang tinggi di
sisi Rabb-Nya. Aamiin.</span><br />
<span style="font-size: small;">Wallahu A’lam.</span><br />
<span style="font-size: small;">Sumber: Majalah Al-Furqon, Edisi 06 Tahun kiadhan 1427 H / Oktober 2006</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Artikel: Muslimah.or.id </span><br />
</div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-82150189928198462472012-04-29T20:28:00.004-07:002012-04-29T20:28:45.485-07:00Ucapan “Shadaqallahul ‘Azhim” setelah membaca Al Quran?<div class="post-single" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><a href="http://files.muslim.or.id/muslimah/pic_12.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="" border="0" class="lead_image" height="225" src="http://files.muslim.or.id/muslimah/pic_12.jpg" width="300" /></a> Bacaan “<i>shadaqallahul ‘azhim”</i> setelah membaca <a href="http://muslimah.or.id/tag/al-quran">Al Qur’an</a> merupakan perkara yang tidak asing bagi kita tetapi <b>sebenarnya tidak ada tuntunannya</b>, termasuk amalan yang tidak ada contoh dari Rasulullah <i>shalallahu’alaihi wa sallam</i> dan para sahabatnya, bahkan menyelisihi amalan Rasulullah <i>shalallahu’alaihi wa sallam</i> ketika memerintahkan Ibnu Mas’ud untuk berhenti dari membaca Al Qur’an dengan kata “<i>hasbu</i>k”(cukup), dan Ibnu Mas’ud tidak membaca <i>shadaqallahul’adzim</i>.</span><br />
<span style="font-size: small;">Dalam Shahih Al Bukhari disebutkan:</span><br />
<a name='more'></a><br />
<span style="font-size: small;">Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata bahwa Nabi <i>Shalallahu’alaihi wa sallam</i>
telah berkata kepadaku, “Bacakan kepadaku (Al Qur’an)!” Aku menjawab,
“Aku bacakan (Al Qur’an) kepadamu? Padahal Al Qur’an sendiri diturunkan
kepadamu.” Maka Beliau menjawab, “Ya”. Lalu aku membacakan surat An
Nisaa’ sampai pada ayat 41. Lalu beliau berkata, “Cukup, cukup.” Lalu
aku melihat beliau, ternyata kedua matanya meneteskan air mata.</span><br />
<span style="font-size: small;">Syaikh Muhammad Musa Nashr menyatakan, “Termasuk perbuatan yang tidak ada tuntunannya (baca: <a href="http://muslimah.or.id/tag/bidah">bid’ah</a>) yaitu mayoritas qori’ (orang yang membaca Al Qur’an) berhenti dan memutuskan bacaannya dengan mengatakan <i>shadaqallahul ‘azhim</i>, padahal Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> menghentikan bacaan Ibnu Mas’ud dengan mengatakan <i>hasbuk </i>(cukup).
Inilah yg dikenal para salaf dan tidak ada keterangan bahwa mereka
memberhentikan atau mereka berhenti dengan mengucapkan <i>shadaqallahul ‘azhim</i> sebagaimana dianggap baik oleh orang-orang sekarang”. (<i>Al Bahtsu wa Al Istiqra’ fi Bida’ Al Qurra’</i>, Dr Muhammad Musa Nashr, cet 2, th 1423H)</span><br />
<span style="font-size: small;">Kemudian beliau menukil pernyataaan Syaikh Mustafa bin Al ‘Adawi dalam kitabnya <i>Shahih ‘Amal Al Yaumi Wa Al Lail</i>hlm 64 yang berbunyi, “Keterangan tentang ucapan <i>Shadaqallahul’azhim</i> ketika selesai membaca Al Qur’an: memang kata <i>shadaqallah</i> disampaikan Allah dalam Al Qur’an dalam firman-Nya,</span><br />
<div class="arab">
<span style="font-size: small;">قُلْ صَدَقَ اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ</span></div>
<span style="font-size: small;">“<i>Katakanlah:’Benarlah (apa yang difirmankan) Allah.’ Maka
ikutilah agama Ibrahim yang lurus dan bukanlah dia termasuk orang-orang
yang musyrik</i>.” (Qs Ali Imran:95)</span><br />
<span style="font-size: small;">Memang benar, Allah Maha Benar dalam setiap waktu. Namun masalahnya
kita tidak pernah mendapatkan satu hadits pun yang menjelaskan bahwa
Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam </i>mengakhiri bacaannya dengan kata “<i>Shadaqallahul’azhim</i>.”</span><br />
<span style="font-size: small;">Di sana ada juga orang yang menganggap baik hal-hal yang lain <b>namun kita memiliki Rasulullah <i>shallallanhu’alaihi wa sallam</i> sebagai contoh teladan yang baik</b>.
Demikian juga kita tidak menemukan satu atsar, meski dari satu orang
sahabat walaupun kita mencukupkan pada hadits-hadits Nabi <i>shallallanhu’alaihi wa sallam</i> setelah kitab Allah dalam berdalil terhadap masalah apa pun. Kami telah merujuk kepada kitab <i>Tafsir Ibnu Katsir</i>, <i>Adhwa’ Al Bayan</i>, <i>Mukhtashar Ibnu katsir</i> dan <i>Fathul Qadir</i>, ternyata tak satu pun yang menyampaikan pada ayat ini, bahwa Rasulullah <i>shallallanhu’alaihi wa sallam</i> pernah mengakhiri bacaannya dengan <i>shadaqallahul ‘azhim</i>.(Lihat <i>Hakikat Al Maru Bil Ma’ruf Wa Nahi ‘Anil munkar</i>, Dr Hamd bin Nashir Al ‘Amar,cet 2)</span><br />
<span style="font-size: small;">Bila dikatakan <i>“Cuma perkataan saja, apa dapat dikatakan bid’ah?”</i> Perlu kita pahami,bahwa perbuatan bid’ah itu meliputi perkataan dan perbuatan sebagaimana sabda Rasulullah <i>shallallanhu’alaihi wa sallam</i>,</span><br />
<span style="font-size: small;">“<i>Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak</i>.” (HR Muslim)</span><br />
<span style="font-size: small;">Sehingga apa pun bentuknya, perkataan atau perbuatan yang
dimaksudkan untuk ibadah yang tidak ada contohnya dalam agama, maka ia
dikategorikan bid’ah. <b>Bid’ah ialah tata cara baru dalam agama
yang tidak ada contohnya, yang menyelisihi syariat dan dalam
mengamalkannya dimaksudkan sebagai ibadah kepada Allah.</b></span><br />
<span style="font-size: small;">Wallahu a’lam.</span><br />
<span style="font-size: small;">***</span><br />
<span style="font-size: small;">Artikel <a href="http://muslimah.or.id/tahukah-engkau-saudariku/ucapan-shadaqallahul-azhim-setelah-membaca-al-quran.html">Muslimah.or.id</a></span><br />
<span style="font-size: small;"><b>Sumber:</b></span><br />
<span style="font-size: small;">Tanya Jawab Majalah As Sunnah ed 04/IX/1426H/2005M (dengan sedikit pengeditan)</span><br />
<span style="font-size: small;">Murajaah: Ust Abu Rumaysho M A Tausikal</span></div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-87533806849339970372012-04-27T21:53:00.000-07:002012-04-27T21:53:21.260-07:00Keajaiban Al-Quran Tentang Matematika<span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: arial, verdana, helvetica; font-size: 12px;"></span><br />
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7b/Opened_Qur%27an.jpg/220px-Opened_Qur%27an.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="367" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7b/Opened_Qur%27an.jpg/220px-Opened_Qur%27an.jpg" width="400" /></a></div>
<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"></span> Al Quran </strong>dilihat dari sisi kandungannya telah banyak ditulis dan diketahui, tetapi keajaiban dilihat dari bagaimana Al Quran ditulis/disusun mungkin belum banyak yang mengetahui. Orang-orang non-muslim khususnya kaum orientalis barat sering menuduh bahwa Al Qur’an adalah buatan Muhammad. Padahal kalau kita baca Al Qur’an ada ayat yang menyatakan tantangan kepada orang-orang kafir khususnya untuk membuat buku/kitab seperti Al Quran dimana hal ini tidak mungkin akan dapat dilakukannya meskipun jin dan manusia bersatu padu membuatnya. Tulisan singkat ini bertujuan untuk menyajikan beberapa keajaiban Al Qur’an dilihat dari segi bagaimana Al Qur’an ditulis, dan sekaligus secara tidak langsung juga untuk menyangkal tuduhan tersebut, dimana <br />
<a name='more'></a>Muhammad sebagai manusia biasa tidak mungkin dapat melakukan atau menciptakan sebuah Al Qur’an. Pandangan sains secara konvensional menempatkan matematika sebagai suatu yang prinsipil dari sebuah cabang pengetahuan dimana alasan dikedepankan, emosi tidak dilibatkan, kepastian menjadi hal yang ingin diketahui, dan kebenaran hari ini merupakan kebenaran untuk selamanya. Dalam masalah agama, ilmuan memandang bahwa semua agama sama, karena semua agama sama-sama tidak mampu memverifikasi atau menjustifikasi kebenaran melalui pembuktian yang dapat diterima oleh logika. Jadi suatu hal dikatakan valid jika ada bukti nyata, dan pembuktian ini merupakan sebuah prosedur yang dibentuk untuk membuktikan suatu realitas yang tak terlihat melalui sebuah proses deduksi dan konklusi yang hasil akhirnya dapat diterima oleh semua pihak. Dengan dasar tersebut, tulisan ini mencoba untuk membawa pembaca pada suatu kesimpulan bahwa Al Qur’an yang ditulis menurut aturan matematika, merupakan bukti nyata bahwa Al Qur’an adalah benar-benar firman Allah dan bukan buatan Nabi Muhammad. Kiranya patut juga direnungi apa yang dikatakan oleh Galileo (1564-1642 AD) bahwa .<em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">“Mathematics is the language in which God wrote the universe (Matematika adalah bahasa yang digunakan Tuhan dalam menuliskan alam semesta ini)</em>” ada benarnya. Kebenaran bahasa matematika tersebut akan dibahas sekilas sebagai tambahan dari tema utama tulisan ini. </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Angka-angka Menakjubkan dari Beberapa Kata dalam Al Qur’an</strong></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Kalau kita buka Al Quran dan kita perhatikan beberapa kata dalam Al Quran dan menghitung berapa kali kata tersebut disebutkan dalam Al Quran, kita akan peroleh suatu hal yang sangat menakjubkan. Mungkin kita betanya, berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencari dan menghitungnya. Dengan kemajuan teknologi khususnya komputer, hal tersebut tidak menjadi masalah. Tabel 1 menyajikan frekuensi penyebutan beberapa kata penting dalam Al Qur’an yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan tabel tersebut ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik. Misalnya pada kata “dunya” dan “akhirat” yang disebutkan dalam Al Qur’an dengan frekuensi sama, kita dapat menafsirkan bahwa Allah menyuruh umat manusia untuk memperhatikan baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat secara seimbang. Artinya kehidupan dunia dan akhirat sama-sama penting bagi orang Islam. Selanjutnya pada penyebutan kata “malaaikat” dan “syayaathiin” juga disebutkan secara seimbang. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa kebaikan yang direfleksikan oleh kata “malaaikah” akan selalu diimbangi oleh adanya kejahatan yang direfleksikan oleh kata “syayaathiin”. Hal lain juga dapat kita kaji pada beberapa pasangan kata yang lain.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Tabel 1. Jumlah Penyebutan beberapa Kata Penting dalam Al Quran</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"> <img alt="tabel11.jpg" src="http://alisaid.files.wordpress.com/2007/10/tabel11.jpg" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 7px; padding-left: 0px; padding-right: 7px; padding-top: 0px;" /></strong></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Sumber: From the Numeric Miracles In the Holy Qur’an by Suwaidan, <a href="http://www.islamicity.org/" style="color: #a92c14; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-decoration: none;">http://www.islamicity.org</a></strong></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Beberapa kata lain yang menarik dari tabel tersebut adalah kata “syahr (bulan)” yang disebutkan sebanyak 12 kali yang menunjukkan bahwa jumlah bulan dalam setahun adalah 12, dan kata “yaum (hari)” yang disebutkan sebanyak 365 kali yang menunjukkan jumlah hari dalam setahun adalah 365 hari. Selanjutnya Kata “lautan (perairan)” disebutkan sebanyak 32 kali, dan kata “daratan” disebut dalam Al Quran sebanyak 13 kali. Jika kedua bilangan tersebut kita tambahkan kita dapatkan angka 45.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Sekarang kita lakukan perhitungan berikut:</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
· Dengan mencari persentase jumlah kata “bahr (lautan)” terhadap total jumlah kata (bahr dan barr) kita dapatkan:<br />
(32/45)x100% = 71.11111111111%</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
· Dengan mencari persentase jumlah kata “barr (daratan)” terhadap total jumlah kata (bahr dan barr) kita dapatkan:<br />
(13/45)x100% = 28.88888888889%</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Kita akan mendapatkan bahwa Allah SWT dalam Al Quran 14 abad yang lalu menyatakan bahwa persentase air di bumi adalah 71.11111111111%, dan persentase daratan adalah 28.88888888889%, dan ini adalah rasio yang riil dari air dan daratan di bumi ini. </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Al Qur’an Didisain Berdasarkan Bilangan 19</strong></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Dalam kaitannya dengan pertanyaan yang bersifat matematis yang hanya memiliki satu jawaban pasti, maka jika ada beberapa ahli matematika, yang menjawab di waktu dan tempat yang berbeda dan dengan menggunakan metode yang berbeda, maka tentunya akan memperoleh jawaban yang sama. Dengan kata lain, pembuktian secara matematis tidak dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Perlu diketahui bahwa dari seluruh kitab suci yang ada di dunia ini, Al Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci yang seluruhnya ditulis dalam bahasa aslinya. Berkaitan dengan pembuktian, kebenaran Al Qur’an sebagai wahyu Allah yang sering dikatakan oleh orang barat sebagai ciptaan Muhammad, dapat dibuktikan secara matematis bahwa Al Qur’an tidak mungkin diciptakan oleh Muhammad. Adalah seorang ahli biokimia berkebangsaan Amerika keturunan Mesir dan seorang ilmuan muslim, Dr. Rashad Khalifa yang pertama kali menemukan sistem matematika pada desain Al Qur’an. Dia memulai meneliti komposisi matematik dari Al Quran pada 1968, dan memasukkan Al Qur’an ke dalam sistem komputer pada 1969 dan 1970, yang diteruskan dengan menerjemahkan Al Qur’an ke dalam bahasa Inggris pada awal 70-an. Dia tertantang untuk memperoleh jawaban untuk menjelaskan tentang inisial pada beberapa surat dalam Al Qur’an (seperti Alif Lam Mim) yang sering diberi penjelasan hanya dengan “<em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">hanya Allah yang mengetahui maknanya</em>”. Dengan tantangan ini, dia memulai riset secara mendalam pada inisial-inisial tersebut setelah memasukkan teks Al Qur’an ke dalam sistem komputer, dengan tujuan utama mencari pola matematis yang mungkin akan menjelaskan pentingnya inisial-inisial tersebut. Setelah beberapa tahun melakukan riset, Dr. Khalifa mempublikasikan temuan-temuan pertamanya dalam sebuah buku berjudul “<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">MIRACLE OF THE QURAN: Significance of the Mysterious Aphabets</strong>” pada Oktober 1973 bertepatan dengan Ramadan 1393. Pada buku tersebut hanya melaporkan bahwa inisial-inisial yang ada pada beberapa surat pada Al Qur’an memiliki jumlah huruf terbanyak (proporsi tertinggi) pada masing-masing suratnya, dibandingkan huruf-huruf lain. Misalnya, Surat “Qaaf” (S No. 50) yang dimulai dengan inisial “Qaaf” mengandung huruf “Qaaf” dengan jumlah terbanyak. Surat “Shaad” (QS No. 38) yang memiliki inisial “Shaad”, mengandung huruf “Shaad” dengan proporsi terbesar. Fenomena ini benar untuk semua surat yang berinisial, kecuali Surat Yaa Siin (No. 36), yang menunjukkan kebalikannya yaitu huruf “Yaa” dan “Siin” memiliki proporsi terendah. Berdasarkan temuan tersebut, pada awalnya dia hanya berfikir sampai sebatas temuan tersebut mengenai inisial pada Al Qur’an, tanpa menghubungkan frekuensi munculnya huruf-huruf yang ada pada inisial surat dengan sebuah bilangan pembagi secara umum (<em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">common denominator</em>). Akhirnya, pada Januari 1974 (bertepatan dengan Zul-Hijjah 1393), dia menemukan bahwa bilangan 19 sebagai bilangan pembagi secara umum<a href="http://null/#_ftn1" name="_ftnref1" style="color: #a92c14; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-decoration: none;" title="_ftnref1">[1]</a> dalam insial-inisial tersebut dan seluruh penulisan dalam Al Qur’an, sekaligus sebagai <strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">kode rahasia Al Qur’an</strong>. Temuan ini sungguh menakjubkan karena seluruh teks dalam Al Qur’an tersusun secara matematis dengan begitu canggihnya yang didasarkan pada bilangan 19 pada setiap elemen sebagai bilangan pembagi secara umum. Sistem matematis tersebut memiliki tingkat kompleksitas yang bervariasi dari yang sangat sederhana (bisa dihitung secara manual) sampai dengan yang sangat kompleks yang harus memerlukan bantuan program komputer untuk membuktikan apakah kelipatan 19. Jadi, sistem matematika yang didasarkan bilangan 19 yang melekat pada Al Quran dapat diapresiasi bukan hanya oleh orang yang memiliki kepandaian komputer dan matematika tingkat tinggi, tetapi juga oleh orang yang hanya dapat melakukan penghitungan secara sederhana. </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Selain 19 sebagai kode rahasia Al Qur’an itu sendiri, peristiwa ditemukannya bilangan 19 sebagai “miracle” dari Al Qur’an juga dapat dihubungkan dengan bilangan 19 sebagai kehendak Allah. Disebutkan di atas bahwa kode rahasia tersebut ditemukan pada tahun 1393 Hijriah. Al Qur’an diturunkan pertama kali pada 13 tahun sebelum Hijriah (hijrah Nabi). Jadi keajaiban Al Qur’an ini ditemukan 1393+13=1406 tahun (dalam hitungan hijriah) setelah Al Qur’an diturunkan, yang bertepatan dengan tahun 1974 M.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<img alt="alquran1406.jpg" height="106" src="http://alisaid.files.wordpress.com/2007/10/alquran1406.jpg?w=542&h=106" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-style: initial; border-top-width: 0px; height: 106px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 7px; padding-left: 0px; padding-right: 7px; padding-top: 0px; width: 529px;" width="542" /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Surah 74 adalah Surah Al Muddatsir yang berarti orang yang berkemul (Al Quran dan Terjemahnya, Depag) dan juga dapat berarti rahasia yang tesembunyi, yang memang mengandung rahasia Allah mengenai keajaiban Al Qur’an. Dalam Surah 74 ayat 30-36 dinyatakan:</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(74:30) Di atasnya adalah 19.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(74:31) Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami jadikan bilangan mereka itu (19) melainkan untuk:</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
- cobaan/ujian/tes bagi orang-orang kafir,</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
- meyakinkan orang-orang yang diberi Al Kitab (Nasrani dan Yahudi),</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
- memperkuat (menambah)keyakinan orang yang beriman,</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
- menghilangkan keragu-raguan pada orang-orang yang diberi Al kitab dan juga orang-orang yang beriman, dan</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
- menunjukkan mereka yang ada dalam hatinya menyimpan keragu-raguan; dan orang-orang kafir mengatakan: “Apakah yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia. Dan ini tiada lain hanyalah sebuah peringatan bagi manusia.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(74:32) Sungguh, demi bulan.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(74:33) Dan malam ketika berlalu.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(74:34) Dan pagi (subuh) ketika mulai terang.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(74:35) Sesungguhnya ini (bilangan ini) adalah salah satu dari keajaiban yang besar.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(74:36) Sebagai peringatan bagi umat manusia. </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Sebagian besar ahli tafsir menafsirkan 19 sebagai jumlah malaikat. Menurut Dr. Rashad Khalifa, menafsirkan bilangan 19 sebagai jumlah malaikat adalah tidak tepat karena bagaimana mungkin jumlah malaikat dapat dijadikan untuk ujian/tes bagi orang-orang kafir, untuk meyakinkan orang-orang nasrani dan yahudi, untuk meningkatkan keimanan orang yang telah beriman dan juga untuk menghilangkan keragu-raguan. Jadi, tepatnya bilangan 19 ini merupakan keajaiban yang besar dari Al Qur’an sesuai ayat 35 di atas, menurut terjemahan Dr. Rashad Khalifa (dan juga terjemahan beberapa penterjemah lain). Jadi pada ayat 35 kata “<em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">innahaa</em>” merujuk pada kata “’<em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">iddatun</em>” pada ayat 31.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Mengapa 19?</em></strong></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu dijelaskan tentang sistem bilangan. Kita pasti mengenal betul sistem bilangan Romawi yang masih sangat dikenal pada saat ini, seperti I=1, V=5, X=10, L=50, C=100, D=500 dan M=1000. Seperti halnya pada sistem bilangan Romawi, sistem bilangan juga dikenal pada huruf-huruf arab. Bilangan yang ditandai pada setiap huruf dikenal sebagai “nilai numerik (<em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">numerical value atau gematrical value</em>)”. Click <a href="http://alisaid.wordpress.com/2007/10/19/penting-nilai-numerik-huruf-huruf-arab/" style="color: #a92c14; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-decoration: none;">link ini </a>untuk mengetahui lebih jauh tentang nilai numerik. </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Setelah mengetahui nilai dari setiap huruf arab tersebut, kita dapat menjawab mengapa 19 dipakai sebagai kode rahasia Allah dalam Al Qur’an, dan sekaligus dapat digunakan untuk mengungkap keajaiban Al Qur’an. Berikut beberapa hal yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa 19.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
* 19 merupakan nilai numerik dari kata “Waahid” dalam bahasa arab yang artinya ‘esa/satu’ (lihat Tabel 2) Tabel 2. Nilai numerik dari kata “waahid” </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<img alt="alquranwahid.jpg" height="201" src="http://alisaid.files.wordpress.com/2007/10/alquranwahid.jpg?w=532&h=201" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-style: initial; border-top-width: 0px; height: 201px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 7px; padding-left: 0px; padding-right: 7px; padding-top: 0px; width: 555px;" width="532" /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
* 19 merupakanbilangan positif pertama dan terakhir (1 dan 9), yang dapat diartikan sebagai Yang Pertama dan Yang Terakhir seperti yang dikatakan Allah, misalnya, pada QS 57 ayat 3 sebagai berikut:<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”</em></strong><strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">(QS 57:3).</strong> Kata “waahid” dalam Qur’an disebutkan sebanyak 25 kali, dimana 6 diantaranya tidak merujuk pada Allah (seperti salah satu jenis makanan, pintu, dsb). Sisanya 19 kali merujuk pada Allah. Total jumlah dari (nomor surat + jumlah ayat pada masing-masing surat) dimana 19 kata “waahid” yang merujuk pada Allah adalah 361 = 19 x 19. Jadi 19 melambangkan keesaan Allah (Tuhan Yang Esa). </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
* Pilar agama Islam yang pertama juga dikodekan dengan 19</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
“La – Ilaha – Illa – Allah” </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Nilai-nilai numerik dari setiap huruf arab pada kalimah syahadat di atas adalah dapat ditulis sebagai berikut</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
“30 1 – 1 30 5 – 1 30 1 – 1 30 30 5” </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Jika susunan angka tersebut ditulis menjadi sebuah bilangan, diperoleh = 30113051301130305 = 19 x … atau merupakan bilangan yang mempunyai kelipatan 19. Jadi jelaslah bahwa 19 merujuk kepada keesaan Allah sebagai satu-satunya dzat yang wajib disembah. </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Beberapa Contoh Bukti-bukti yang Sangat Sederhana tentang Kode 19</strong></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa desain Al Qur’an yang didasarkan bilangan 19 ini, dapat dibuktikan dari penghitungan yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat komplek. Berikut ini hanya sebagian kecil dari keajaiban Al Quran (sistim 19) yang dapat ditulis dalam artikel singkat ini. Fakta-fakta yang sangat sederhana:</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(1) Kalimat Basmalah pada (QS 1:1) terdiri dari 19 huruf arab.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(2) QS 1:1 tersebut diturunkan kepada Muhammad setelah Surat 74 ayat 30 yang artinya “Di atasnya adalah 19”.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(3) Al Qur’an terdiri dari 114 surah, 19×6.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(4) Ayat pertama turun (QS 96:1) terdiri dari 19 huruf.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(5) Surah 96 (Al Alaq) ditempatkan pada 19 terakhir dari 114 surah (dihitung mundur dari surah 114), dan terdiri dari 19 ayat</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(6) Surat terakhir yang turun kepada Nabi Muhammad adalah Surah An-Nashr atau Surah 110 yang terdiri dari 3 ayat. Surah terakhir yang turun terdiri dari 19 kata dan ayat pertama terdiri dari 19 huruf.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(7) Kalimat Basmalah berjumlah 114 (19×6). Meskipun pada Surah 9 (At Taubah) tidak ada Basmalah pada permulaan surah sehingga jumlah Basmalah kalau dilihat pada awal surah kelihatan hanya 113, tetapi pada Surah 27 ayat 30 terdapat ekstra Basmalah (dan juga 27+30=57, atau 19 x 3). Dengan demikian jumlah Basmalah tetap 114. </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(8) Jika dihitung jumlah surah dari surah At Taubah (QS 9) yang tidak memiliki Basmalah sampai dengan Surah yang memuat 2 Basmalah yaitu S 27, ditemukan 19 surah. Dan total jumlah nomor surah dari Surah 9 sampai Surah 27 diperoleh (9+10+11+…+26+27=342) atau 19×18. Total jumlah ini (342) sama dengan jumlah kata antara dua kalimat basmalah dalam Surat 27.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(9) Berkaitan dengan inisial surah, misalnya ada dua Surah yang diawali dengan inisial “Qaaf” yaitu Surah 42 yang memiliki 53 ayat dan Surah 50 yang terdiri dari 45 ayat. Jumlah huruf “Qaaf” pada masing-masing dua surat tersebut adalah 57 atau 19 x 3. Jika kita tambahkan nomor surah dan jumlah ayatnya diperoleh masing-masing adalah (42+53=95, atau 19 x 5) dan (50+45=95, atau 19 x 5). Selanjutnya initial “Shaad” mengawali tiga surah yang berbeda yaitu Surah 7, 19, dan 38. Total jumlah huruf “Shaad” di ketiga surah tersebut adalah 152, atau 19 x 8. Hal yang sama berlaku untuk inisial yang lain. </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(10) Frekuensi munculnya empat kata pada kalimat Basmalah dalam Al Qur’an pada ayat-ayat yang bernomor merupakan kelipatan 19 (lihat Tabel 3) </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Tabel 3: Empat kata dalam Basmalah dan frekuensi penyebutan dalam ayat-ayat yang bernomor dalam Al Quran </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
No. Kata Frekuensi muncul </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
1 Ism 19 </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
2 Allah 2698 (19×142) </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
3 Al-Rahman 57 (19×3) </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
4 Al-Rahiim 114 (19×6) </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(11) Ada 14 huruf arab yang berbeda yang membentuk 14 set inisial pada beberapa surah dalam Al Qur’an, dan ada 29 surah yang diawali dengan inisial (seperti Alif-Lam-Mim). Jumlah dari angka-angka tersebut diperoleh 14+14+29=57, atau 19×3. </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(12) Antara surah pertama yang berinisial (Surah 2 atau Surah Al Baqarah) dan surah terakhir yang berinisial (Surah 68), terdapat 38 surah yang tidak diawali dengan inisial, 38=19×2.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(13) Al-Faatihah adalah surah pertama dalam Al-Quran, No.1, dan terdiri dri 7 ayat, sebagai surah pembuka (kunci) bagi kita dalam berhubungan dengan Allah dalam shalat. Jika kita tuliskan secara berurutan Nomor surah (No. 1) diikuti dengan nomor setiap ayat dalam surah tersebut, kita dapatkan bilangan: 11234567. Bilangan ini merupakan kelipatan 19. Hal ini menunjukkan bahwa kita membaca Al Faatihah adalah dalam rangka menyembah dan meng-Esakan Allah. </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Selanjutnya, jika kita tuliskan sebuah bilangan yang dibentuk dari nomor surah (1) diikuti dengan bilangan-bilangan yang menunjukkan jumlah huruf pada setiap ayat (lihat Tabel 4), diperoleh bilangan : 119171211191843 yang juga merupakan kelipatan 19.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Tabel 4: Jumlah huruf pada setiap ayat dalam Surah Al Faatihah</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<img alt="alquranfatiha1.jpg" src="http://alisaid.files.wordpress.com/2007/10/alquranfatiha1.jpg" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 7px; padding-left: 0px; padding-right: 7px; padding-top: 0px;" /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
(14) Ketika kita membaca Surah Al-Fatihah (dalam bahasa arab), maka bibir atas dan bawah akan saling bersentuhan tepat 19 kali. Kedua bibir kita akan bersentuhan ketika mengucapkan kata yang mengandung huruf “B atau Ba’” dan huruf “M atau Mim”. Ada 4 huruf Ba’ dan 15 huruf Mim. Nilai numerik dari 4 huruf Ba’ adalah 4×2=8, dan nilai numerik dari 15 huruf Mim adalah 15×40=600. Total nilai numerik dari 4 huruf Ba’ dan 15 huruf Mim adalah 608=19×32 (lihat Tabel 5).</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Tabel 5. Kata-kata dalam Surah Al-Fatihah yang mengandunghuruf Ba’ dan Mim beserta nilai numeriknya </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"> <img alt="alquranfatihah2.jpg" height="429" src="http://alisaid.files.wordpress.com/2007/10/alquranfatihah2.jpg?w=550&h=429" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-style: initial; border-top-width: 0px; height: 429px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 7px; padding-left: 0px; padding-right: 7px; padding-top: 0px; width: 555px;" width="550" /></strong></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kejadian Di Alam Semesta yang Terkait dengan Bilangan 19</strong></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Beberapa kejadian lain di alam ini dan juga dalam kehidupan kita sehari-hari yang mengacu pada bilangan 19 adalah:</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
· Telah dibuktikan bahwa bumi, matahari dan bulan berada pada posisi yang relatif sama setiap 19 tahun</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
· Komet Halley mengunjungi sistim tata surya kita sekali setiap 76 tahun (19×4).</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
· Fakta bahwa tubuh manusia memiliki 209 tulang atau 19×11.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
· Langman’s medical embryology, oleh T. W. Sadler yang merupakan buku teks di sekolah kedokteran di Amerika Serikat diperoleh pernyataan “secara umum lamanya kehamilan penuh adalah 280 hari atau 40 minggu setelah haid terakhir, atau lebih tepatnya 266 hari atau 38 minggu setelah terjadinya pembuahan”. Angka 266 dan 38 kedua-duanya adalah kelipatan dari 19 atau 19×14 dan 19×2. </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Lima Pilar Islam (Rukun Islam) dan Sistem 19</strong></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Islam adalah agama yang dibawa oleh seluruh nabi sejak Nabi Ibrahim sebagai <em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">the</em> <em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">founding father of Islam</em>(misalnya lihat QS 2:67, 130-136; QS 5:44, 111; QS 3:52).Pesan utama yang disampaikan oleh seluruh Nabi sejak Nabi Ibrahim sampai Nabi Muhammad adalah sama yaitu menyembah Allah yang Esa, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji. Allah menyempurnakan Islam melalui Nabi Muhammad. Jadi praktek shalat, zakat, puasa dan haji telah dilakukan dan diajarkan oleh Nabi-nabi sejak Nabi Ibrahim. Dari kelima pilar agama Islam, dapat ditunjukkan bahwa semua berkaitan dengan sistim bilangan 19 (kelipatan 19).</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
· <strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Syahadat</em></strong></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Telah dibahas di atas bahwa pilar pertama agama Islam “Laa Ilaaha Illa Allah” didisain berdasarkan bilangan 19. </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
· <strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Shalat</em></strong></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Kata “<em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">shalawat</em>” yang merupakan bentuk jamak dari kata “<em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">shalat</em>“ muncul di Al Qur’an sebanyak 5 kali. Ini menunjukkan bahwa perintah Allah untuk melaksanakan shalat 5 kali sehari dikodekan di Al Qur’an. Selanjutnya jumlah rakaat dalam shalat dikodekan dengan bilangan 19. Jumlah rakaat pada shalat subuh, zuhur, ashar, maghrib dan isya masing-masing adalah 2,4,4,3, dan 4 rakaat. Jika jumlah rakaat tersebut disusun menjadi sebuah angka 24434 merupakan bilangan kelipatan 19 atau (24434 = 19×1286). Digit 1286 kalau dijumlahkan akan didapat angka 17 (1+2+8+6) yang merupakan jumlah rakaat shalat dalam sehari. Untuk hari Jum’at jumlah rakaat Shalat adalah 15, karena Shalat Jum’at hanya 2 rakaat. Ini juga dapat dikaitkan dengan bilangan 19 (kelipatan 19). Jika kita buat hari Jum’at sebagai hari terakhir, maka jumlah rakaat shalat mulai hari Sabtu sampai Jum’at dapat ditulis secara berurutan sebagai berikut: 17 17 17 17 17 17 15. Jika urutan bilangan tersebut kita jadikan menjadi satu bilangan 17171717171715, maka bilangan tersebut merupakan bilangan dengan kelipatan 19 atau (19 x 903774587985). Jadi pada intinya shalat itu menyembah Tuhan yang Satu (ingat: 19 adalah total nilai numerik dari kata ‘waahid’). Surah Al-Fatihah yang dibaca dalam setiap rakaat dalam Shalat seperti dibahas sebelumnya juga mengacu pada bilangan 19. Selanjutnya, kata “Shalat’ dalam Al Qur’an disebutkan sebanyak 67 kali. Jika kita jumlahkan nomor surat-surat dan nomor ayat-ayat dimana ke 67 kata “Shalat” disebutkan, diperoleh total 4674 atau 19×246. </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
· <strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Puasa</em></strong></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Perintah puasa dalam Al Qur’an disebutkan pada ayat-ayat berikut:</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
- 2:183, 184, 185, 187, 196;</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
- 4:92; 5:89, 95;</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
- 33:35, 35; dan</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
- 58:4.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Total jumlah bilangan tersebut adalah 1387, atau 19×73. Perlu diketahui bahwa QS 33:35 menyebutkan kata puasa dua kali, satu untuk orang laki-laki beriman dan satunya lagi untuk wanita beriman. </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
· <strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kewajiban Zakat dan Menunaikan Haji ke Mekkah</em></strong></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Sementara tiga pilar pertama diwajibkan kepada semua orang Islam laki-laki dan perempuan, Zakat dan Haji hanya diwajibkan kepada mereka yang mampu. Hal ini menjelaskan fenomena matematika yang menarik yang berkaitan dengan Zakat dan Haji. </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Zakat</strong>disebutkan dalam Al Qur’an pada ayat-ayat berikut: </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<img alt="alquransurat-zakat.jpg" src="http://alisaid.files.wordpress.com/2007/10/alquransurat-zakat.jpg" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 7px; padding-left: 0px; padding-right: 7px; padding-top: 0px;" /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Penjumlahan angka-angka tersebut diperoleh 2395. Total jumlah ini jika dibagi dengan 19 diperoleh sisa 1 (bilangan tersebut tidak kelipatan 19). </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Haji</strong>disebutkan dalam Al Qur’an pada ayat-ayat</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
- 2:189, 196, 197;</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
- 9:3; dan</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
- 22:27.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Total penjumlahan angka-angka tersebut diperoleh 645, dan angka ini tidak kelipatan 19 karena jika angka tersebut dibagi 19 kurang 1.</div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Kemudian jika dari kata <strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Zakat dan Haji</strong> digabungkan diperoleh nilai total 2395+645 = 3040 = <strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">19</strong>x160. </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Penutup</strong></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
Secara umum disimpulkan bahwa Al Qur’an didisain secara matematis. Apa yang dibahas di atas hanyalah sebagian kecil dari ribuan bukti tentang desain matematis dari Al Qur’an dan khususnya tentang bilangan dasar 19 sebagai desain Al Qur’an yang dapat disajikan pada tulisan ini. Selain itu, tulisan ini hanya memfokuskan pada contoh-contoh yang sangat sederhana, sementara untuk contoh-contoh yang sangat kompleks tidak disajikan di sini karena mungkin akan sulit dipahami oleh orang yang tidak memiliki latar belakang atau kurang memahami matematika. Bilangan 19 yang juga berarti Allah yang Esa, dan juga berarti tidak ada Tuhan melainkan Dia, dapat dikatakan sebagai “Tanda tangan Allah” di alam semesta ini. Hal ini sesuai dengan salah satu firman Allah yang menyatakan bahwa seluruh alam ini tunduk dan sujud kepada Allah dan mengakui keesaan Allah. Hanya orang-orang kafir lah yang tidak mau sujud dan mengakui keesaan Allah. Allah dalam menciptakan Al Qur’an dan alam semesta ini telah melakukan perhirtungan secara detail, seperti firman Allah yang berbunyi: “<em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">dan Allah menghitung segala sesuatunya satu per satu (secara detail)”</em> (QS 72:28). Jumlahkan angka-angka pada nomor surah dan ayat tersebut !!!!!! Anda memperoleh angka 19 (7+2+2+8=19). Dari uraian di atas khususnya mengenai lima pilar Islam diperoleh kesimpulan yang sangat tegas bahwa pemeluk Islam adalah orang-orang yang pasrah dan tunduk menyembah dan mengakui keesaan Allah seperti yang ditunjukkan bahwa kelima pilar Islam tersebut berkaitan dengan sistim bilangan 19 (nilai numerik dari kata “waahid” atau Esa). Hal ini juga sesuai dengan Islam sendiri yang yang secara harfiah dapat berarti pasrah/tunduk. Hal lain yang dapat diambil sebagai pelajaran dari sistim bilangan 19 sebagai disain Al Qur’an adalah terpecahkannya “<em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">unsolved problem</em>” mengenai perdebatan di antara para ulama terhadap status “Basmalah” pada Surah Al-Faatihah apakah termasuk salah satu ayat dalam surah tersebut atau tidak. Dengan ditemukannya bilangan 19 sebagai disain Al Qur’an, bukti-bukti matematis pada tulisan ini telah membuktikan bahwa lafal “Basmalah” termasuk dalam salah satu ayat Surah Al-Fatihah. Sebagai penutup, semoga tulisan ini dapat menambah keimanan bagi orang-orang yang beriman, menjadi tes/ujian bagi mereka yang belum beriman, dan menghilangkan keragu-raguan bagi mereka yang hatinya dihinggapi keragu-raguan akan kebenaran Al Qur’an. Allah akan membiarkan sesat orang-orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya (QS 74:31). </div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<strong style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Catatan:</em></strong></div>
<div style="font-size: 1em; line-height: 1.5; margin-bottom: 20px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<em style="font-size: 1.0625em; font-style: italic; line-height: 1.2em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Untuk memverifikasi “keajaiban matematis” dari Al Qur’an anda perlu menggunakan Al Qur’an yang dicetak menurut versi cetak Arab Saudi atau Timur Tengah pada umumnya. Mengapa? Hasil penelitian yang saya lakukan, terdapat banyak perbedaan antara Qur’an versi cetak Indonesia pada umumnya dan Qur’an versi cetak Arab Saudi (kebetulan saya memegang Qur’an versi cetak Arab Saudi), meskipun perbedaan tersebut tidak berpengaruh pada makna/arti. Perbedaan tersebut hanya pada cara menuliskan beberapa kata. Meskipun demikian, jika mengacu pada “Keajaiban Matematis” dari Al Qur’an, Qur’an versi cetak Indonesia pada umumnya (yang disusun oleh orang Indonesia) menyalahi aturan yang aslinya sehingga keajaiban matematis tidak muncul. Saya hanya memberikan 2 contoh kata saja dari sekian kata yang berbeda penulisannya yaitu kata “shirootho” dan “insaana”. Menurut versi cetak Arab Saudi, tidak ada huruf “ALIF” antara huruf “RO’” dan “THO” pada kata “SHIROOTHO” (lihat di Surat Al Fatihah) dan antara huruf “SIN” dan “NUN”pada kata “INSAANA”, tetapi menurut versi cetak Indonesia pada umumnya terdapat huruf ALIF pada kedua kata tersebut. Pada versi cetak Arab Saudi, untuk menunjukkan bacaan panjang pada bunyi ROO dan SAA pada kata SHIROOTHO dan INSAANA, digunakan tanda “fathah tegak”. Saya paham, maksud orang menambahkan ALIF pada kedua kata tersebut agar lebih memudahkan bagi pembacanya, tetapi ternyata menyimpang dari aslinya. Maka dari itu anda menemukan jumlah huruf yang lebih banyak pada Surat Al Fatihah ayat 6 dan 7 dari yang saya tuliskan. Sebagai tambahan, salah satu ciri Qur’an versi cetak Indonesia pada umumnya adalah Surat Al Fatihah terletak pada HALAMAN 2, sementara versi cetak Arab Saudi, Fatihah berada pada HALAMAN 1.<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Mengenai jumlah kata, kata harus didefinisikan sebagai susunan dari beberapa huruf (dua hrurf atau lebih), sehingga anda harus memperlakukan “WA atau WAU” sebagai huruf meskipun bisa diartikan dengan kata “DAN” dalam bahasa Indonesia. Perlakuan “WA” (misalnya pada kata “WATAWAA”) sebenarnya bisa disamakan dengan “BI” (pada kata BISMI), karena kebetulan BI bisa gandeng dengan kata berikutnya, sementara WA tidak bisa ditulis gandeng dengan kata yang mengikutinya. Jadi jangan hitung “WA” sebagai kata, tetapi sebagai huruf.</em></div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-80156916864913904442012-04-26T17:47:00.001-07:002012-04-26T17:47:52.365-07:00Sikap Yang Islami Menghadapi Hari Ulang Tahun<div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinzCuiP7BTCFTe5xVpoX2HaTpkz1-pvjNvEO1AeWSEYhWVjXVHevCpGOuf3J99avzS35TBH4SgXUTGCpPrpOtfQCygXGeSd-WDZrOgDl-kU9XGfdApIzOMvphlyV0UBtv8tw-49T4hkvg/s1600/birthday-cake-by-jessica-n-diamond.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="375" id="il_fi" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinzCuiP7BTCFTe5xVpoX2HaTpkz1-pvjNvEO1AeWSEYhWVjXVHevCpGOuf3J99avzS35TBH4SgXUTGCpPrpOtfQCygXGeSd-WDZrOgDl-kU9XGfdApIzOMvphlyV0UBtv8tw-49T4hkvg/s1600/birthday-cake-by-jessica-n-diamond.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="500" /></a></div>
Ada hari yang dirasa spesial bagi kebanyakan orang. Hari yang
mengajak untuk melempar jauh ingatan ke belakang, ketika saat ia
dilahirkan ke muka bumi, atau ketika masih dalam buaian dan saat-saat
masih bermain dengan ceria menikmati masa kecil. Ketika hari itu datang,
manusia pun kembali mengangkat jemarinya, untuk menghitung kembali
tahun-tahun yang telah dilaluinya di dunia. Ya, hari itu disebut dengan
hari ulang tahun.<br />
Nah sekarang, pertanyaan yang hendak kita cari tahu jawabannya adalah: bagaimana sikap yang Islami menghadapi hari ulang tahun?<br />
<a name='more'></a><br />
Jika hari ulang tahun dihadapi dengan melakukan perayaan, baik berupa
acara pesta, atau makan besar, atau syukuran, dan semacamnya maka kita
bagi dalam dua kemungkinan.<br />
<strong>Kemungkinan pertama</strong>, perayaan tersebut dimaksudkan
dalam rangka ibadah. Misalnya dimaksudkan sebagai ritualisasi rasa
syukur, atau misalnya dengan acara tertentu yang di dalam ada doa-doa
atau bacaan dzikir-dzikir tertentu. Atau juga dengan ritual seperti
mandi kembang 7 rupa ataupun mandi dengan air biasa namun dengan
keyakinan hal tersebut sebagai pembersih dosa-dosa yang telah lalu. Jika
demikian maka perayaan ini masuk dalam pembicaraan masalah bid’ah.
Karena syukur, doa, dzikir, istighfar (pembersihan dosa), adalah
bentuk-bentuk ibadah dan ibadah tidak boleh dibuat-buat sendiri bentuk
ritualnya karena merupakan hak paten Allah dan Rasul-Nya. Sehingga
kemungkinan pertama ini merupakan bentuk yang dilarang dalam agama,
karena Rasul kita Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,<br />
<div style="text-align: center;">
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ</div>
“<em>Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak</em>” [HR. Bukhari-Muslim]<br />
Perlu diketahui juga, bahwa orang yang membuat-buat ritual ibadah
baru, bukan hanya tertolak amalannya, namun ia juga mendapat dosa,
karena perbuatan tersebut dicela oleh Allah. Sebagaimana hadits,<br />
<div style="text-align: center;">
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ،
لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ
لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى .
يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ</div>
“<em>Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di
hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan
(minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku
lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman,
‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.</em>’ “ (HR. Bukhari no. 7049)<br />
<strong>Kemungkinan kedua</strong>, perayaan ulang tahun ini
dimaksudkan tidak dalam rangka ibadah, melainkan hanya tradisi,
kebiasaan, adat atau mungkin sekedar have fun. Bila demikian, sebelumnya
perlu diketahui bahwa dalam Islam, hari yang dirayakan secara berulang
disebut Ied, misalnya Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat merupakan
hari Ied dalam Islam. Dan perlu diketahui juga bahwa setiap kaum
memiliki Ied masing-masing. Maka Islam pun memiliki Ied sendiri.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,<br />
<div style="text-align: center;">
إن لكل قوم عيدا وهذا عيدنا</div>
“<em>Setiap kaum memiliki Ied, dan hari ini (Iedul Fitri) adalah Ied kita (kaum Muslimin)</em>” [HR. Bukhari-Muslim]<br />
Kemudian, Ied milik kaum muslimin telah ditetapkan oleh Allah dan
Rasul-Nya hanya ada 3 saja, yaitu Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari
Jumat. Nah, jika kita mengadakan hari perayaan tahunan yang tidak
termasuk dalam 3 macam tersebut, maka Ied milik kaum manakah yang kita
rayakan tersebut? Yang pasti bukan milik kaum muslimin.<br />
Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,<br />
<div style="text-align: center;">
من تشبه بقوم فهو منهم</div>
“<em>Orang yang meniru suatu kaum, ia seolah adalah bagian dari kaum tersebut</em>” [HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Ibnu Hibban]<br />
Maka orang yang merayakan Ied yang selain Ied milik kaum Muslimin
seolah ia bukan bagian dari kaum Muslimin. Namun hadits ini tentunya
bukan berarti orang yang berbuat demikian pasti keluar dari statusnya
sebagai Muslim, namun minimal mengurangi kadar keislaman pada dirinya.
Karena seorang Muslim yang sejati, tentu ia akan menjauhi hal tersebut.
Bahkan Allah Ta’ala menyebutkan ciri hamba Allah yang sejati
(Ibaadurrahman) salah satunya,<br />
<div style="text-align: center;">
والذين لا يشهدون الزور وإذا مروا باللغو مروا كراما</div>
“<em>Yaitu orang yang tidak ikut menyaksikan Az Zuur dan bila melewatinya ia berjalan dengan wibawa</em>” [QS. Al Furqan: 72]<br />
Rabi’ bin Anas dan Mujahid menafsirkan Az Zuur pada ayat di atas
adalah perayaan milik kaum musyrikin. Sedangkan Ikrimah menafsirkan Az
Zuur dengan permainan-permainan yang dilakukan adakan di masa Jahiliyah.<br />
Jika ada yang berkata “Ada masalah apa dengan perayaan kaum
musyrikin? Toh tidak berbahaya jika kita mengikutinya”. Jawabnya,
seorang muslim yang yakin bahwa hanya Allah lah sesembahan yang berhak
disembah, sepatutnya ia membenci setiap penyembahan kepada selain Allah
dan penganutnya. Salah satu yang wajib dibenci adalah kebiasaan dan
tradisi mereka, ini tercakup dalam ayat,<br />
<div style="text-align: center;">
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ</div>
“<em>Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah
dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya</em>” [QS. Al Mujadalah: 22]<br />
Kemudian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin -rahimahllah-
menjelaskan : “Panjang umur bagi seseorang tidak selalu berbuah baik,
kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan
ketaatanNya. Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan
baik amalannya. Sementara orang yang paling buruk adalah manusia yang
panjang umurnya dan buruk amalannya.<br />
Karena itulah, sebagian ulama tidak menyukai do’a agar dikaruniakan
umur panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan :
“Semoga Allah memanjangkan umurmu” kecuali dengan keterangan “Dalam
ketaatanNya” atau “Dalam kebaikan” atau kalimat yang serupa. Alasannya
umur panjang kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena umur
yang panjang jika disertai dengan amalan yang buruk -semoga Allah
menjauhkan kita darinya- hanya akan membawa keburukan baginya, serta
menambah siksaan dan malapetaka” [Dinukil dari terjemah Fatawa Manarul
Islam 1/43, di almanhaj.or.id]<br />
Jika demikian, sikap yang Islami dalam menghadapi hari ulang tahun
adalah: tidak mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan berwibawa
dalam menghindari perayaan semacam itu. Mensyukuri nikmat Allah berupa
kesehatan, kehidupan, usia yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap
saat bukan setiap tahun. Dan tidak perlu dilakukan dengan ritual atau
acara khusus, Allah Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi di
dalam dada. Demikian juga refleksi diri, mengoreksi apa yang kurang dan
apa yang perlu ditingkatkan dari diri kita selayaknya menjadi renungan
harian setiap muslim, bukan renungan tahunan.<br />
Wallahu’alam.<br />
Sumber: http://www.almanhaj.or.id/content/1584/slash/0 dan http://www.saaid.net/Doat/alarbi/6.htm<br />
Penulis: <a href="http://kangaswad.wordpress.com/2009/07/16/sikap-yang-islami-menghadapi-hari-ulang-tahun/">Yulian Purnama</a><br />
Artikel <a href="http://muslim.or.id/">www.muslim.or.id</a><br />
</div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-69116195350620497582012-04-26T17:22:00.005-07:002012-04-26T17:22:47.200-07:00Kisah Salman al-Farisi Mencari Kebenaran<div id="pt">
<a href="http://i.okezone.com/content/2009/09/01/333/253318/v6rgQhvoVQ.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="detail berita" border="0" src="http://i.okezone.com/content/2009/09/01/333/253318/v6rgQhvoVQ.jpg" /></a>
</div>
Salman al-Farisi pada awal hidupnya adalah seorang bangsawan
dari Persia yang menganut agama Majusi. Namun dia tidak merasa nyaman
dengan agamanya. Pergolakan batin itulah yang mendorongnya untuk mencari
agama yang dapat menentramkan hatinya.<br /><br />Kisah Salman diceritakan langsung kepada seorang sahabat dan keluarga dekat Nabi Muhammad bernama Abdullah bin Abbas:<br /><br />Salman
dilahirkan dengan nama Persia, Rouzbeh, di kota Kazerun, Fars, Iran.
Ayahnya adalah seorang Dihqan (kepala) desa. Dia adalah orang terkaya di
sana dan memiliki rumah terbesar.<a name='more'></a><br /><br />Ayahnya menyayangi dia,
melebihi siapa pun. Seiring waktu berlalu, cintanya kepada Salman
semakin kuat dan membuatnya semakin takut kehilangan Salman. Ayahnya pun
menjaga dia di rumah, seperti penjara.<br /><br />Ayah Salman memiliki
sebuah kebun yang luas, yang menghasilkan pasokan hasil panen berlimpah.
Suatu ketika ayahnya meminta dia mengerjakan sejumlah tugas di
tanahnya. Tugas dari ayahnya itulah yang menjadi awal pencarian
kebenaran.<br /><br />"Ayahku memiliki areal tanah subur yang luas. Suatu
hari, ketika dia sibuk dengan pekerjaannya, dia menyuruhku untuk pergi
ke tanah itu dan memenuhi beberapa tugas yang dia inginkan. Dalam
perjalanan ke tanah tersebut, saya melewati gereja Nasrani. Saya
mendengarkan suara orang-orang shalat di dalamnya. Saya tidak mengetahui
bagaimana orang-orang di luar hidup, karena ayahku membatasiku di dalam
rumahnya! Maka ketika saya melewati orang-orang itu (di gereja) dan
mendengarkan suara mereka, saya masuk ke dalam untuk melihat apa yang
mereka lakukan."<br /><br />"Ketika saya melihat mereka, saya menyukai salat
mereka dan menjadi tertarik terhadapnya (yakni agama). Saya berkata
(kepada diriku), 'Sungguh, agama ini lebih baik daripada agama kami'".<br /><br />Salman
memiliki pemikiran yang terbuka, bebas dari taklid buta. "Saya tidak
meninggalkan mereka sampai matahari terbenam. Saya tidak pergi ke tanah
ayahku."<br /><br />Dan ketika pulang, ayahnya bertanya. Salman pun
menceritakan bertemu dengan orang-orang Nasrani dan mengaku tertarik.
Ayahnya terkejut dan berkata: "Anakku, tidak ada kebaikan dalam agama
itu. Agamamu dan agama nenek moyangmu lebih baik."<br /><br />"Tidak, agama itu lebih baik dari milik kita," tegas Salman.<br /><br />Ayah Salman pun bersedih dan takut Salman akan meninggalkan agamanya. Jadi dia mengunci Salman di rumah dan merantai kakinya.<br /><br />Salman
tak kehabisan akan dan mengirimkan sebuah pesan kepada penganut
Nasrani, meminta mereka mengabarkan jika ada kafilah pedagang yang pergi
ke Suriah. Setelah informasi didapat, Salman pun membuka rantai dan
kabur untuk bergabung dengan rombongan kafilah.<br /><br />Ketika tiba di
Suriah, dia meminta dikenalkan dengan seorang pendeta di gereja. Dia
berkata: "Saya ingin menjadi seorang Nasrani dan memberikan diri saya
untuk melayani, belajar dari anda, dan salat dengan anda."<br /><br />Sang
pendeta menyetujui dan Salman pun masuk ke dalam gereja. Namun tak lama
kemudian, Salman menemukan kenyataan bahwa sang pendeta adalah seorang
yang korup. Dia memerintahkan para jemaah untuk bersedekah, namun
ternyata hasil sedekah itu ditimbunnya untuk memperkaya diri sendiri.<br /><br />Ketika
pendeta itu meninggal dunia dan umat Nasrani berkumpul untuk
menguburkannya, Salman mengatakan bahwa pendeta itu korup dan
menunjukkan bukti-bukti timbunan emas dan perak pada tujuh guci yang
dikumpulkan dari sedekah para jemaah.<br /><br />Setelah pendeta itu wafat, Salman pun pergi untuk mencari orang saleh lainnya, di Mosul, Nisibis, dan tempat lainnya.<br /><br />Pendeta
yang terakhir berkata kepadanya bahwa telah datang seorang nabi di
tanah Arab, yang memiliki kejujuran, yang tidak memakan sedekah untuk
dirinya sendiri.<br /><br />Salman pun pergi ke Arab mengikuti para pedagang
dari Bani Kalb, dengan memberikan uang yang dimilikinya. Para pedagang
itu setuju untuk membawa Salman. Namun ketika mereka tiba di Wadi
al-Qura (tempat antara Suriah dan Madinah), para pedagang itu
mengingkari janji dan menjadikan Salman seorang seorang budak, lalu
menjual dia kepada seorang Yahudi.<br /><br />Singkat cerita, akhirnya
Salman dapat sampai ke Yatsrib (Madinah) dan bertemu dengan rombongan
yang baru hijrah dari Makkah. Salman dibebaskan dengan uang tebusan yang
dikumpulkan oleh Rasulullah SAW dan selanjutnya mendapat bimbingan
langsung dari beliau.<br /><br />Betapa gembira hatinya, kenyataan yang
diterimanya jauh melebihi apa yang dicita-citakannya, dari sekadar ingin
bertemu dan berguru menjadi anugerah pengakuan sebagai muslimin di
tengah-tengah kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang disatukan sebagai
saudara.<br /><br />Kisah kepahlawanan Salman yang terkenal adalah karena
idenya membuat parit dalam upaya melindungi kota Madinah dalam Perang
Khandaq. Ketika itu Madinah akan diserang pasukan Quraisy yang mendapat
dukungan dari suku-suku Arab lainnya yang berjumlah 10.000 personel.
Pemimpin pasukan itu adalah Abu Sufyan. Ancaman juga datang dari dalam
Madinah, di mana penganut Yahudi dari Bani Quradhzah akan mengacau dari
dalam kota.<br /><br />Rasulullah SAW pun meminta masukan dari
sahabat-sahabatnya bagaimana strategi menghadapi mereka. Setelah
bermusyawarah akhirnya saran Salman Al Farisi atau yang biasa dipanggil
Abu Abdillah diterima. Strategi Salman memang belum pernah dikenal oleh
bangsa Arab pada waktu itu. Namun atas ketajaman pertimbangan Rasulullah
SAW, saran tersebut diterima.<br /><br />Atas saran Salman itulah perang dengan jumlah pasukan yang tak seimbang dimenangkan kaum Muslimin.<br /><br />Setelah meninggalnya Nabi Muhammad, Salman dikirim untuk menjadi gubernur di daerah kelahirannya, hingga dia wafat.<em></em>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-31723993659918105122012-04-13T20:04:00.001-07:002012-04-13T20:04:56.998-07:00Su’airah, Wanita Penghuni Surga<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dia adalah seorang <a href="http://muslimah.or.id/tag/shahabiyah">shahabiyyat</a> bernama <strong>Su’airah al-Asadiyyah</strong> atau yang dikenal dengan Ummu Zufar <em>radhiyallohu’anha</em>.
Walau para ahli sejarah tak menulis perjalanan kehidupannya secara
rinci, karena hampir semua kitab-kitab sejarah hanya mencantumkan
sebuah <a href="http://muslimah.or.id/tag/hadits">hadits</a> dalam
biografinya, namun dengan keterangan yang sedikit itu kita dapat
memetik banyak faedah, pelajaran, serta teladan yang agung dari <a href="http://muslimah.or.id/tag/wanita" style="color: black;">wanita</a> shalihah ini.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; color: black; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdeamtmNVG_bUm8v8mceckerlqtdfZFfKphy73-Cc2DOy7iJt_LEQaqiJMdfBj4CWRIo_a0MPrBMKXCk1uIDv0h5AT2PX254a5cNQojM7Dp4qaZz7JBMMJRBzpfSUbCLIpfEVTSGT0WgI/s1600/bunga_kumbang.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="245" id="il_fi" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdeamtmNVG_bUm8v8mceckerlqtdfZFfKphy73-Cc2DOy7iJt_LEQaqiJMdfBj4CWRIo_a0MPrBMKXCk1uIDv0h5AT2PX254a5cNQojM7Dp4qaZz7JBMMJRBzpfSUbCLIpfEVTSGT0WgI/s320/bunga_kumbang.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="320" /></a></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Su’airah al-Asadiyyah berasal dari Habsyah atau yang dikenal
sekarang ini dengan Ethiopia. Seorang wanita yang berkulit hitam, yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan penuh ketulusan. Ia adalah
perumpamaan cahaya dan bukti nyata dalam kesabaran, keyakinan dan
keridhaan terhadap ap</span><span style="font-size: small;">a yang telah ditakdirkan Allah, Rabb Pencipta Alam
semesta ini. Dia adalah wanita yang datang dan berbicara langsung
dengan pemimpin orang-orang yang ditimpa <a href="http://muslimah.or.id/tag/musibah">musibah</a> dan imam bagi orang-orang yang sabar, Rasulullah <em>shallallahu’alaihi wasallam</em>.<a name='more'></a></span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dialog mereka berdua telah dimaktub dan dinukilkan di dalam kitab
sunnah yang mulia. Telah diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab
shahihnya dengan sanadnya dari ‘Atha’ bin Abi Rabah ia berkata, Ibnu
Abbas berkata kepadaku, “Inginkah engkau aku tunjukkan seorang wanita
penghuni <a href="http://muslimah.or.id/tag/surga">surga</a>?” Aku pun menjawab, “Tentu saja.”</span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Ia berkata, ”Wanita berkulit hitam ini (orangnya). Ia telah datang menemui Nabi <em>shallallahu’alaihi wasallam</em> lalu berkata:</span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">“Sesungguhnya aku berpenyakit ayan (epilepsi), yang bila kambuh maka
tanpa disadari auratku terbuka. Do’akanlah supaya aku sembuh.”
Rasululloh <em>shallallahu’alaihi wasallam </em>bersabda:</span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“Jika engkau kuat bersabar, engkau akan memperoleh surga. Namun
jika engkau ingin, aku akan berdoa kepada Allah agar Dia
menyembuhkanmu.”</em></span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Maka ia berkata:”<strong>Aku akan bersabar</strong>.” Kemudian ia berkata:”<strong>Sesungguhnya aku (bila kambuh maka tanpa disadari auratku) terbuka, maka mintakanlah kepada Allah supaya auratku tidak terbuka</strong>.” Maka Beliau <em>shallallahu ’alaihi wasallam</em> pun mendo’akannya. (HR Al-Bukhari 5652)</span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Perhatikanlah … betapa tingginya keimanan wanita ini. Ia berusaha
menjaga hak-hak Allah dalam dirinya. Tak lupa pula mempelajari ilmu
agama-Nya. Meski ditimpa penyakit, ia tidak putus asa akan rahmat Allah
dan bersabar terhadap musibah yang menimpanya. Sebab ia mengetahui itu
adalah sesuatu yang diwajibkan oleh Allah. Bahwasanya tak ada suatu
musibah apapun yang diberikan kepada seorang mukmin yang sabar kecuali
akan menjadi timbangan kebaikan baginya pada hari kiamat nanti.</span></div>
<div class="arab" style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: large;">إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ</span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“ Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan diberi pahala tanpa batas.”</em> (QS Az-Zumar :10)</span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Di dalam musibah atau cobaan yang diberikan Allah kepada manusia
terkandung hikmah yang agung, yang dengannya Allah ingin membersihkan
hambanya dari dosa. Dengan keyakinan itulah Su’airah lebih mengutamakan
akhirat daripada dunia, kerana apa yang ada disisi Allah lebih baik dan
kekal. Dan Ketika diberikan pilihan kepadanya antara surga dan
kesembuhan, maka ia lebih memilih surga yang abadi. Akan tetapi di
samping itu, ia meminta kepada Rasululloh <em>shallallahu ’alaihi wasallam</em>
untuk mendoakan agar auratnya tidak terbuka bila penyakitnya kambuh,
karena ia adalah waniya yang telah terdidik dalam madrasah <em>‘iffah</em> (penjagaan diri) dan kesucian, hasil didikan Rasulullah <em>shallallahu ’alaihi wasallam</em>, dan menjaga hak Allah yang telah memerintahkan wanita muslimah untuk menjaga kehormatan dirinya dengan menutup aurat. Allah <em>subhanahu wa ta’alla</em> berfirman:</span></div>
<div class="arab" style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: large;">وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ</span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya</em>.” (Qs An-Nur: 31)</span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Su’airah telah memberikan pelajaran penting bagi para wanita yang
membuka auratnya, bahwa hendaknya mereka bersyukur kepada Allah <em>ta’alla</em>
atas nikmat kesehatan yang telah dilimpahkan kepada mereka. Berpegang
dengan hijab yang syar’i adalah jalan satu-satunya untuk menuju
kemuliaan dan kemenangan hakiki, karena ia adalah mahkota
kehormatannya. Dalam permintaannya, <strong>Su’airah hanya meminta
agar penyakit yang membuatnya kehilangan kesadarannya itu tidak menjadi
sebab terbukanya auratnya, padahal dalam keadaan itu pena telah
diangkat darinya!</strong> Akan tetapi, ia tetap berpegang dengan hijab dan rasa malunya!</span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Betapa jauhnya perbandingan antara wanita yang pemalu dan penyabar
ini dengan mereka yang telanjang yang tampil dilayar-layar kaca dan
terpampang di koran dan majalah-majalah. Tak perlu kita mengambil
contoh terlalu jauh sampai ke negara-negara barat sana. Cukuplah kita
perhatikan di negara kita tercinta ini saja, banyak kita temukan
wanita-wanita telanjang berlalu lalang dengan santainya di setiap
lorong dan sudut kota, bahkan di kampung-kampung tanpa rasa malu
sedikitpun. Rasulullah <em>shallallahu ’alaihi wasallam</em></span> telah sebutkan perihal mereka ini dengan sabdanya:</div>
<div class="arab" style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: large;">صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ
مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ
وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ
كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا
يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا
وَكَذَا</span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“ Ada dua golongan penduduk neraka yang aku belum pernah melihat
mereka: satu kaum yang memiliki cemeti seperti ekor sapi dimana mereka
memecut manusia dengannya, dan kaum wanita yang berpakaian akan tetapi
telanjang, genit dan menggoda, (rambut) kepala mereka seperti punuk
onta yang miring. Sungguh mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak
akan mendapati baunya, padahal bau surga bisa didapati dari jarak
perjalanan sekian dan sekian (jauhnya).”</em> (HR Muslim 5704)</span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Mereka tak ubahnya seperti binatang yang kemana-mana tak berpakaian
karena mereka memang tidak berakal! Keluarnya mereka telah merusak
pandangan orang-orang yang berakal. Rasulullah <em>shallallahu ’alaihi wasallam</em> juga bersabda tentang mereka:</span></div>
<div class="arab" style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: large;">الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتْ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَان</span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“Seorang wanita itu (seluruhnya) aurat. Apabila ia keluar
(rumah) maka setan akan membuat mereka nampak indah di hadapan
orang-orang yang memandanginya.”</em> (HR Tirmidzi 1206, dishahihkan al-Albani dalam <em>Shahihul Jami’</em> no 6690)</span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dan sungguh semua itu bertolak belakang dengan fitrah manusia. Allah <em>ta’ala</em> berfirman:</span></div>
<div class="arab" style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: large;">وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ
وَالإنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا
يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ
كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (١٧٩)</span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“ Sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan
dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah). Dan mereka mempunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah). Dan mereka memiliki telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka seperti
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai.</em> (Qs Al A’raf :179)</span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Demikianlah sosok Su’airah al-Asadiyyah <em>radhiyallahu’anha</em>, wanita yang dipuji Rasulullah <em>shallallahu ’alaihi wasallam</em>
akan kesabaran dan ‘iffah (penjagaan diri)nya. Semoga pelajaran agung
yang telah diwariskannya dapat menjadi acuan bagi wanita muslimah
menuju keridhaan Allah <em>subhanahu wa ta’alla</em>, dan menjadikan kita penghuni surga sebagaimana Su’airah, Aamiin.</span></div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-13395914350767496312012-04-13T19:54:00.002-07:002012-04-13T19:54:51.148-07:00Shalatnya Abu Bakar Ash Shiddiq<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.abdulkarimkhiaratullah.com/wp-content/uploads/2012/03/abu-bakr-as-siddique-2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="294" id="il_fi" src="http://www.abdulkarimkhiaratullah.com/wp-content/uploads/2012/03/abu-bakr-as-siddique-2.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="306" /></a></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Beliau <em>radhiyallahu ‘anhu</em> termasuk kalangan orang-orang shalih, sekaligus salah satu dari sahabat utama yang dekat dengan Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, imam yang utama dari sejumlah sahabat yang lainnya.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Beliau telah menghabiskan hidup dan segenap jiwa raganya, harta
kekayaannya serta waktunya untuk diinfakkan dan berjihad di jalan
Allah. Termasuk memberikan pelayanan dalam dakwah dan penyampaian wahyu.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dialah sahabat Abu Bakar yang nama lengkapnya <strong>Abdullah bin Abi Quhafah Al Qurasyi At Tamimi</strong><strong>Abu Bakar Asy Syiddiq</strong>.</span> yang terkenal dengan sebutan</div>
<a name='more'></a> <br />
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Beliau sangat mudah mencucurkan air mata saat membaca Al Quran dalam
shalatnya. Hal ini disebabkan karena bany</span><span style="font-size: small;">aknya pengalaman hidup beliau
bersama Al Quran. Sehingga beliau tidak mampu menahan perasaannya dari
kejadian kejadian yang pernah dialaminya ketika membaca Al Quran.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Aisyah <em>radhiyallahu ‘anha</em> ketika Nabi Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> berkata <em>“Mereka melalui Abu Bakar yang sedang shalat bersama dengan yang lainnya.”</em> Aisyah menuturkan, Saya pun berkata kepada Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“Wahai Rasulullah, sesungguhnyaAbu Bakar adalah seorang laki
laki yang lembut hatinya, apabila telah membaca Al Quran beliau tidak
mampu menahan cucuran air mata dari keduanya.”</em> (HR Muslim)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Adapun kekhusyukan beliau serta tangisan beliau di dalam shalat,
benar-benar berpengaruh besar kepada orang-orang di sekelilingnya.Hal
ini menyebabkan orang-orang Quraisy yang menguasai Mekah pada waktu itu
mengajukan sejumlah syarat kepada beliau ketika beliau menunaikan
shalat.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Akhirnya kaum kafir Quraisy menemui Ibnu Ad Daghinah yang saat itu
memberikan jaminan keamana kepada Abu BakarAsh Shiddiq. Mereka berkata
kepadanya<em>, “Wahai Ibnu Ad Daghinah, suruhlah Abu Bakar untuk
beribadah kepada Rabbnya di rumahnya, hendaklah dia shalat dan membaca
apa yang dia kehendaki dan janganlah dia menyakiti kami. Sesungguhnya
kami khawatir perkara itu menjadi fitnah bagi anak dan istri kami.”</em></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Ibnu Ad Daghinah pun mengatakan hal itu kepada Abu Bakar, sehingga
beliau mulai beribadah kepada Allah di rumahnya, dengan tidak
mengeraskan shalatnya begitupun dengan bacaannya.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Kemudian Abu Bakar mulai membangun sebuah masjid di halaman
rumahnya, beliau shalat dan membaca Al Quran di masjid itu. Pada saat
itu, berkumpullah istri-istri dari kalangan orang musyrik dan anak-anak
mereka, mereka begitu kagum akan shalat yang didirikan Abu Bakar dengan
terus memperhatikannya. Abu Bakar adalah seorang laki laki yang sering
menangis, beliau tidak bisa menahan air matanya ketika membaca AL Quran
(Kisah ini diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Ibnu Hiban)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Sahl bin Sa’d dia berkata, <em>“Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu tidak pernah melirik ketika dalam shalat.”</em><em>Fadhail Ash Shahabat</em> I/208, Imam Ahmad)</span> (</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Mujahis menuturkan, <em>“Keadaan Ibnu Az Zubair ketika dia berdiri menunaikan shalat, seperti sebuah kayu yang kokoh (tidak bergerak).” </em>Dikisahkan pula bahwa Abu Bakar pun seperti itu ketika shalat. Abdurrazaq berkata, “<em>Penduduk
Mekah menuturkan bahwa Ibnu Zubair mencontohshalat dari Abu Bakar, dan
Abu Bakar mencontohnya dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam.”</em> (<em>Fadhail Ash Shahabat</em> I/208, Imam Ahmad)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"> </span>disalin dari buku <em>Shalatnya Para Kekasih Allah</em> karya Ahmad Musthafa Ath Thathawi (Terjemah dari buku <em>Shalat Ash Shalihin wa Qishash Al ‘Abidin</em>)</div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-57889870484627728762012-04-12T20:11:00.002-07:002012-04-12T20:11:52.293-07:00Menguap Dan Bersin Dalam Islam<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEYsDEJrkx1mbYeFVekYp0nhAt2kAz4qmyK3bHXht1maJpgQf-YAtYDBiEhyphenhyphenTIaAwQLvVbbFV5HLdd0bCPE_r5ewTwRvO7urEoctodLJTZG0LL-Tyllg5Qo7aLhjO4gB6owQpH3AQ1WEzt/s1600/menguap.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="289" id="il_fi" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEYsDEJrkx1mbYeFVekYp0nhAt2kAz4qmyK3bHXht1maJpgQf-YAtYDBiEhyphenhyphenTIaAwQLvVbbFV5HLdd0bCPE_r5ewTwRvO7urEoctodLJTZG0LL-Tyllg5Qo7aLhjO4gB6owQpH3AQ1WEzt/s400/menguap.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="400" /></a><span style="font-size: small;">Kebanyakan dari kita, mungkin beranggapan bahwa ibadah hanyalah
sebatas pada shalat, puasa, haji, dan zakat. Padahal ibadah adalah
segala sesuatu yang dicintai oleh Allah dan yang telah dicontohkan oleh
Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Salah satu ibadah yang
telah direm</span><span style="font-size: small;">ehkan oleh sebagian kaum muslim adalah menjaga adab-adab
yang telah diajarkan oleh Islam. Adab-adab tersebut memang terkesan
sepele, tetapi jika kita mengamalkannya dengan niat beribadah dan
dengan niat meneladani Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, amal tersebut akan bernilai ibadah di sisi Allah Ta’ala.<a name='more'></a> Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, <em>“Sesungguhnya
setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya dan sesungguhnya s</em></span><span style="font-size: small;"><em>etiap
orang akan mendapatkan hasil sesuai dengan niatnya.”</em> (HR. Bukhari dan Muslim).<span id="more-217"></span></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Salah satu adab islami yang sudah banyak ditinggalkan kaum muslimin
adalah adab ketika bersin dan menguap. Banyak kaum muslimin saat ini
yang tidak mengetahui adab ini. Ketika bersin, banyak di antara mereka
yang tidak mengucapkan “alhamdullillah”. Mungkin itu disebabkan mereka
lupa atau tidak mengetahui keutamaannya.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Demikian pula ketika ia <a href="http://muslimah.or.id/akhlaq/adab-menguap-dan-bersin.html" style="color: black;" title="Adab Menguap dan Bersin">menguap</a>,
seharusnya seorang muslim menahannya semampu mungkin. Akan tetapi,
banyak dari kita, membuka mulut lebar-lebar saat menguap, sehingga
semua orang pun bisa melihat seluruh isi mulutnya. Ada pula yang ketika
menguap, mengucapkan ta’awudz, padahal perbuatan semacam ini sama
sekali tidak pernah dicontohkan oleh Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>.
Sesungguhnya jika seorang muslim mengetahui betapa besar pahala yang
akan diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika seorang muslim
meneladani Rasul-Nya <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> maka sudah
pasti manusia akan berlomba-lomba melaksanakan adab-adab yang telah
diajarkan oleh Islam ini. Meskipun hal tersebut dalam perkara yang
remeh di mata manusia.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong>Sesungguhnya Allah Membenci Menguap</strong></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Jika kita mengaku muslim dan mengaku bahwasanya kita mencintai
Allah, maka salah satu konsekuensinya adalah mencintai segala sesuatu
yang dicintai oleh Allah, serta membenci dan menjauhi segala sesuatu
yang dibenci oleh Allah. Salah satu perkara yang dibenci oleh Allah
adalah menguap. Seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah <em>radhiyallahu ‘anhu</em> bahwa Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> pernah bersabda,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em> “Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan benci terhadap menguap.
Maka apabila ia bersin, hendaklah ia memuji Allah (dengan mengucapkan
‘Alhamdullillah’). Dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang
mendengarnya untuk mendoakannya. Adapun menguap, maka ia berasal dari
setan. Hendaklah setiap muslim berusaha untuk menahannya sebisa
mungkin, dan apabila mengeluarkan suara ‘ha’, maka saat itu setan
menertawakannya.”</em> (HR Bukhari)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Allah membenci menguap karena menguap adalah aktivitas yang membuat
seseorang banyak makan, yang pada akhirnya membawa pada kemalasan dalam
beribadah. Menguap adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah,
terlebih-lebih ketika pada waktu shalat. Para nabi tidak pernah
menguap, dikarenakan menguap adalah salah satu aktivitas yang dibenci
oleh Allah.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong>Tahanlah Semampumu</strong></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Jika seseorang ingin menguap, maka hendaklah dia menahannya sebisa
mungkin, atau dengan menutup jalan terbukanya mulut dengan menggunakan
tangannya. Hal ini sesuai dengan hadits yang telah diriwayatkan oleh
Abu Hurairah <em>radhiyallahu ‘anhu</em> bahwasanya Rasullullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“Menguap adalah dari setan, maka jika salah seorang di antara kalian menguap, hendaklah ia menahannya sedapat mungkin.”</em> (HR Muslim)<br />
Ketika seseorang ingin menguap hendaknya ia menutup mulutnya dengan
tangan kiri, karena menguap adalah salah satu perbuatan yang buruk.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong>Sesungguhnya Allah Mencintai Orang yang Bersin</strong></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dari Abu Hurairah<em> radhiyallahu ‘anhu</em> bahwasanya Rasullullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,<em> </em></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“Sesungguhnya Allah menyukai bersin.” </em>(HR Bukhari)<br />
Bersin merupakan sesuatu yang disukai karena bersin dapat menyehatkan
badan dan menghilangkan keinginan untuk selalu mengenyangkan perut,
serta dapat membuat semangat untuk beribadah.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong>Ketika Bersin Hendaknya Kita…</strong></span></div>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<li><span style="font-size: small;">Merendahkan suara.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Menutup mulut dan wajah.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Tidak memalingkan leher.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Mengeraskan bacaan hamdalah, walaupun dalam keadaan shalat.</span></li>
</ol>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong>Macam-Macam Bacaan yang Dapat Kita Amalkan Ketika Bersin</strong></span></div>
<ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<li> <span style="font-size: small;"><em>Alhamdulillah </em>(segala puji hanya bagi Allah).</span></li>
<li><span style="font-size: small;"><em> Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin</em> (segala puji bagi Allah Rabb semesta alam).</span></li>
<li><span style="font-size: small;"><em> Alhamdulillah ‘ala kulli</em> haal (segala puji bai Allah dalam setiap keadaan)</span></li>
<li><span style="font-size: small;"><em> Alhamdulillahi hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi, mubaarakan ‘alaihi kamaa yuhibbu Rabbuna wa yardhaa”</em>
(segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak lagi penuh berkah dan
diberkahi, sebagaimana yang dicintai dan diridhai oleh Rabb kami).</span></li>
</ul>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong>Tunaikanlah Hak Saudaramu</strong></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Islam adalah agama yang sangat indah, dan salah satu keindahan agama
ini adalah memperhatikan keadilan dan memberikan hak kepada sang
pemiliknya. Salah satu hak yang harus ditunaikan oleh seorang muslim
dan muslimah kepada muslim dan muslimah yang lain adalah ber-tasymit
(mendoakan orang yang bersin) ketika ada seorang dari saudara atau
saudari kita yang muslim bersin dan ia mengucapkan ‘alhamdullillah’.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Sesungguhnya Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> telah bersabda, <em></em></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam: jika engkau
bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, jika ia mengundangmu maka
datanglah, jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah nasihat, jika
ia bersin lalu ia mengucapkan alhamdullilah maka doakanlah, jika ia
sakit maka jenguklah, jika ia meninggal maka iringilah jenazahnya.”</em> (HR Muslim)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Ketika ada seorang muslim bersin di dekat kita, lalu dia mengucapkan “<em>alhamdullillah</em>,” maka kita wajib mendoakannya dengan membaca “yarhamukallah” (semoga Allah merahmatimu). Hukum <em>tasymit </em>ini
adalah wajib bagi setiap orang yang mendengar seorang muslim yang
bersin kemudian mengucapkan “alhamdullillah.” Setelah orang lain
mendoakannya, orang yang bersin tadi dianjurkan untuk mengucapkan salah
satu doa sebagai berikut:<br />
- <em>Yahdikumullah wa yushlih baalakum</em> (mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada kalian dan memperbaiki keadaan kalian).<br />
- <em>Yaghfirulahu lanaa wa lakum </em>(mudah-mudahan Alah mengampuni kita dan kalian semua).<br />
- <em>Yaghfirullaah lakum</em> (semoga Allah mengampuni kalian semua).<br />
- <em>Yarhamunnallah wa iyyaakum wa yaghfirullaahu wa lakum</em> (semoga Allah memberi rahmat kepada kami dan kamu sekalian, serta mengampuni kami dan mengampuni kalian).<br />
- <em>Aafaanallah wa iyyaakum minan naari yarhamukumullaah</em> (semoga Allah menyelamatkan kami dan kamu sekalian dari api neraka, serta memberi rahmat kepada kamu sekalian).<br />
- <em>Yarhamunnallah wa iyyaakum</em> (semoga Allah memberi rahmat kepada kami dan kepada kalian semua).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong>Mereka Tidak Berhak Mendapatkannya</strong></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Kita tidak perlu bertasymit ketika:</span></div>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<li><span style="font-size: small;"> Ada seseorang yang bersin, dan dia tidak mengucapkan hamdalah.</span></li>
<li><span style="font-size: small;"> Ada seseorang yang bersin lebih dari tiga kali. Jika seseorang
bersin lebih dari tiga kali, maka orang tersebut dikategorikan
terserang influenza. Kita pun tidak disyariatkan untuk mendoakannya,
kecuali doa kesembuhan.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Ada seseorang membenci tasymit.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Seseorang yang bersin itu bukan beragama Islam. Walaupun orang
tersebut mengucapkan hamdalah, kita tetap tidak diperbolehkan untuk
ber-tasymit, karena seorang muslim tidak diperbolehkan mendoakan orang
kafir. Jika orang kafir tersebut mengucapkan alhamdulillah, kita jawab “<em>Yahdikumullah wa yushlih baalakum</em>“</span></li>
<li><span style="font-size: small;"> Seseorang yang bersin bertepatan dengan khutbah jumat. Cukup bagi
yang bersin saja untuk mengucapkan hamdalah tanpa ada yang ber-tasymit,
karena ketika khutbah jum’at seorang muslim wajib untuk diam. Begitu
pula ketika shalat wajib (shalat fardhu) sedang didirikan, tidak ada
keharusan bagi kita untuk ber-tasymit.</span></li>
<li><span style="font-size: small;"> Kita berada ditempat yang terlarang untuk mengucapkan kalamullah, seperti di dalam toilet.</span></li>
</ol>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Saudariku marilah kita bersama-sama mengamalkan sunnah (tuntunan Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>)
yang mulia ini. Mulailah untuk membiasakan diri melakukannya di
tengah-tengah keluarga, teman-teman, dan masyarakat di sekitar kita.
Beritahukanlah kepada saudara-saudari kita yang lain untuk ikut
mengamalkannya, karena sesungguhnya di dalamnya terdapat karunia yang
sangat besar. Bahkan dahulu kaum yahudi pun pernah berpura-pura bersin
di hadapan Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> demi mendapatkan karunia yang besar itu, melalui doa beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>.
Oleh karena itu, seharusnya kita sebagai muslim dan muslimah lebih
bersemangat lagi untuk mendapatkannya. Sangat disayangkan jika karunia
yang sangat besar itu kita tidak mendapatkannya. Bukankah demikian,
wahai Saudariku?<br /><em> Wallaahu ‘alam bish shawaab</em>.</span>
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Maraa’ji’ :<br /><em> Adab Menguap dan Bersin</em>, Ismail bin Marsyid bin Ibrahim ar-Rumaih, Pustaka Imam Asy-Syafi’I, Bogor.<br /><em> Sepuluh Hak Dalam Islam</em>, Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin, penerbit: Pustaka Al-Minhaj, Sukoharjo.<br /><em> Matan Hadits Arba’in An-Nawawiyah</em>, Imam An-Nawawi</span>
</div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-44358122620649958742012-04-12T15:41:00.002-07:002012-04-12T15:41:37.195-07:00Pendeta Masuk Islam Setelah Menyaksikan Jenazah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.dakwatuna.com/wp-content/uploads/rahasia-hidayah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" id="il_fi" src="http://www.dakwatuna.com/wp-content/uploads/rahasia-hidayah.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="390" /></a></div>
Hidayah Allah datangnya tidak bisa diraba-raba. Apabila Allah
menghendaki maka ia akan mendatangi hamba yang berbahagia itu.
Demikianlah kisah seorang pendeta asal Italia.<br />
Sang mantan pendeta telah mengikuti secara seksama prosesi pemakaman
sang Raja yang bersamaan waktunya dengan jenazah yang lain. Ia melihat
tidak ada perbedaan sama sekali antara kedua jenazah tersebut. Keduanya
sama-sama dishalatkan dalam waktu yang bersamaan.<br />
<a name='more'></a><br />
Pemandangan ini meninggalkan kesan mendalam tersendiri pada dirinya
sehingga gambaran persamaan di dalam Islam dan betapa sederhananya
prosesi pemakaman yang disaksikan oleh seluruh dunia di pekuburan
‘el-oud’ itu membuatnya masuk Islam dan merubah kehidupannya. Tidak ada
perbedaan sama sekali antara kuburan seorang raja dan penguasa besar
dengan kuburan rakyat jelata. Karena itulah, ia langsung mengumumkan
masuk Islam.<br />
Salah seorang pengamat masalah dakwah Islam mengatakan, kisah masuk
Islamnya sang pendeta tersebut setelah sekian lama perjalanan yang
ditempuh mengingatkan pada upaya besar yang telah dikerahkan di dalam
mengenalkan Islam kepada sebagian orang-orang Barat. Ada seorang Da’i
yang terus berusaha sepanjang 15 tahun untuk berdiskusi dengan pendeta
ini dan mengajaknya masuk Islam. Tetapi usaha itu tidak membuahkan
hasil hingga ia sendiri menyaksikan prosesi pemakaman Raja Fahd yang
merupakan pemimpin yang dikagumi dan brilian. Baru setelah itu, sang
pendeta masuk Islam.<br />
Sang Muslim baru yang mengumumkan keislamannya itu pada hari prosesi
pemakaman jenazah pernah berkata kepada Dr al-Malik, “Buku-buku yang
kalian tulis, surat-surat kalian serta diskusi dan debat yang kalian
gelar tidak bisa mengguncangkanku seperti pemandangan yang aku lihat
pada pemakaman jenazah raja Fahd yang demikian sederhana dan penuh
toleransi ini.”<br />
Ia menambahkan, “Pemandangan para hari Selasa itu akan membekas pada
jiwa banyak orang yang mengikuti prosesi itu dari awal seperti saya
ini.”<br />
Ia meminta agar kaum Muslimin antusias untuk menyebarkan lebih
banyak lagi gambaran toleransi Islam dan keadilannya agar dapat
membekas pada jiwa orang lain. Ia menegaskan, dirinya telah berjanji
akan mengerahkan segenap daya dan upaya dari sisa usianya yang 62 tahun
in untuk menyebarkan gambaran Islam yang begitu ideal. Semoga Allah
menjadikan keislamannya berkah bagi alam semestaSetyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-4637587326938679242012-04-12T15:31:00.001-07:002012-04-17T20:57:23.823-07:00Said Bin Zaid Bin Amru Bin Nufail<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="http://mhfathurrahim.files.wordpress.com/2010/02/0arab_desert.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" id="il_fi" src="http://mhfathurrahim.files.wordpress.com/2010/02/0arab_desert.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="320" /></a><a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/images/stories/thumbs/L2hvbWUvdTYxNzcvZG9tYWluL21hamxpc2R6aWtydWxsYWhwZWtvamFuLm9yZy93ZWIvaW1hZ2VzL3N0b3JpZXMvc2FoYWJhdC9wYWRhbmctcGFzaXIuanBn.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></a><span style="font-size: small;"><b>Said bin Zaid bin Amru bin Nufail Al Adawi</b> atau
sering juga disebut sebagai Abul A'waar lahir di Mekah 22 tahun sebelum
Hijrah. Beliau termasuk sepuluh orang yang diberi kabar gembira akan
masuk surga oleh Nabi saw.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span class="Apple-style-span" style="color: #993333; font-size: small;"><span style="color: red;">"Wahai Allah, jika Engkau mengharamkanku dari agama yang lurus ini, janganlah anakku Sa’id diharamkan pula daripadanya.”</span> </span><span style="font-size: small;">(Doa Zaid untuk anaknya Said).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Ayah
Said bernama Zaid bin Amru bin Nufail, tidak suka dan tidak pernah mau
mengikuti ajaran jahiliyah. <a name='more'></a></span><span style="font-size: small;">Beliau, yang diberi gelar Hanif, adalah
penyelamat bayi perempuan yang ingin di bunuh oleh bapaknya pada masa
tersebut dan mengambilnya sebagai anak angkat. Beliau juga tak pernah
menyekutukan Allah, juga tak pernah menggunakan apa pun sebagai
perantaranya dengan Allah. Beliau pernah mempelajari agama Yahudi dan
Nasrani, tapi masih juga tak puas, sampai akhirnya beliau bertemu
dengan seorang rahib yang memberi tahu bahwa Allah akan mengirimkan
seorang Nabi dari kalangan bangsa Arab. Oleh karena itu beliau
memutuskan untuk kembali ke Mekah. Di tengah jalan beliau terbunuh oleh
kawanan perampok sehingga tak sempat kembali ke Mekah. Tapi doanya agar
Allah tidak menghalangi anaknya masuk Islam sebagaimana beliau
terhalang, terkabul.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Allah memperkenankan doa Zaid. Pada waktu
Rasulullah saw mengajak orang banyak untuk masuk Islam, Said segera
memenuhi panggilan Islam. Said bin zaid menjadi pelopor orang-orang
beriman dengan Allah dan membenarkan kerasulan Nabi Muhammad saw.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><b>Said bin Zaid</b> masuk Islam tidak seorang diri, melainkan bersama-sama dengan isterinya, Fathimah binti Khatthab, adik perempuan <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/umar-bin-khattab.html" style="color: black;" title="Umar Bin Khattab">Umar bin Khatthab</a>.
Karena pemuda Quraisy ini masuk Islam, dia disakiti dan dianiaya, serta
dipaksa oleh kaumnya agar kembali kepada agama mereka. Tetapi jangankan
mereka berhasil mengembalikan Said dan isterinya kepada kepercayaan
nenek moyang mereka, bahkan sebaliknya Said dan isterinya berhasil
menarik seorang laki-laki Quraisy yang paling berbobot, baik fisik
maupun intelektualnya masuk ke dalam Islam. Mereka berdualah yang telah
menyebabkan <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/umar-bin-khattab.html" title="Umar bin Khattab">Umar bin Khatthab</a> masuk Islam.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Said
bin zaid pernah hijrah ke Habsyah (Ethiopia), kemudian Madinah, dan
Rasulullah saw mempersaudarakan beliau dengan Ubay bin Ka’ab.</span></div>
<span style="font-size: small;"><span class="highslide-heading" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
Mengintai kafilah Quraisy
</span></span>
<br />
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Rasulullah saw pernah mengutus beliau bersama <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/thalhah-bin-ubaidillah.html" title="Thalhah bin Ubaidillah">Thalhah bin Ubaidillah</a> untuk
mengintai kafilah Quraisy yang pulang dari berniaga, dan saat keduanya
melaksanakan tugas, terjadilah perang Badar yang berakhir dengan
kemenangan untuk kaum muslimin, kemudian keduanya pulang dan Rasulullah
saw memberikan kepada keduanya bagian dari harta rampasan perang. Said
terkenal dengan keberaniannya dan kegagahannya, dan selalu mangikuti
setiap peperangan.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Baliau termasuk seorang yang doanya selalu
dikabulkan oleh Allah, diriwayatkan bahwa Arwa binti Uwais telah
melakukan kebohongan dengan menuduhnya merampas sebagian tanah
miliknya, kemudian perempuan itu pergi ke Marwan bin Hakam yang saat
itu menjabat sebagai gubernur Madinah, dan mengadukan permasalahannya.
Maka Marwanpun mengutus seseorang kepada Said untuk menghadap
kepadanya, lalu Marwan berkata,</span><span class="Apple-style-span" style="color: #993333; font-size: small;">"Sesungguhnya wanita ini menuduh engkau telah merampas tanahnya,"</span><span style="font-size: small;"> Said berkata<span style="color: red;">,</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #993333; font-size: small;"><span style="color: lime;">"Bagaimana mungkin saya menzalimi-nya sedangkan saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda</span>,</span><span class="Apple-style-span" style="color: #003300; font-size: small;"> <span style="color: red;">“Barangsiapa
yang mengambil tanah orang lain walau sejengkal maka nanti di hari
kiamat Allah akan memikulkan tujuh lapis bumi kepadanya”</span>.</span><span style="font-size: small;"> Marwan berkata :<span style="color: red;"> </span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #993333; font-size: small;">“Jadi engkau harus bersumpah”</span><span style="font-size: small;">, Said berkata : </span><span class="Apple-style-span" style="color: #993333; font-size: small;">“<span style="color: red;">Ya
Allah jika wanita ini berdusta, maka janganlah engkau matikan dia
kecuali matanya lebih dahulu buta, dan menjadikan kuburnya di sumur
kemudian meninggalkan tanah yang diklaim sebagai miliknya kuburannya”</span></span><span style="font-size: small;">.
Setelah waktu berjalan, mata Arwa menjadi buta dan selalu dituntun oleh
budaknya, dan pada suatu malam dia bangun dari tidurnya, sedangkan
budaknya belum bangun lalu berjalan dan dirinya tercebur ke dalam sumur
yang ada di dalam rumahnya lalu mati dan dijadikan sumur itu sebagai
kuburnya.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Said bin Zaid adalah sahabat yang sangat terkenal
dikalangan manusia, beliau mencintai mereka dan merekapun mencintainya,
dan saat terjadi fitnah dikalangan umat Islam beliau tidak ikut di
dalamnya, beliau sangat tekun dalam ketaatan kepada Allah dan beribadah
kepada-Nya hingga akhir hayatnya.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Said bin Zaid meninggal pada umur 73 tahun, 51 tahun sesudah Hijrah di Madinah, <a href="http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-sahabat-nabi/saad-bin-abi-waqqash-lelaki-penghuni-surga-di-antara-dua-pilihan.html" title="Sa'ad bin Abi Waqqash">Saad bin Abi Waqqash</a> dan Abdullah bin Umar yang menolong masukkan jenazahnya ke dalam liang lahat.</span></div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-34225519273579585252012-04-11T03:44:00.000-07:002012-04-11T03:44:02.000-07:00Apakah Orang Mati Dapat Mendengar?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://salmanitb.com/wp-content/uploads/2010/12/Jenazah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" id="il_fi" src="http://salmanitb.com/wp-content/uploads/2010/12/Jenazah.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="400" /></a></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Pada sebuah kesempatan, <strong>Syaikh Prof.Dr. Abdul Aziz Bin Muhammad Abdul Latief</strong> *) ditanya:</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Apakah orang mati dapat mendengarkan hal-hal yang terjadi
disekitarnya? Ketika seseorang meninggal, apakah ia dapat merasakan apa
yang ada disekitarnya, seperti keberadaan keluarganya, sebelum ia
dimandikan, dikafankan lalu dikubur? Lalu apakah mayat tersebut dapat
mendengarkan suara-suara disekelilingnya? Karena terdapat hadits yang
menyatakan bahwa mayat dapat mendengar hentakan sandal orang yang
menguburkannya.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><strong>Syaikh Dr. Abdul Aziz Bin Muha</strong></span><span style="font-size: small;"><strong>mmad Abdul Latief menjawab:<a name='more'></a></strong></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: right;">
<span style="font-size: small;">الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي بعده، وبعد</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Keadaan asalnya, orang mati tidak dapat mendengar, berdasarkan firman Allah Ta’ala:</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: right;">
<span style="font-size: small;">إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">“<em>Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar</em>” (QS. An Naml: 80)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Allah <em>Subhanahu Wa Ta’ala </em>juga berfirman:</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: right;">
<span style="font-size: small;">فَإِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">“<em>Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar</em>” (QS. Ar Ruum: 52)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Juga firman-Nya:</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: right;">
<span style="font-size: small;">وَمَا أَنتَ بِمُسْمِعٍ مَّن فِي الْقُبُورِ</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">“<em>Dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar</em>” (QS. Fathir: 22)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Serta ayat-ayat yang lain. Selain itu, mati itu seperti tidur. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa tidur adalah<em>Al Wafaat Ash Shughra</em> (kematian kecil). Sebagaimana firman Allah Ta’ala:</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: right;">
<span style="font-size: small;">وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُم بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُم بِالنَّهَارِ</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">“<em>Dan Allah-lah yang mewafatkan (menidurkan) kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari</em>” (QS. Al An’am: 60)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dan kita tahu bersama, bahwa orang yang tidur tidak bisa mendengar
orang berbicara padanya. Maka orang mati tentu lebih tidak bisa lagi.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Adapun orang mati dapat mendengar suara hentakan sandal ini
merupakan pengecualian khusus dari keadaan asal, pengecualian ini
dikarenakan terdapat dalil yang menyebutkannya. Wallahu’alam.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: right;">
<span style="font-size: small;">وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Sumber: <a href="http://www.alabdulltif.net/index.php?option=com_ftawa&task=view&id=28121">http://www.alabdulltif.net/index.php?option=com_ftawa&task=view&id=28121</a></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">*) Beliau adalah salah satu ulama dari kota Riyadh Saudi Arabia,
menjadi dosen di beberapa Universitas, dan beliau pakar dalam masalah
Aqidah.</span></div>
</div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-49970325853554468072012-04-11T03:39:00.001-07:002012-04-11T03:39:45.175-07:00Memahami Surat Al-Falaq<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<a href="http://www.missionislam.com/quran/alfalaq.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="294" id="il_fi" src="http://www.missionislam.com/quran/alfalaq.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="212" /></a><span style="font-size: small;">Surat al-Falaq terdiri dari lima ayat dan tergolong <em>makkiyyah</em> (diturunkan sebelum hijrah). Bersama surat an-Nas, ia disebut<em> al-Mu’awwidzatain</em>. Disebut demikian karena keduanya mengandung <em>ta’widz</em>
(perlindungan). Keduanya termasuk surat yang utama dalam Al-Qur’an.
Keutamaan surat al-Falaq selalu disebut bersamaan dengan surat an-Nas.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><span style="color: blue;"><strong>Keutamaan al-Mu’awwidzatain</strong></span></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dalam Shahih-nya, Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Uqbah bin ‘Amir <em>radhiyallahu ‘anhu</em><em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</span> bahwa Rasulullah </div>
<div dir="rtl" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;">(( أَلَمْ تَرَ آيَاتٍ أُنْزِلَتْ اللَّيْلَةَ لَمْ يُرَ مِثْلُهُنَّ قَطُّ؟))</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">“Tahukah engkau ayat-ayat yang telah diturunkan malam ini, tidak
pernah ada yang menyerupainya sama sekali? Kemudian beliau mengatakan:<a name='more'></a></span></div>
<div dir="rtl" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;">قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Sedangkan at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri <em>radhiyallahu ‘anhu</em> hadits berikut,</span></div>
<div dir="rtl" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;">((كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَعَوَّذُ مِنْ عَيْنِ الْجَانِّ وَعَيْنِ
الإِنْسِ, فَلَمَّا نَزَلَتْ الْمُعَوِّذَتَانِ أَخَذَ بِهِمَا, وَتَرَكَ
مَا سِوَى ذَلِكَ))</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">“Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> berlindung dari mata jahat jin dan manusia. Ketika turun <em>al</em>-<em>Mu’awwidzatain</em>, beliau memakainya dan meninggalkan yang lain. (dihukumi shahih oleh al-Albani)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Kedua surat ini disunatkan dibaca setiap selesai shalat wajib. Dalam hadits lain, ‘Uqbah bin ‘Amir <em>radhiyallahu ‘anhu</em> meriwayatkan,</span></div>
<div dir="rtl" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;">(( أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ بِالْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ))</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">“Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> memerintahkan saya untuk membaca <em>al</em>-<em>Mu’awwidzat</em></span> tiap selesai shalat.” (HR. Abu Dawud, dihukumi shahih oleh al-Albani)</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Disunatkan juga membacanya sebelum dan sesudah tidur, sebagaimana disebutkan dalam hadits ‘Uqbah yang lain:</span></div>
<div dir="rtl" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;">(( ياَ عُقْبَةُ ! اِقْرَأْ بِهِمَا كُلَّمَا نِمْتَ وَقُمْتَ، مَا سَأَلَ سَائِلٌ وَلاَ اِسْتَعَاذَ مُسْتَعِيْذٌ بِمِثْلِهِمَا))</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">“Wahai ‘Uqbah, bacalah keduanya setiap kamu tidur dan bangun.
Tidaklah seseorang bisa meminta atau berlindung dengan seperti
keduanya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Khuzaimah, dihukumi hasan oleh
al-Albani)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Hadits-hadits shahih juga menjelaskan bahwa Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>menganjurkan
membacanya pada dzikir pagi dan sore. Beliau juga membacanya saat
meruqyah diri beliau saat sakit dan disengat kalajengking. Demikian
juga malaikat yang meruqyah beliau saat disihir Labid bin al-A’sham.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><span style="color: blue;"><strong>Tafsir Surat al-Falaq</strong></span></span></div>
<div dir="rtl" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;">قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ<em> </em></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan (Penguasa) waktu Subuh.”</em></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em> </em></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dalam bahasa Arab, al-falaq berarti sesuatu yang terbelah atau
terpisah. Yang dimaksud dengan al-falaq dalam ayat ini adalah waktu
subuh, karena makna inilah yang pertama kali terdetik dalam benak orang
saat mendengar kata al-falaq. Ia disebut demikian karena seolah-olah
terbelah dari waktu malam.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk berlindung (<em>isti’adzah</em>) kepada Allah semata. <em>Isti’adzah</em>
termasuk ibadah, karenanya tidak boleh dilakukan kepada selain Allah.
Dia yang mampu menghilangkan kegelapan yang pekat dari seluruh alam
raya di waktu subuh tentu mampu untuk melindungi para peminta
perlindungan dari semua yang ditakutkan.</span></div>
<div dir="rtl" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;">مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“Dari kejahatan apa-apa yang telah Dia ciptakan.”</em></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Ayat yang pendek ini mengandung <em>isti’adzah</em> dari kejahatan
semua makhluk. Al-Hasan Al-Bashri berkata : “Jahannam dan iblis beserta
keturunannya termasuk apa yang telah Dia ciptakan.” Kejahatan diri kita
sendiri juga termasuk di dalamnya, bahkan ia yang pertama kali masuk
dalam keumuman kata ini, sebagaimana dijelaskan Syaikh al-’Utsaimin.
Hanya Allah yang bisa memberikan perlindungan dari semua kejahatan,
karena semua makhluk di bawah kekuasaanNya.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Setelah memohon perlindungan secara umum dari semua kejahatan, kita
berlindung kepada Allah dari beberapa hal secara khusus pada ayat
berikut; karena sering terjadi dan kejahatan berlebih yang ada padanya.
Di samping itu, ketiga hal yang disebut khusus berikut ini juga
merupakan hal-hal yang samar dan tidak tampak, sehingga lebih sulit
dihindari.</span></div>
<div dir="rtl" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;">وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“Dan dari kejahatan malam apabila telah masuk dalam kegelapan.” </em></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Kata <em>ghasiq</em> berarti malam, berasal dari kata <em>ghasaq</em> yang berarti kegelapan. Kata kerja <em>waqaba</em> mengandung makna masuk dan penuh, artinya sudah masuk dalam gelap gulita.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Kita berlindung dari kejahatan malam secara khusus, karena kejahatan
lebih banyak terjadi di malam hari. Banyak penjahat yang memilih
melakukan aksinya di malam hari. Demikian pula arwah jahat dan
binatang-binatang yang berbahaya. Di samping itu, menghindari bahaya
juga lebih sulit dilakukan pada waktu malam.</span></div>
<div dir="rtl" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;">وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada tali-tali ikatan.”</em></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Para tukang sihir biasa membaca mantra dan jampi-jampi, kemudian
mereka tiupkan pada tali-tali yang di ikat. Inilah yang di maksud
dengan <em>ruqyah syirik</em>. Sihir merupakan salah satu dosa dan
kejahatan terbesar, karena disamping syirik, ia juga samara dan bisa
mencelakakan manusia di dunia dan akhirat. Karenanya kita berlindung
secara khusus kepada Allah dari kejahatan ini.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Penyebutan wanita tukang sihir dalam bentuk muannats (feminin)
dikarenakan jenis sihir ini yang paling banyak melakukannya adalah
wanita. Dalam riwayat tentang sihir Labid bin al-A’sham yang ditujukan
kepada Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> juga disebutkan bahwa puteri-puteri Labid yang menghembus pada tali-tali.</span></div>
<div dir="rtl" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;">
<span style="font-size: small;">وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><em>“Dan dari kejahatan orang dengki apabila ia dengki.”</em></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Dengki (<em>hasad</em>) adalah membenci nikmat Allah atas orang lain
dan menginginkan hilangnya nikmat itu darinya. Yang dimaksud dengan
‘apabila ia dengki’ adalah jika ia menunjukkan kedengkian yang ada di
hatinya dan karenanya terbawa untuk membahayakan orang yang lain.
Kondisi yang demikianlah yang membahayakan orang lain. Orang yang hasad
akan menempuh cara yang bisa ditempuh untuk mewujudkan keinginannya.
Hasad juga bisa menimbulkan mata jahat (<em>‘ain</em>) yang bisa
membahayakan sasaran kedengkiannya. Pandangan mata dengkinya bisa
mengakibatkan orang sakit, gila, bahkan meninggal. Barang yang
dilihatnya juga bisa rusak atau tidak berfungsi. Karenanya, kitapun
berlindung kepada Allah dari keburukan ini secara khusus.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Ada juga orang dengki yang hanya menyimpan kedengkiannya dalam hati,
sehingga ia sendiri gundah dan sakit hati, tapi tidak membahayakan
orang lain, sebagaimana dikatakan Umar bin Abdil Aziz: “Saya tidak
melihat orang zhalim yang lebih mirip dengan orang terzhalimi daripada
orang yang dengki.”</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Jadi, untuk melindungi diri dari semua kejahatan kita harus
menggantungkan hati kita dan berlindung hanya kepada Allah Yang Maha
Kuasa, dan membiasakan diri membaca dzikir yang telah dicontohkan oleh
Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Hal ini adalah salah satu
wujud kesempurnaan agama Islam. Kejahatan begitu banyak pada zaman kita
ini, sementara banyak umat Islam yang tidak tahu bagaimana cara
melindungi diri darinya. Adapun yang sudah tahu banyak yang lalai, dan
yang membacanya banyak yang tidak menghayati. Semua ini adalah bentuk
kekurangan dalam beragama. Andai umat Islam memahami,mengamalkan dan
menghayati sunnah ini, niscaya mereka terselamatkan dari berbagai
kejahatan.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><span style="color: blue;"><strong>Kesimpulan</strong>:</span></span></div>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<li><span style="font-size: small;">Surat ini adalah surat yang utama, dan dianjurkan dibaca setelah
shalat, sebelum dan sesudah tidur, dalam dzikir pagi dan sore, juga
dalam ruqyah.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Kita memohon perlindungan hanya kepada Allah dari semua kejahatan
secara umum, dan beberapa hal secara khusus karena lebih sering
terjadi, lebih samar atau karena mengandung bahaya yang lebih.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Mewaspadai kejahatan malam, tukang sihir dan pendengki.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Sihir dan ‘ain adalah perkara yang hakiki.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Kesempurnaan agama Islam yang mengajarkan cara melindungi diri dari berbagai kejahatan.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Kekurangan sebagian umat Islam dalam memahami, mengamalkan dan menghayati ajaran Islam.</span></li>
</ol>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;"><span style="color: blue;"><strong>Referensi:</strong></span></span></div>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<li><span style="font-size: small;">Al-Quran dan Terjemahnya, Percetakan Mushaf Madinah.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Irsyadul ‘Aqlis Salim Ila Mazayal Kitabil Karim (Tafsir Abu Su’ud), Maktabah Syamilah.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Fathul Qadir, asy-Syaukani, Darul Hadits.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Taysirul Karimir Rahman, Muassasah ar-Risalah.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Riyadhush Shalihin, an-Nawawi, al-Maktab al-Islami.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Tafsir Juz ‘Amma, Website Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin.</span></li>
</ol>
</div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-75970225442627134482012-04-06T18:08:00.001-07:002012-04-06T18:08:17.096-07:00Membaca Surat Al-Kahfi Pada Malam dan Hari Jum'at<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<a href="http://static.arrahmah.net/images/_t/r_w_285/stories/2012/02/al-kahfi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://static.arrahmah.net/images/_t/r_w_285/stories/2012/02/al-kahfi.jpg" /></a><span style="font-size: small;">Hadits terakhir yang menyebutkan keutamaan membaca surat Al-Kahfi
pada hari atau malam Jum’at diriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id
al-Khudri RA.</span></div>
<div>
</div>
<div dir="rtl" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">“<em>Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, niscaya
aka nada cahaya terang yang menyinari antara dirinya dengan baitul
‘atiq (Ka’bah)</em>.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Hadits ini hanya memiliki satu <em>sanad</em>, yaitu Abu Sa’id
al-Khudri meriwayatkannya kepada Qais bin Abbad, lalu Qais bin Abbad
meriwayatkannya kepada Abu Mijlaz, lalu Abu Mijlaz meriwayatkannya
kepada Abu Hasyim Ar-Rumani.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Inilah satu-satunya jalur <em>sanad</em> hadits ini. Lalu Abu Hasyim
Ar-Rumani meriwayatkan hadits ini kepada tiga orang p</span><span style="font-size: small;">erawi: Husyaim bin
Basyir, Syu’bah bin Hajjaj, dan Sufyan ats-Tsauri. Dari Abu Hasyim
Ar-Rumani terjadilah perbedaan matan (teks bunyi) hadits. Dan dari tiga
perawi setelahnya tersebut terjadilah perbedaan <em>matan</em> dan <em>sanad</em>
(jalur periwayatan) hadits ini. Dan dari sinilah terjadi perbedaan
pendapat para ulama tentang keshahihan dan kedha’ifan hadits ini.<a name='more'></a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<h3 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Jalur periwayatan Husyaim bin Basyir</span></h3>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Jalur Husyaim bin Basyir diperselisihkan dalam tiga jalan periwayatan:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><strong>Pertama</strong>, riwayat Husyaim bin Basyir dari Abu Hasyim
ar-Rumani dari Abu Mijlaz dari Qais bin Abbad dari Abu Sa’id al-Khudri
RA dari Nabi Muhammad SAW. Riwayat ini <em>marfu’</em> (bersambung sampai Nabi Muhammad SAW).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Adapun perawi yang meriwayatkan dari jalur Husyaim bin Basyir yang marfu’ ini adalah:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<span style="font-size: small;">Nu’aim bin Hammad al-Marwazi.</span><br />
<span style="font-size: small;">Hadits dari jalur ini dikeluarkan oleh imam Al-Hakim dalam
al-Mustadrak (2/399) dan darinya imam Al-Baihaqi mengeluarkan dalam
as-Sunan al-Kubra (3/249) dan as-Sunan as-Shaghir (2/42 no. 470) dengan
lafal:</span><br />
<div dir="rtl">
<span style="font-size: small;">إِنَّ مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ</span></div>
<span style="font-size: small;"><em>Sesungguhnya barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada hari
Jum’at, niscaya akan ada cahaya terang yang menyinari dirinya di antara
kedua Jum’at</em>. <strong>(HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi)</strong></span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;">Yazid bin Makhlad</span><br />
<span style="font-size: small;">Hadits dari jalur ini dikeluarkan oleh imam Al-Baihaqi dalam Syu’ab
al-Iman (2/475 no. 2445) dan Fadhail al-Awqat hlm. 502 no. 279, dengan
lafal:</span><br />
<div dir="rtl">
<span style="font-size: small;">مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ</span></div>
<span style="font-size: small;"><em>Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, niscaya
akan ada cahaya terang yang menyinari antara dirinya dengan baitul
‘atiq (Ka’bah)</em>. <strong>(HR. Al-Baihaqi)</strong></span><br />
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><strong>Kedua</strong>, riwayat Husyaim bin Basyir dari Abu Hasyim
ar-Rumani dari Abu Mijlaz dari Qais bin Abbad dari Abu Sa’id al-Khudri
RA. Riwayat ini mauquf (berupa perkataan sahabat Abu Said Al-Khudri RA,
bukan sabda Nabi Muhammad SAW). Dengan lafal: <strong>hari Jum’at.</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Adapun perawi yang meriwayatkan dari jalur Husyaim bin Basyir yang <em>mauquf</em> ini adalah:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<span style="font-size: small;">Sa’id bin Manshur</span><br />
<span style="font-size: small;">Hadits dari jalur ini dikeluarkan oleh imam Sa’id bin Manshur dalam
kitabnya As-Sunan dan darinya imam Al-Baihaqi mengeluarkan dalam Syu’ab
al-Iman (2/474 no. 2444) dan As-Sunan Al-Kubra, dengan lafal:</span><br />
<span style="font-size: small;"><em>Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, niscaya
aka nada cahaya terang yang menyinari antara dirinya dengan baitul
‘atiq (Ka’bah)</em>. <strong>(HR. Sa’id bin Manshur dan Al-Baihaqi)</strong></span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;">Ahmad bin Khalaf al-Baghdadi</span><br />
<span style="font-size: small;">Hadits dari jalur ini dikeluarkan oleh imam Ibnu Dhurais dalam
kitabnya Fadhail Al-Qur’an no. 205 dan darinya imam Al-Khatib
al-Baghdadi mengeluarkan dalam Tarikh Baghdad (4/134) dengan lafal:</span><br />
<span style="font-size: small;"><em>Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, niscaya
aka nada cahaya terang yang menyinari antara dirinya dengan baitul
‘atiq (Ka’bah)</em>. <strong>(HR. Ibnu Dhurais dan Al-Khatib al-Baghdadi)</strong></span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;">Abu Ubaid al-Qasim bin Salam</span><br />
<span style="font-size: small;">Hadits dari jalur ini dikeluarkan oleh imam Abu Ubaid al-Qasim bin
Salam dalam kitabnya Fadhail Al-Qur’an no. 380 dan darinya imam
Adz-Dzahabi mengeluarkan dalam Tarikh Al-Islam (6/37) dengan lafal:</span><br />
<span style="font-size: small;"><em>Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, niscaya
akan ada cahaya terang yang menyinari antara dirinya dengan baitul
‘atiq (Ka’bah)</em>. <strong>(HR. Abu Ubaid al-Qasim bin Salam dan Adz-Dzahabi</strong></span><br />
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><strong>Ketiga</strong>, riwayat Husyaim bin Basyir dari Abu Hasyim
ar-Rumani dari Abu Mijlaz dari Qais bin Abbad dari Abu Sa’id al-Khudri
RA. Riwayat ini mauquf (berupa perkataan sahabat Abu Said Al-Khudri RA,
bukan sabda Nabi Muhammad SAW). Dengan lafal: <strong>malam Jum’at.</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Satu-satunya perawi yang meriwayatkan dari jalur Husyaim bin Basyir
yang mauquf ini adalah Abu Nu’man Muhammad bin Fadhl as-Sadusi. Hadits
ini dikeluarkan oleh Ad-Darimi dalam Sunan ad-Darimi (2/546 no. 3407)
dengan lafal:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div dir="rtl" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ ، أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><em>Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, niscaya
aka nada cahaya terang yang menyinari antara dirinya dengan baitul
‘atiq (Ka’bah)</em>. <strong>(HR. Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi: kitab fadhail al-qur’an bab fadhlu surah al-kahfi, no. 3407)</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Adapun kedudukan para perawi jalur sanad ini adalah sebagai berikut:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Poros sanad yaitu <strong>Husyaim bin Basyir</strong> bin Qasim bin
Dinar as-Sulami al-Wasithi. Tentang statusnya, imam Abu Hatim berkata:
Ia tsiqah, imam Adz-Dzahabi berkata: Ia imam, tsiqah, mudallis (suka
memanipulasi hadits), Ibnu Hajar berkata: tsiqah, tsabt (teguh, kuat),
banyak melakukan tadlis (manipulasi hadits) dan mursal khafi. Al-Alla’i
mencantumkannya dalam peringkat kedua para perawi mudallis, dan Ibnu
Hajar mencantumkannya dalam peringkat ketiga para perawi mudallis. Ia
lebih tepat di peringkat tiga para perawi mudallis, karena ia banyak
melakukan tadlis. <strong>(Lihat: Al-Jarh wa at-Ta’dil, 9/115 biografi
no. 487, Tahdzib al-Kamal, 30/272 biografi no. 6595, Al-Kasyif, 3/198
biografi no. 6085, Jami’ at-Tahshil hlm. 294 biografi no. 849, Taqrib
at-Tahdzib hlm. 1023 biografi no. 7362 dan Ta’rif Ahl at-Taqdis hlm.
158 biografi no. 111)</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Adapun para perawi jalur pertama darinya adalah:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<span style="font-size: small;"><strong>Nu’aim bin Hammad bin Mu’awiyah al-Khuza’i Abu Abdillah al-Marwazi</strong>.
Tentang statusnya, imam Yahya bin Ma’in berkata: ia tsiqah, lalu Yahya
bin Ma’in mencelanya dengan mengatakan: ia meriwayatkan dari
orang-orang yang tidak tsiqah. Imam Ahmad berkata: Dahulu ia termasuk
orang yang tsiqah. Abu Hatim berkata: Statusnya shidq (jujur). Al-‘Ijli
berkata: Ia tsiqah. An-Nasai berkata: ia lemah, imam Ibnu Hibban
menyebutkannya dalam kitab ats-Tsiqat lalu berkata: Terkadang ia keliru
dan salah sangka. Adz-Dzahabi berkata: Ia diperselisihkan. Dalam Mizan
al-I’tidal, imam Adz-Dzahabi berkata: Ia seorang ulama besar, meski
lemah di bidang hadits. Ibnu Hajar berkata: Ia jujur tapi banyak
keliru. <strong>(Lihat: Al-Jarh wa at-Ta’dil, 8/463 biografi no. 2125,
Tahdzib al-Kamal, 29/466 biografi no. 6451, Ma’rifat ats-Tsiqat, 2/316
biografi no. 1858, Ats-Tsiqat, 9/219, Tarikh Abi Zur’ah ad-Dimasyqi dan
At-Ta’dil wa at-Tajrih karya Al-Baji, 2/779)</strong></span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;"><strong>Yazid bin Makhlad Abu Khadasy al-Wasithi</strong>. Imam Abu Zur’ah berkata tentang statusnya: ia orang yang haditsnya munkar (sangat lemah). <strong>(Sualat al-Bardzi’i hlm. 760)</strong></span><br />
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Adapun para perawi jalur kedua darinya adalah:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<span style="font-size: small;"><strong>Said bin Manshur bin Syu’bah al-Khurasani Abu Utsman al-Marwazi</strong>. Tentang statusnya, imam Abu Hatim dan Ibnu Numair berkata: Ia tsiqah. <strong>(Lihat: Al-Jarh wa at-Ta’dil, 4/68 biografi no. 284 dan Tahdzib al-Kamal, 11/77 biografi no. 2361)</strong></span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;"><strong>Ahmad bin Khalaf al-Baghdadi</strong>. Tentang statusnya,
imam Al-Khatib al-Baghdadi berkata: ia meriwayatkan dan Husyaim bin
Basyir, dan ia bukanlah perawi hadits yang terkenal di kalangan kami.” <strong>(Tarikh Baghdad, 4/134)</strong></span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;"><strong>Qasim bin Salam al-Baghdadi Abu Ubaid al-faqih al-qadhi</strong>.
Tentang statusnya, imam Yahya bin Ma’in, Abu Daud, dan ad-Daruquthni
berkata: Ia tsiqah. Ibnu Hajar berkata: Ia ulama terkenal, tsiqah, dan
mulia. <strong>(Lihat: Tahdzib al-Kamal, 23/354 biografi no. 4792 dan Taqrib at-Tahdzib hlm. 450 biografi no. 5462)</strong></span><br />
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Adapun para perawi jalur ketiga darinya adalah <strong>Muhammad bin Fadhl as-Sadusi, laqabnya adalah ‘Arim, Abu Nu’man al-Bashri</strong>.
Tentang statusnya, imam Abu Hatim, al-‘Ijli dan Ibnu Hajar berkata: Ia
tsiqah. Ibnu Hajar menambahkan: ia tsabt (teguh, kuat hafalan), namun
hafalannya berubah di usia tua. Ad-Daruquthni berkata: Hafalannya
berubah di usia tua, haditsnya yang nampak setelah hafalannya bercampur
baur adalah hadits munkar, meskipun ia sendiri tsiqah. <strong>((Lihat:
Al-Jarh wa at-Ta’dil, 8/58 biografi no. 267, Tahdzib al-Kamal, 26/287
biografi no. 5547, Mizan al-I’tidal, 4/7 biografi no. 8057, Al-Kawakib
an-Nayyirat hlm. 382 no. 52 dan Taqrib at-Tahdzib hlm. 889 biografi no.
6266)</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><strong>Kesimpulan</strong>:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dari kajian sanad di atas diketahui bahwa dari poros sanad terjadi
tiga jalur percabangan sanad yang berbeda. Dari ketiga jalur tersebut,
jalur yang paling kuat adalah jalur kedua karena faktor perawi yang
lebih banyak dan statusnya lebih kuat. Dalam jalur kedua terdapat dua
perawi yang tsiqah. Adapun dua jalur yang menyelisihinya adalah lemah,
yaitu jalur pertama dan jalur ketiga. Jalur pertama lemah karena salah
satu perawinya berstatus jujur banyak keliru, dan perawi lainnya
munkar. Sedangkan jalur ketiga menguatkan kemauqufan jalur kedua, namun
bunyi teks haditsnya berbeda. Imam Al-Baihaqi setelah menyebutkan
riwayat Sa’id bin Manshur secara mauquf mengatakan: Inilah hadits yang
terjaga, yaitu secara mauquf.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">***</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<h3 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Jalur periwayatan Syu’bah bin Hajjaj</span></h3>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Jalur Syu’bah bin Hajjaj diperselisihkan dalam dua jalan periwayatan:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><strong>Pertama</strong>, riwayat Syu’bah bin Hajjaj dari Abu Hasyim
ar-Rumani dari Abu Mijlaz dari Qais bin Abbad dari Abu Sa’id al-Khudri
RA dari Nabi Muhammad SAW. Riwayat ini marfu’.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Adapun perawi yang meriwayatkan dari jalur Syu’bah bin Hajjaj yang marfu’ ini adalah:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<span style="font-size: small;">Yahya bin Katsir.</span><br />
<span style="font-size: small;">Jalur ini dikeluarkan oleh imam An-Nasai dalam as-sunan al-kubra
(6/236 no. 10788), ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Awsath (2/123 no.
1455), al-Hakim dalam al-Mustadrak (1/752) dan dari jalur ini pula
mengeluarkan imam al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman (2/457 no. 2446)
dengan lafal:</span><br />
<div dir="rtl">
<span style="font-size: small;">مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ
كَمَا أُنْزِلَتْ كَانَتْ لَهُ نُورًا مِنْ مَقَامِهِ إِلَى مَكَّةَ ،
وَمَنْ قَرَأَ بِعَشْرِ آيَاتٍ مِنْ آخِرِهَا فَخَرَجَ الدَّجَّالُ لَمْ
يُسَلَّطْ عَلَيْهِ</span></div>
<span style="font-size: small;">“<em>Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi sebagaimana ia diturunkan
niscaya baginya cahaya dari tempatnya sampai Makkah, dan barangsiapa
membaca sepuluh ayat terakhir surat Al-Kahfi sedangkan Dajjal telah
keluar niscaya ia tidak akan bisa dikuasai oleh Dajjal</em>.”</span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;">Abdush Shamad bin Abdul Warits</span><br />
<span style="font-size: small;">Jalur ini dikeluarkan oleh imam al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman (3/21 no. 2547). Dengan lafal:</span><br />
<div dir="rtl">
<span style="font-size: small;">مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ كَمَا أُنْزِلَتْ كَانَتْ لَهُ نُورًا مِنْ حَيْثُ قَرَأَهَا إِلَى مَكَّةَ</span></div>
<span style="font-size: small;">“<em>Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi sebagaimana ia diturunkan niscaya baginya cahaya dari tempat ia membacanya sampai Makkah</em>.”</span><br />
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><strong>Kedua</strong>, riwayat Syu’bah bin Hajjaj dari Abu Hasyim
ar-Rumani dari Abu Mijlaz dari Qais bin Abbad dari Abu Sa’id al-Khudri
RA. Riwayat ini mauquf. <strong></strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Adapun perawi yang meriwayatkan dari jalur Syu’bah bin Hajjaj yang mauquf ini adalah:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<span style="font-size: small;">Muhammad bin Ja’far</span><br />
<span style="font-size: small;">Jalur ini dikeluarkan oleh An-Nasai dalam as-sunan al-kubra (6/236 no. 10789) dengan lafal:</span><br />
<div dir="rtl">
<span style="font-size: small;">مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ
كَمَا أُنْزِلَتْ كَانَتْ لَهُ نُورًا مِنْ حَيْثُ يَقْرَؤُهُ إِلَى
مَكَّةَ ، وَمَنْ قَرَأَ آخِرَ الْكَهْفِ فَخَرَجَ الدَّجَّالُ لَمْ
يُسَلَّطْ عَلَيْهِ</span></div>
<span style="font-size: small;">“<em>Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi sebagaimana ia diturunkan
niscaya baginya cahaya dari tempat ia membacanya sampai Makkah, dan
barangsiapa membaca ayat-ayat terakhir surat Al-Kahfi sedangkan Dajjal
telah keluar niscaya ia tidak akan bisa dikuasai oleh Dajjal</em>.”</span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;">Mu’adz bin Mu’adz Al-Anbari</span><br />
<span style="font-size: small;">Jalur ini disebutkan oleh imam Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman (3/21) setelah menyebutkan hadits no. 2547.</span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;">Amru bin Marzuq</span><br />
<span style="font-size: small;">Jalur ini disebutkan oleh imam Ath-Thabarani dalam kitab Ad-Du’a no. 391.</span><br />
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Adapun kedudukan para perawi jalur sanad ini adalah sebagai berikut:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Poros sanad, yaitu Syu’bah bin Hajjaj bin Ward al-Ataki al-Azdi Abu
Bustham al-Wasithi. Tentang statusnya, imam Sufyan ats-Tsauri berkata:
Syu’bah adalah amirul mukminin di bidang hadits. An-Nasai berkata:
Orang-orang yang dipercaya Allah untuk menjaga ilmu rasul-Nya ada tiga
orang; Syu’bah bin Hajjaj, Yahya bin Sa’id al-Qathan, dan Malik bin
Anas.”<strong> (Lihat: Tahdzib al-Kamal, 27/479 biografi no. 2739 dan Siyar A’lam an-Nubala’, 8/106)</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Adapun para perawi jalur pertama darinya adalah:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<span style="font-size: small;">Yahya bin Katsir bin Dirham al-Anbari Abu Ghasan al-Bashri. Tentang
statusnya, Abu Hatim berkata: haditsnya shalih. An-Nasai berkata: Ia
tidak mengapa. Ibnu Hajar berkata: Ia tsiqah. <strong>(Lihat: Al-Jarh
wa at-Ta’dil, 9/183 biografi no. 760, Tahdzib al-Kamal, 13/499 biografi
no. 6904 dan Taqrib at-Tahdzib hlm. 595 biografi no. 7629)</strong></span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;">Abdush Shamad bin Abdul Warits bin Sa’id bin Tamimi Abu Sahl
al-Bashri. Tentang statusnya, Ibnu Sa’ad berkata: Ia tsiqah, insya
Allah. Al-Ijli berkata: Ia tsiqah. Ibnu Hibban menyebutkannya dalam
kitab ats-tsiqat. Ibnu Hajar berkata: Ia shaduq lagi tsabt (teguh)
dalam periwayatan dari Syu’bah.” <strong>(Lihat: Ath-Thabaqat
al-Kubra, 7/300, Al-Jarh wa at-Ta’dil, 6/50 biografi no. 269, Ma’rifah
ats-Tsiqat, 2/95 biografi no. 1100, Ats-Tsiqat karya Ibnu Hibban,
8/414, Tahdzib al-Kamal, 18/99 biografi no. 3431 dan Taqrib at-Tahdzib
hlm. 610 biografi no. 4108)</strong></span><br />
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Adapun para perawi jalur kedua darinya adalah:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<span style="font-size: small;">Muhammad bin Ja’far al-Hudzali, Abu Abdullah al-Bashri, laqabnya
adalah Ghundar. Tentang statusnya, Yahya bin Ma’in berkata: Ia tsiqah.
Ibnu Hajar berkata: Ia tsiqah, catatan bukunya benar, hanyasaja pada
dirinya ada kelalaian.” <strong>(Lihat: Al-Jarh wa at-Ta’dil, 7/221
biografi no. 1223, Mizan I’tidal, 3/502 biografi no. 7324, Tarikh Yahya
bin Ma’in Riwayah ad-Darimi hlm. 64 biografi no. 106, Tahdzib al-Kamal,
25/5 biografi no. 5120, dan Taqrib at-Tahdzib hlm. 472 biografi no.
5787)</strong></span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;">Mu’adz bin Mu’adz bin Nashr bin Hasan bin Hurr al-Anbari, Abu
Mutsanna al-Bashri. Tentang statusnya, imam Yahya bin Ma’in berkata: Ia
tsiqah, imam Ahmad berkata: Mu’adz bin Mu’adz adalah penyejuk mata di
bidang hadits, Abu Hatim berkata: ia tsiqah, dan Ibnu hajar berkata: Ia
tsiqah lagi hafalannya handal. <strong>(Lihat: Al-Jarh wa at-Ta’dil,
8/248 biografi no. 1132, Al-Ilal wa Ma’rifat ar-Rijal Riwayah
Al-Marwadzi wa Ghairih hlm. 51 biografi no. 32, Tarikh Yahya bin Ma’in
Riwayah ad-Darimi hlm. 215 biografi no. 803, Tahdzib al-Kamal, 28/132
biografi no. 6036, dan Taqrib at-Tahdzib hlm. 952 biografi no. 6787)</strong></span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;">Amru bin Marzuq maula al-Bahili, Abu Utsman al-Bashri. Tentang
statusnya, Yahya bin Ma’in: Ia tsiqah, bisa dipercaya, sering berjihad,
ahli qira’at, dan orang yang mulia. Ibnu Sa’ad berkata: Ia tsiqah dan
banyak meriwayatkan hadits. Ahmad bin Hambal berkata: Ia tsiqah, bisa
diercaya, kami memeriksa celaan yang ditujukan kepadanya namun kami
tidak mendapatkannya. Abu Hatim berkata: Ia tsiqah dari kalangan ahli
ibadah, kami tidak mendapatkan seorang pun murid Syu’bah yang kami
menulis hadits darinya yang lebih baik haditsnya daripada dirinya. Ibnu
Hajar: Ia tsiqah, orang mulia, dan memiliki beberapa kekeliruan. <strong>(Lihat:
Ath-Thabaqat al-Kubra, 7/305, Al-Jarh wa at-Ta’dil, 6/263 biografi no.
1456, Tahdzib al-Kamal, 22/224 biografi no. 4446, dan Taqrib at-Tahdzib
hlm. 745 biografi no. 51455)</strong></span><br />
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><strong>Kesimpulan:</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dari kajian ini menjadi jelas bahwa jalur periwayatan ini memiliki
dua jalan yang berlainan. Berdasar kajian di atas, jalan yang kedua
adalah jalan yang lebih kuat karena lebih banyak jumlah perawinya dan
status mereka lebih kuat dari status para perawi jalan pertama; di mana
jumlahnya adalah tiga perawi, salah satunya adalah perawi yang paling
kuat dan baik haditsnya jika meriwayatkan dari Syu’bah, yaitu Muhammad
bin Ja’far. Dengan demikian, jalan periwayatan yang marfu’ adalah lemah
dan syadz (menyelisihi jalur para perawi yang lebih tsiqah). Maka
riwayat yang kuat dan bisa diterima dari jalur Syu’bah bin Hajjaj
adalah riwayat mauquf. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">***</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<h3 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Jalur periwayatan Sufyan ats-Tsauri</span></h3>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Jalur Sufyan ats-Tsauri diperselisihkan dalam dua jalan periwayatan:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><strong>Pertama</strong>, riwayat Sufyan ats-Tsauri dari Abu Hasyim
ar-Rumani dari Abu Mijlaz dari Qais bin Abbad dari Abu Sa’id al-Khudri
RA. Riwayat ini mauquf. <strong></strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Adapun perawi yang meriwayatkan dari jalur Sufyan ats-Tsauri yang mauquf ini ada lima orang yaitu:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<span style="font-size: small;">Abdur Razzaq bin Hammam ash-Shan’ani</span><br />
<span style="font-size: small;">Dikeluarkan oleh Abdur Razzaq dalam Al-Mushannaf (1/186 no. 730) dan
(3/377 no. 6023) dan dari jalan ini Ath-Thabarani mengeluarkannya dalam
kitab Ad-Du’a no. 391.</span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;">Qabishah bin Uqbah</span><br />
<span style="font-size: small;">Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman (3/21 no. 3038)</span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;">Abdurrahman bin Mahdi</span><br />
<span style="font-size: small;">Dikeluarkan oleh Nu’aim bin Hammad dalam kitab Al-Fitan (1/344) dan
dari jalurnya Al-Hakim mengeluarkannya dalam kitab Al-Mustadrak (5/137)</span><br />
<span style="font-size: small;">Dikeluarkan juga oleh An-Nasai dalam As-Sunan al-Kubra (6/236 no. 10790) dari Muhammad bin Basyar.</span><br />
<span style="font-size: small;">Dikeluarkan juga oleh Al-Hakim dalam kitab Al-Mustadrak (5/137) dari Ahmad bin Hambal.</span><br />
<span style="font-size: small;">Ketiga jalur ini meriwayatkan dari Abdurrahman bin Mahdi.</span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;">Waki’ bin Jarrah</span><br />
<span style="font-size: small;">Dikeluarkan oleh Nu’aim bin Hammad dalam kitab Al-Fitan (1/344) dengan lafal:</span><br />
<div dir="rtl">
<span style="font-size: small;">مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ
كَمَا أُنْزِلَتْ ، ثُمَّ أَدْرَكَ الدَّجَّالَ لَمْ يُسَلَّطْ عَلَيْهِ ،
أَوْ لَمْ يَكُنْ لَهُ عَلَيْهِ سَبِيلٌ ، وَمَنْ قَرَأَ سُورَةَ
الْكَهْفِ كَانَ لَهُ نُورًا مِنْ حَيْثُ قَرَأَهَا مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ
مَكَّةَ</span></div>
<span style="font-size: small;">“<em>Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi sebagaimana ia diturunkan
kemudian ia mendapati Dajjal, niscaya Dajjal tidak akan mampu menguasai
dirinya dan barangsiapa membaca surat Al-Kahfi niscaya baginya cahaya
dari tempat ia membacanya sampai Makkah</em>.”</span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;">Abdullah bin Mubarak</span><br />
<span style="font-size: small;">Dikeluarkan oleh An-Nasai dalam As-Sunan al-Kubra (6/25 no. 9911)</span><br />
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><strong>Kedua</strong>, riwayat Sufyan ats-Tsauri dari Abu Hasyim
ar-Rumani dari Abu Mijlaz dari Qais bin Abbad dari Abu Sa’id al-Khudri
RA dari Nabi Muhammad SAW. Riwayat ini marfu’.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Satu-satunya perawi yang meriwayatkan dari jalur Sufyan ats-Tsauri yang marfu’ ini adalah: Yusuf bin Asbath.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dikeluarkan oleh Ibnu Suni dalam kitab Amal al-Yaum wa al-Lailah no.
30 dan dari jalurnya Ibnu Hajar mengeluarkannya dalam Nataij al-Afkar
(1/344) dan Al-Baihaqi dalam kitab Ad-Da’awat no. 59.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Adapun kedudukan para perawi jalur sanad ini adalah sebagai berikut:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Poros sanad, yaitu <strong>Sufyan bin Sa’id bin Masruq ats-Tsauri</strong> <strong>Abu Abdillah al-Kufi</strong>.
Tentang statusnya, Al-Khatib al-Baghdadi berkata: Ia adalah salah
seorang imam kaum muslimin dan ulama agama, telah disepakati sebagai
orang yang amanah sehingga ia tidak memerlukan rekomendasi lagi. Selain
itu ia seorang ulama yang cermat, berpengetahuan, kuat hafalan, wara’,
dan zuhud.<strong> (Lihat: Tarikh Baghdad, 9/165, Tahdzib al-Kamal, 11/154 biografi no. 247 dan Taqrib at-Tahdzib hlm. 244 biografi no. 2445)</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Adapun para perawi jalur pertama darinya adalah:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<span style="font-size: small;">Abdur Razzaq bin Hammam bin Nafi’ Abu Bakar ash-Shan’ani. Tentang
statusnya, imam Ahmad berkata: Aku tidak pernah melihat orang yang
lebih baik haditsnya daripada Abdur Razzaq. Ya’qub bin Syaibah berkata:
Ia tsiqah dan teguh hafalan. Ibnu Hajar berkata: ia tsiqah, hafizh,
pengarang kitab hadits yang terkenal, di akhir hayatnya buta sehingga
hafalannya berubah, dan ia cenderung kepada Syi’ah. <strong>(Lihat:
Al-Ilal wa Ma’rifat ar-Rijal, 2/59 biografi no. 1545, Tahdzib al-Kamal,
18/52 biografi no. 3451, dan Taqrib at-Tahdzib hlm. 607 biografi no.
4092)</strong></span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;">Qabishah bin Uqbah bin Muhammad bin Sufyan bin Uqbah Abu Amir
al-Kufi. Tentang statusnya, imam Abu Hatim berkata: Ia jujur, aku tidak
melihat seorang perawi hadits yang menyampaikan hadits dengan satu
lafal tanpa pernah mengalami perubahan selain Qabishah bin Uqbah.
An-Nasai berkata; Ia tidak mengapa. Al-Ijli berkata: Ia tsiqah.
Adz-Dzahabi berkata: ia penghafal hadits dan ahli ibadah.” Adz-Dzahabi
juga berkata: Ia orang jujur dan mulia. Ibnu Hajar berkata: Ia jujur
dan terkadang menyelisihi (ulama hadits yang lebih kuat darinya).</span><br />
<span style="font-size: small;">Penulis (Dr. Sa’id bin Shalih ar-Raqib) berkata: Pendapat yang lebih
kuat menyatakan derajatnya tsiqah. Ulama yang menurunkan derajatnya
dari derajat tsiqah beralasan bahwa Qabishah menyelisihi (para perawi
yang lebih tsiqah darinya) dalam beberapa hadits ats-Tsauri. Namun ia
dinyatakan tsiqah oleh sejumlah ulama hadits. Adz-Dzahabi setelah
menyebutkan pendapat para ulama tentang statusnya, mengatakan: Ia
justru dijadikan hujah dan dianggap tsiqah oleh mereka meski ia
memiliki beberapa kekeliruan. <strong>(Lihat: Al-Jarh wa at-Ta’dil,
7/126 biografi no. 722, Ma’rifat ats-Tsiqat, 2/215 biografi no. 1511,
At-Thabaqat al-Kubra, 6/370, Ats-Tsiqat Ibnu Hibban, 9/21, Tahdzib
al-Kamal, 23/481 biografi no. 6036, Mizan al-I’tidal, 2/383 biografi
no. 6861, Al-Kasyif, 2/340 biografi no. 4616, dan Taqrib at-Tahdzib
hlm. 797 biografi no. 5548)</strong></span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;">Abdurrahman bin Mahdi bin Hasan al-Anbari, Abu Sa’id al-Bashri.
Tentang statusnya, imam Abu Hatim berkata: Ia imam dan tsiqah. Ibnu
Hibban berkata: ia termasuk golongan para ulama penghafal hadits yang
tekun dan teliti, hidup wara’, banyak menghafal, mengumpulkan,
memahami, mengarang, dan menceritakan hadits. Ia hanya meriwayatkan
dari para perawi yang tsiqah. Ibnu Hajar berkata: Ia tsiqah, teguh,
penghafal hadits, pakar di bidang biografi perawi hadits dan hadits. <strong>(Lihat:
Al-Jarh wa at-Ta’dil, 1/251 biografi no. 1382, Ats-Tsiqat Ibnu Hibban,
8/373, Tahdzib al-Kamal, 17/430 biografi no. 3969, dan Taqrib
at-Tahdzib hlm. 601 biografi no. 4044)</strong></span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;">Waki’ bin Jarrah bin Mulaih ar-Ruasi Abu Sufyan al-Kufi. Tentang
statusnya, imam Yahya bin Ma’in berkata: Perawi yang teguh di Irak
adalah Waki’. Ahmad berkata: Waki’ bin Jarrah adalah imam kaum muslimin
pada zamannya. Ibnu Hajar berkata: Ia tsiqah, penghafal hadits, dan
ahli ibadah.<strong> (Lihat: Tarikh Baghdad, 13/474, Tahdzib al-Kamal,
30/462 biografi no. 6695, Muqaddimah Ibnu Shalah hlm. 288-289 dan
Taqrib at-Tahdzib hlm. 581 biografi no. 7414)</strong></span><br />
</li>
<li>
<span style="font-size: small;">Abdullah bin Mubarak bin Wadhah al-Hanzhali Abu Abdirrahman al-Marwazi.<strong> </strong>Tentang
statusnya, imam Yahya bin Ma’in berkata: Abdullah bin Mubarak adalah
sebuah kantong ilmu, sangat teguh, dan tsiqah, seorang ulama yang
haditsnya shahih.” Ibnu Hajar berkata: Ia tsiqah, teguh, pakar fiqih,
dan seorang ulama.<strong> (Lihat: Tahdzib al-Kamal, 16/5 biografi no. 3520 dan Taqrib at-Tahdzib hlm. 540 biografi no. 3595)</strong></span><br />
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Adapun perawi jalur kedua darinya adalah:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Yusuf bin Asbath bin Washil Abu Muhammad asy-Syaibani. Tentang
statusnya, imam Yahya bin Ma’in dan Ahmad bin Hambal berkata: Ia
tsiqah. Abu Hatim berkata: Ia seorang ahli ibadah. Ia mengubur
buku-bukunya maka ia banyak keliru. Ia orang yang shalih, namun
haditsnya tidak bisa dijadikan hujah. Penulis (Dr. Sa’id bin Shalih
ar-Raqib) berkata: Ia tsiqah, namun setelah ia mengubur buku-bukunya,
periwayatan haditsnya banyak keliru, dan hadits yang saya kaji ini
adalah bukti kekeliruannya. <strong>(Lihat: Al-Jarh wa at-Ta’dil,
9/218 biografi no. 910, Al-Kamil fi Dhu’afa’, 7/157, Adh-Dhu’afa’
al-Kabir, 4/454 biografi no. 2084, Tarikh Yahya bin Ma’in Riwayah
ad-Darimi hlm. 227 soal no. 874 dan Sualat Abi Daud li-Ahmad hlm. 286
soal no. 330)</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><strong>Kesimpulan:</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Dari kajian di atas menjadi jelas bahwa periwayatan dari jalur ini
memiliki dua jalan yang berbeda. Jalan periwayatan yang pertama adalah
jalan yang lebih kuat, karena jumlah perawinya lebih banyak dan status
para perawinya lebih kuat. Jumlah perawinya ada lima orang, tiga di
antaranya adalah murid senior yang paling kuat dalam meriwayatkan dari
guru mereka, Sufyan ats-Tsauri. Ketiganya adalah Abdullah bin Mubarak,
Abdurrahman bin Mahdi, dan Waki’ bin Jarah. Sedangkan jalan lain hanya
memiliki satu perawi, dan statusnya banyak keliru. Dengan demikian
jalur periwayatan secara marfu’ yang hanya diriwayatkan oleh seorang
perawi yang banyak keliru ini adalah riwayat yang lemah dan menyelisihi
riwayat yang lebih kuat, yaitu riwayat mauquf yang diriwayatkan oleh
lima orang perawi yang tsiqah. Maka jalur periwayatan dari Sufyan
at-Tsauri yang benar dan bisa diterima adalah riwayat yang mauquf ini.</span></div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-78539764665799160502012-04-02T03:42:00.001-07:002012-04-02T03:42:32.837-07:00Kesaksian Para Sahabat Tentang Hafalan dan Ketelitian Abu Hurairah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://cdn.muslimah.or.id/img/2010/45.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="lead_image" height="225" src="http://cdn.muslimah.or.id/img/2010/45.jpg" width="300" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Sejumlah tokoh sahabat telah memberikan kesaksian tentang banyaknya
ilmu Abu Hurairah dan ketepatannya dalam meriwayatkan hadits.</span></div>
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Seorang laki-laki datang menemui Thalhah bin Ubaidillah lalu
berkata, “Wahai Abu Muhammad, bagaimana menurutmu tentang orang Yaman
ini, yakni Abu Hurairah, apakah dia lebih tahu tentang hadits Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>
daripada kalian, karena kami telah mendengar darinya hadits-hadits
yang tidak pernah kami dengar dari kalian, ataukah ia berkata atas Nabi
apa yang tidak pernah beliau sabdakan?”<a name='more'></a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Thalhah menjawab, “Adapun jika ia mendengar hadits yang belum pernah
kami dengar, maka aku tidak meragukannya. Aku akan menceritakan
kepadamu tentang hal itu. Dulu kami adalah orang-orang yang memiliki
rumah, kambing dan pekerjaan. Kami mendatangi Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>
waktu pagi dan petang, sementara Abu Hurairah adalah orang miskin
sekaligus tamu di depan pintu rumah Rasulullah, tangan</span><span style="font-size: small;">nya bersama
tangan Rasulullah, maka kami tidak ragu bahwa ia mendengar apa yang
tidak kami dengar. Kamu tidak akan mendapati seseorang yang memiliki
kebaikan akan berkata-kata atas nama Rasulullah apa yang tidak beliau
katakan.” (<i>Siyar A’lam an Nubala’ </i>(2/605-606), seperti yang diriwayatkan at Tirmidzi dalam <i>Jami’</i>nya, al Bukhari dalam <i>Tarikh al Kabir</i>, al Hakim dalam al <i>Mustadrak</i> dan selainnya. Sanadnya hasan)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Al Baihaqi menambahkan dalam <i>Madkhal</i>-nya, dari maula
Thalhah, ia berkata: Ketika Abu Hurairah sedang duduk, ada seoang
laki-laki lewat di depan Thalhah dan berkata kepadanya, “Abu Hurairah
telah banyak meriwayatkan hadits.” Thalhah menjawab, “Sungguh kami
telah mendengar seperti yang ia dengar, tapi ia hafal sedang kami
lupa.” Al Hafidz Ibnu Hajar juga menyebutkannya dalam <i>Fathul Bari</i>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ibnu Umar <i>radhiyallahu ‘anhuma</i> pernah ditanya, “Apakah
engkau mengigkari hadits yang disampaikan Abu Hurairah?” Ia menjawab,
“Tidak, tapi ia berani dan kami takut.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Abu Hurairah berkata, “Apa dosaku jika aku hafal sedangkan mereka lupa?” (<i>Siyar A’lam an Nubala </i>(2/208))</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ibnu Umar berkata dalam hadits yang membicarakan tentang pahala mengantarkan jenazah, setelah Aisyah <i>radhiyallahu ‘anha</i> memberi kesaksian atas Abu Hurairah, “Engkau wahai Abu Hurairah, adalah orang yang paling banyak bersama Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> dan paling mengetahui hadits beliau dibandingkan kami.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Riwayat lengkapnya sebagai berikut:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ibnu Umar melewati Abu Hurairah yang sedang menyampaikan hadits dari Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>, beliau bersabda:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">“Barangsiapa mengiringi jenazah lalu ia menshalatkannya, maka ia mendapatkan (pahala) satu <i>qirath</i>, dan jika ia menyaksikan penguburannya, maka ia mendapatkan (pahala) dua <i>qirath</i>.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Satu <i>qirath</i> itu lebih besar daripada Gunung Uhud. Maka Ibnu Umar <i>radhiyallahu ‘anhuma</i><i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> itu.” Abu Hurairah pun berdiri menghampirinya dan membawanya pergi kepada Aisyah <i>radhiyallahu ‘anha</i>,
lalu Abu Hurairah berkata kepadanya, “Wahau Ummul Mukminin, aku
memintamu bersumpah demi nama Allah, apakah engkau pernah mendengar
Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda, “Barangsiapa mengiringi jenazah lalu ia menshalatkannya, maka ia mendapatkan (pahala) satu <i>qirath</i>, dan jika ia menyaksikan penguburannya, maka ia mendapatkan (pahala) dua <i>qirath</i>.”
Aisyah menjawab “Ya pernah” kemudian Abu Hurairah berkata,
“Sesungguhnya aku dulu tidak disibukkan oleh bercocok tanam dan
berdagang di pasar dari menghadiri majelis Nabi. Aku meminta kepada
beliau satu kata untuk diajarkan kepadaku dan sesuap makan untuk
diberikan kepadaku.” Maka Ibnu Umar berkata, “Wahai Abu Hurairah,
engkau adalah orang yang paling banyak menemani Nabi dan paling
mengetahui hadits beliau dibanding kami.” (Diriwayatkan Imam Ahmad dalam
<i>Musnad</i>-nya (2/302), at Tirmidzi dalam <i>Jami’</i>-nya (13/226) secara ringkas, dan Al Hakim dalam <i>Mustadrak</i>-nya (3/510-511) Ia berkata “Sanadnya shahih”)</span> berkata, “Wahai Abu Hurairah, perhatikanlah apa yang engkau sampaikan dari nabi </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dari Asy’ats bin Sulaim, dari bapaknya, ia berkata, “Aku datang ke
Madinah, ternyata Abu Ayyub sedang menyampaikan hadits dari Abu
Hurairah, dari Rasulullah, maka aku katakana kepadanya, “Engkau juga
sahabat Rasulullah.” Ia menjawab”Abu Hurairah mendengar langsung dari
Rasulullah. Aku meriwayatkan hadits darinya, dari Rasulullah lebih aku
sukai daripada aku meriwayatkan (secara langsung) dari Rasulullah. (Al <i>Muatadrak</i> (3/512), dan <i>Siyar A’lam an Nubala</i> (2/606)</span></div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2237857186170145177.post-56624961727643550722012-04-02T03:35:00.001-07:002012-04-02T03:35:53.142-07:00Keutamaan Menghidupkan Sunnah Rasul<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dari ‘Amr bin ‘Auf bin Zaid al-Muzani <em>radhiyallahu ‘anhu</em>, Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</span></div>
<div>
</div>
<div style="font-family: Traditional Arabic; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">مَنْ
أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِى فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ كَانَ لَهُ مِثْلُ
أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">“<em>Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku,
kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala)
seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi
pahala mereka sedikit pun</em>“<a href="http://muslim.or.id/hadits/keutamaan-menghidupkan-sunnah-rasul.html#_ftn1">[1]</a>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3tqEFqC6kgYSXcT2U0dBPHus1DvJG2qz7rYLUk0ykMqdK1tnwxDek_MayvzVIPwgkY0KHkl5Ny1PPSucIZKhzu07rjZJwXR7gN2wg0tCy5gSYFKD07LQyVvXY2WKszzZl1kXr9Zbw9vWQ/s1600/Neon-Muhammad-Wallpaper.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" id="il_fi" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3tqEFqC6kgYSXcT2U0dBPHus1DvJG2qz7rYLUk0ykMqdK1tnwxDek_MayvzVIPwgkY0KHkl5Ny1PPSucIZKhzu07rjZJwXR7gN2wg0tCy5gSYFKD07LQyVvXY2WKszzZl1kXr9Zbw9vWQ/s320/Neon-Muhammad-Wallpaper.jpg" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan besar bagi orang yang menghidupkan sunnah Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>,
terlebih lagi sunnah yang telah ditinggalkan kebanyakan orang. Oleh
karena itu, Imam Ibnu Majah mencant</span><span style="font-size: small;">umkan hadits ini dalam kitab “Sunan
Ibnu Majah” pada Bab: “<em>(Keutamaan) orang yang menghidupkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah ditinggalkan (manusia)</em>”<a href="http://muslim.or.id/hadits/keutamaan-menghidupkan-sunnah-rasul.html#_ftn2">[2]</a>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari berkata, “Orang muslim yang
paling utama adalah orang yang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> yang telah ditinggalkan (manusia), maka bersabarlah wahai para pencinta sunnah (Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>), karena sesungguhnya kalian adalah orang yang paling sedikit jumlahnya (di kalangan manusia)”<a href="http://muslim.or.id/hadits/keutamaan-menghidupkan-sunnah-rasul.html#_ftn3">[3]</a>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><strong>Faidah-faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:<a name='more'></a></strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">- Sunnah Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> adalah segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, baik ucapan, perbuatan maupun penetapan beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em><a href="http://muslim.or.id/hadits/keutamaan-menghidupkan-sunnah-rasul.html#_ftn4">[4]</a>, yang ditujukan sebagai syariat bagi umat Islam<a href="http://muslim.or.id/hadits/keutamaan-menghidupkan-sunnah-rasul.html#_ftn5">[5]</a>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">- Arti “<em>menghidupkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>” adalah memahami petunjuk Beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>,
mengamalkan dan menyebarkannya di kalangan manusia, serta menganjurkan
orang lain untuk mengikutinya dan melarang dari menyelisihinya<a href="http://muslim.or.id/hadits/keutamaan-menghidupkan-sunnah-rasul.html#_ftn6">[6]</a>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">- Orang yang menghidupkan sunnah Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>
akan mendapatkan dua keutamaan (pahala) sekaligus, yaitu [1] keutamaan
mengamalkan sunnah itu sendiri dan [2] keutamaan menghidupkannya di
tengah-tengah manusia yang telah melupakannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Syaikh Muhammad bih Shaleh al-’Utsaimin -<em>rahimahullah</em>- berkata, “Sesungguhnya sunnah Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>jika
semakin dilupakan, maka (keutamaan) mengamalkannya pun semakin kuat
(besar), karena (orang yang mengamalkannya) akan mendapatkan keutamaan
mengamalkan (sunnah itu sendiri) dan (keutamaan) menyebarkan
(menghidupkan) sunnah di kalangan manusia”<a href="http://muslim.or.id/hadits/keutamaan-menghidupkan-sunnah-rasul.html#_ftn7">[7]</a>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">- Allah <em>Ta’ala</em> memuji semua perbuatan Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dan menamakannya sebagai “<em>teladan yang baik</em>“, dalam firman-Nya,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Traditional Arabic; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو
اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">“<em>Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(balasan kebaikan pada) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah</em>” (QS al-Ahzaab:21).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ini menunjukkan bahwa orang yang meneladani sunnah Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em><em>ash-shirathal mustaqim</em> (jalan yang lurus) yang akan membawanya mendapatkan kemuliaan dan rahmat Allah <em>Ta’ala</em><a href="http://muslim.or.id/hadits/keutamaan-menghidupkan-sunnah-rasul.html#_ftn8">[8]</a>.</span> berarti dia telah menempuh </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">- Ayat ini juga mengisyaratkan satu faidah yang penting untuk
direnungkan, yaitu keterikatan antara meneladani sunnah Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>
dengan kesempurnaan iman kepada Allah dan hari akhir, yang ini berarti
bahwa semangat dan kesungguhan seorang muslim untuk meneladani sunnah
Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>merupakan pertanda kesempurnaan imannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Syaikh Abdurrahman as-Sa’di ketika menjelaskan makna ayat di atas, beliau berkata, “Teladan yang baik (pada diri Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>) ini, yang akan mendapatkan taufik (dari Allah <em>Ta’ala</em>)
untuk mengikutinya hanyalah orang-orang yang mengharapkan (rahmat)
Allah dan (balasan kebaikan) di hari akhir. Karena (kesempurnaan) iman,
ketakutan pada Allah, serta pengharapan balasan kebaikan dan ketakutan
akan siksaan Allah, inilah yang memotivasi seseorang untuk meneladani
(sunnah) Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>“<a href="http://muslim.or.id/hadits/keutamaan-menghidupkan-sunnah-rasul.html#_ftn9">[9]</a>.</span></div>Setyo Wibowohttp://www.blogger.com/profile/00341455895072855835noreply@blogger.com0